Gadis cantik asal Bekasi, Grandmaster Catur termuda Indonesia

Gadis cantik asal Bekasi, Grandmaster Catur termuda Indonesia
info gambar utama
Catur sangat populer tahun 80an ketika banyak Grandmaster bermunculan di dunia catur. Namun pamor catur mulai meredup setelah kekalahan Garry Kasparov dengan sebuah komputer IBM bernama Deep Blue. Meski meredup, catur di Indonesia tampaknya masih terus melahirkan banyak Grandmaster muda baru. Salah satunya adalah Medina. Seorang gadis cantik lulusan SMA Negeri I Bekasi, Jawa Barat.Dua tahun lalu, ketika usianya baru menginjak 16 tahun 2 bulan, pecatur bernama lengkap Medina Warda Aulia ini berhasil meraih Grandmaster Perempuan termuda di Indonesia. Gelar tersebut didapatkan Medina  setelah mengalahkan pecatur Rusia, Lanita Stesko di kejuaraan catur yunior dunia di Turki, tahun 2013 lalu."Saya sangat bangga," kata Medina Warda Aulia, yang lahir di Jakarta, 7 Juli 1997, dalam wawancara khusus dengan BBC Indonesia, Minggu (26/04) siang di kediamannya di Bekasi, Jawa Barat.
Medina sangat bangga karena dari sekian banyak pecatur di Indonesia, baru dua (yang meraih Grandmaster perempuan) dan dirinyalah yang termuda.
Menurutnya catur itu unik meskpun banyak anggapan bahwa catur adalah permainan yang sangat membosankan dan identik dengan logika yang rumit, terlebih masih jarang wanita menyukai catur. Apalagi, penggemar catur umumnya adalah orang-orang tua. Jadi sangat jarang anak muda seperti Medina yang dengan getol menyukai permainan catur. Diawali boneka Barbie Pada usia belia, yaitu ketika berumur sekitar sembilan tahun, Medina mengenal catur melalui sosok ayahnya, Nur Muchlisin, yang dikenal menggilai permainan catur secara turun-temurun. "Awalnya, saya tidak mengarahkan (agar Medina) main catur," kata Nur Muchlisin
Medina Warda (BBC Indonesia) Medina Warda (BBC Indonesia)

Suatu saat, Medina kecil melihat sang ayah asyik bermain catur dengan teman sekantornya. Memperhatikan keduanya memainkan bidak-bidak catur, sebuah pertanyaan polos pun meluncur dari mulut Medina. "Ini apa Ayah?" Medina menunjuk bidak catur berbentuk kepala kuda. Pertanyaan kedua, ketiga, keempat pun meluncur. Semuanya berangkat dari rasa ingin tahu sang bocah. "Ini tentara berkuda zaman dulu, ini tentara bergajah. Ini suatu kerajaan, bagaimana para tentara ini melindungi sang raja untuk menghancurkan lawan," ungkap Muchlisin mengulang kembali percakapannya dengan sang putri, sekian tahun silam. Dari momen ketertarikan itulah, kemudian sang ayah mendorong dan membimbing Medina berlajar bermain catur -yang kelak mengantarnya meraih berbagai prestasi tingkat dunia. Menariknya Medina mengungkapkan bahwa sebelum mencintai catur, dirinya lebih menyenangi boneka Barbie. "Sebelum saya suka catur, saya suka (boneka) Barbie," ungkap Medina. "Saya beranggapan Barbie itu kayak catur, karena sama-sama ada kerajaan. Ada putrinya, ada ratunya, ada rajanya. Ya udah saya tertarik." Medina memang merupakan salah-satu pecatur terbaik Indonesia, dengan segudang prestasi di tingkat nasional, regional maupun dunia. Semenjak menjuarai Kejuaraan daerah catur se-Jakarta 2006, anak pasangan Nur Muchlisin dan Siti Eka Nurhayati ini telah meraih lebih dari 20 tropi kejuaraan catur bergengsi tingkat dunia dan regional. Selain menjadi Grandmaster termuda di Indonesia, Medina juga berhasil memecahkan rekor MURI dengan mengalahkan 650 pecatur dalam kompetisi secara online. Pertandingan Indosat Grand Master Chess Match dengan 650 pecatur melawan Medina ini didaftarkan ke Museum Rekor Indonesia atau MURI sebagai rekor dunia. "Ini memecahkan rekor MURI dan dunia," kata Medina yang pernah mendapat penghargaan Satya Lancana Wira Karya dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 2008 lalu. Medina mengatakan, kecintaannya pada dunia catur ikut pula membentuk pula karakternya dalam menjalani kehidupan keseharian. Media kemudian memberi contoh: "Kalau kita mau ambil langkah, kita mikir nanti gimana ke depannya, efeknya gimana. Jadi di kehidupan, saya juga lebih banyak mikir: kalau ke depannya gimana nih." Di akhir wawancara, ketika Medina diberikan pertanyaan tentang filosofinya dalam bermain catur. Dirinya menjawab, "Catur itu, kayak seni. Jadi kita berkreasi, berkarya dengan langkah dan pemikiran kita." disadur dari Kompas.com

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini