Paspampres Sejak Dulu Kala, Prajurit Perisai Hidup yang Selalu Waspada

Paspampres Sejak Dulu Kala, Prajurit Perisai Hidup yang Selalu Waspada
info gambar utama

Sore itu, sejumlah personil Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) berpakaian dinas lengkap menghadap Wapres di Kediaman Resmi Wapres, pada Selasa, 3 Januari 2023. Abah, sapaan Wapres Ma'ruf Amin, merasa kebingungan. Ia pun bertanya maksud dan tujuan mereka.

"Ini Abah, hari ini Hari Bhakti Paspampres ke-77," jelas Wakil Komandan (Wadan) Paspampres Oni Junianto, dilansir darimenpan.go.id.

Wapres terkesiap. Ia langsung memberikan selamat dan mendoakan kejayaan Paspampres.

"Selamat Hari Bhakti Paspampres ke-77. Semoga semakin profesional dan selalu waspada," ujarnya.

Paspampres | Foto: instagram.com/ppid.paspampres
info gambar

Sejarah Paspampres

Menilik sejarah Paspamres, munculnya prajurit perisai hidup itu bermula dari operasi penyelamatan yang dikenal dengan istilah "Hijrah ke Yogyakarta", yakni sebuah tindakan penyelamatan pimpinan nasional. Saat itu, situasi Indonesia masih kurang stabil karena baru merdeka. Belanda pun masih berambisi untuk kembali berkuasa.

Pada 3 Januari 1946, Detasemen Kawal Pribadi (DKP) atau Pasukan Pengawal Pribadi ditugaskan untuk mengawal Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta beserta keluarga ke Yogyakarta. Pasukan tersebut berasal dari mantan kesatuan Polisi Istimewa Jepang (Tokubetsu Keisatsu Tai).

Baca juga: Semakin Handal, Paspampres RI Dapat Keahlian Damkar

Anggota DKP itu antara lain Soekasah, Winarso, Edy Soepandi, Mangil Martowidjoho, Rasmad, Didi Kardi, R. Ramelan, Soehardjo, Oding Soehendar, Ebat, Soekanda, Soedio, Karnadi, dan Moh. Toha.

Inspektur (pol) Mangil Martowijoyo ditunjuk sebagai pemimpin pasukan. Mereka bertugas di bawah pimpinan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Jenderal Pol. Raden Said Soekanto Tjokrodiatmodjo.

Setelah sukses mengawal presiden dan rombongan ke Yogyakarta, Said Soekanto menetapkan kesatuan khusus Pasukan Pengawal Presiden (PPP). Mangil tetap menjabat sebagai komandan.

PPP bekerja sama dengan Polisi Militer. PPP bertugas mengawal presiden dan wakil presiden di dalam gedung istana. Sementara itu, Polisi Militer bertugas mengawal di luar istana.

Lahirnya Tjakrabirawa

Rupanya, PPP dan Polisi Militer dianggap tidak cukup kuat karena beberapa kali terjadi upaya pembunuhan Soekarno. Perlu pasukan yang lebih kuat untuk melindungi keselamatan jiwa presiden dan keluarganya.

Tepat di hari ulang tahun Presiden Soekarno, pada 6 Juni 1962, dibentuklah resimen Tjakrabirawa lewat SK Presiden (Panglima Tertinggi APRA RI) No 211/PLT/1962. Resimen ini merupakan penyempurnaan dari pasukan pengawal presiden sebelumnya.

"Karena Bapak Presiden gemar sekali melihat pertunjukan wayang kulit, pasukan pengawal presiden itu diberi nama Tjakrabirawa. Tjakrabirawa adalah senjata pamungkas milik Batara Kresna," kata Mangil dalam buku Kesaksian tentang Bung Karno 1945–1967, dilansir historia.id.

Baca juga: Militer Indonesia Jadi yang Terkuat di Asia Tenggara

Tjakrabirawa dikomandani oleh Brigjen Moh. Sabur dan wakilnya, Kolonel CPM Maulwi Saelan. Sebanyak 3000 personel dari empat angkatan bersenjata dikerahkan untuk Tjakrabirawa. Ada tiga kesatuan dalam resimen itu, yakni Batalion Kawal Kehormatan, Detasemen Kawal Chusus, dan Detasemen Kawal Pribadi.

Namun, Tjakrabirawa harus bubar karena tragedi yang menewaskan enam jenderal dan satu letnan TNI AD. Pembubaran itu tertuang dalam Surat Perintah Menteri Panglima Angkatan Darat Nomor Sprint/75/III/1966.

Pembentukan Paspampres

Pasca tragedi dan keluarnya Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar), tugas pengawalan presiden dialihkan ke Batalion POMAD Para. Kemudian, pada 25 Maret 1966, dibentuk Satuan Tugas Polisi Militer Angkatan Darat (Satgas POMAD) melalui Surat Keputusan Dirpom Nomor Kep-011/AIII/DIRPOM/1966.

Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) mengalami reorganisasi. Pada 13 Januari 1976, Satgas POMAD turut berubah nama menjadi Pasukan Pengawal Presiden (Paswalpres) di bawah kendali ABRI.

Baca juga: Stasiun Ambarawa, Denyut Nadi Kota Militer yang Lama Terlelap

Melalui Surat Keputusan Pangab Nomor Kep/02/II/1988 tanggal 16 Februari 1988, Paswalpres masuk struktur Badan Intelijen Strategis (BAIS) ABRI. Seiring perkembangan, nama Paswalpres berubah menjadi Paspampres. Kata "pengamanan" dinilai tepat digunakan daripada "pengawalan" karena lebih bermakna kepada mengamankan keselamatan objek.

Hingga saat ini, Paspampres selalu setia waspada dalam menjalankan tugas. Tak hanya melindungi keselamatan dan menjaga jiwa kepala negara, Paspampres juga turut mengabdi kepada masyarakat.

Pada perayaan Hari Bhakti Paspampres tahun ini, diadakan rangkaian acara sosial, salah satunya donor darah. Hal ini sebagai bukti sumbangsih Paspampres terhadap bangsa dan negara.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

F
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini