LAPAN mengembangkan Pusat Penerbangan Antariksa di NTT

LAPAN mengembangkan Pusat Penerbangan Antariksa di NTT
info gambar utama
Setelah sukses membangun satelit A2 yang akan diluncurkan di India pada tanggal 30 September nanti. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional LAPAN juga mulai mengembangkan Pusat Penerbangan Antariksa yang ditempatkan di Nusa Tenggara Timur (NTT). Meski awalnya direncanakan akan dibangun di Bandung, Sekretaris Umum LAPAN Aristyo mengatakan bahwa Bandung tidak lagi cocok untuk pengamatan antariksa. roket "Kenapa pindah ke sini, karena di sana (Bandung, red) dilihat sudah tidak efektif karena observatorium sudah terganggu dengan pertumbuhan penduduk di daerah Lembang, sehingga mengganggu peralatan. Pengamatan harus dilakukan dalam situasi gelap total." katanya. Kemudian Aristyo menjelaskan, dari hasil survey dan penelitian NTT dipilih karena iklim yang cocok untuk lokasi pengamatan. "Nah, kenapa dipilih di NTT, karena untuk meneropong sebuah bintang, harus bebas awan dan tidak banyak polusi suara, udara dan cahaya. Sangat menarik di daerah ini karena hampir 120 hari saja hujannya. Ini paling cocok dan ideal untuk sebuah observatorium karena meneliti antariksa. Makanya kami jatuhkan pilihan di daerah NTT tepatnya di Gunung Timau Desa Fatumonas Kecamatan Amfoang Tengah." jelasnya saat survey lokasi di Desa Noelbaki Kecamatan Kupang Tengah bulan Mei lalu. Thomas Djamaluddin selaku Kepala LAPAN mengatakan, di lokasi yang sama rencananya LAPAN juga akan segera membangun bandar antariksa (space port), sebuah stasiun peluncuran wahana antariksa yang juga akan mengambil tempat di Indonesia Timur. Ini adalah bagian dari agenda besar LAPAN untuk mengembangkan satelit penginderaan jarak jauh yang diharapkan bisa memantau kondisi Indonesia dan memetakan keadaan maritim. “Mungkin akan memakan waktu lebih dari 25 tahun, tapi setidaknya kita harus mulai bangun dari sekarang,” Ujar Thomas. lapan.go.id

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini