Tahun 2023 Masih Perlu Skripsi untuk Lulus? Ada Program Penggantinya, loh!

Tahun 2023 Masih Perlu Skripsi untuk Lulus? Ada Program Penggantinya, loh!
info gambar utama

Kalendar akademik kampus sudah memasuki tahun 2023, tetapi skripsi masih menjadi syarat wajib bagi mahasiswa akhir yang ingin lulus. Skripsi selalu dianggap sebagai "hantu" bagi mahasiswa akhir. Tidak heran, banyak mahasiswa akhir yang stres selama pengerjaan skripsinya. Penyebabnya bermacam-macam, seperti dosen pembimbing yang slow respon, sampel penelitian yang belum lengkap, judul penelitian yang selalu ditolak dosen pembimbing, dan lain-lain.

Dari sekian masalah yang dialami oleh mahasiswa, tentu kampus merespon dengan beberapa kebijakan khusus. Bahkan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia juga merespon dengan kebijakan inovasinya, yakni Kampus Merdeka bagi mahasiswa akhir. Lalu, seperti apa kebijakan atau program pengganti skripsi yang bisa dicoba oleh mahasiswa akhir?

1. Merdeka Belajar Kampus Merdeka

Program Kampus Merdeka
info gambar

Salah satu program rekognisi yang dibuat oleh Nadiem Makarim selaku Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI adalah Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Ini dapat dijadikan alternatif bagi mahasiswa akhir yang ingin lulus non-skripsi. Salah satu kegiatan yang bisa diikuti dari rangkaian program MBKM ini adalah magang bersertifikat. Kawan GNFI yang berkesempatan mengikuti MBKM bisa lulus tanpa skripsi dengan mendaftar magang bersertifikat.

Salah satu contoh mahasiswa yang lulus lewat jalur MBKM ini adalah Ratantra Rasjid Agitama. Ia dulunya adalah seorang mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS). Ratantra mengatakan bahwa ia lulus karena mengonversikan kegiatan magangnya dengan mata kuliah skripsi.

“Mekanisme agar dapat lulus melalui jalur ini adalah dengan mengikuti program magang bersertifikat. Melalui magang ini, saya konversikan program kerja menjadi mata kuliah skripsi. Sistem penilaian diambil dari laporan magang.” kata Ratantra, dilansir Mettanews.id.

Selain menikmati kelulusan tanpa jalur skripsi, Ratantra yang merupakan mahasiswa Fakultas Geografi ini juga mendapat banyak pengetahuan dan relasi di tempat magangnya selama 6 bulan. Selain membuat laporan magang, ia menuturkan bahwa ada persyaratan lain dari pihak kampus, seperti publikasi artikel ilmiah, artikel publikasi prosiding, dan sertifikat HaKi (Hak Kekayaan Intelektual). Bagaimana, apakah Kawan GNFI tertarik mengikuti jejak Ratantra?

Baca Juga: Deretan 8 Program Kampus Merdeka, Tertarik Ikut Salah Satunya?

2. Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS)

Salah satu kegiatan yang banyak ditunggu oleh seluruh mahasiswa di Indonesia adalah Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS). Mengapa tidak? Banyak kampus yang menerapkan kebijakan bebas ujian skripsi bila mahasiswa juara dalam kompetisi tersebut. Salah satu kampus yang menerapkannya adalah Universitas Sebelas Maret.

Kebijakan itu tertuang dalam Keputusan Rektor UNS Nomor 787/UN27/HK/2019 tentang Penghargaan Akademik Penalaran Mahasiswa UNS. Salah satu pokok yang tertuang dalam kebijakan itu ialah bebas ujian skripsi bagi mahasiswa yang lolos PIMNAS, baik sebagai finalis maupun medalis (juara). Lalu, adakah contoh mahasiswa yang lulus non-skripsi lewat jalur PIMNAS?

Dilansir Sindonews.com, salah satu mahasiswa UNS yang lulus tersebut adalah Rizal Galih Pradana dari program studi Psikologi. Pada 2020, ia menyandang gelar finalis dengan meloloskan salah satu Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian Masyarakat (PKM-PM) ke PIMNAS. Program yang ia usulkan adalah “Peningkatan Literasi Keuangan terhadap Siswa Sekolah Dasar melalui Komik ‘Si Budi’ (Pemberdayaan sebagai Upaya Mengurangi Perilaku Konsumtif sejak Dini)”

Selanjutnya, ia juga menjadi finalis untuk kedua kalinya setelah meloloskan Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan (PKM-K) pada 2021 lalu. Judul laporannya kala itu adalah “Inovasi Usaha Bimbingan Belajar dengan Personalisasi Pembelajaran Berbasis Asesmen Psikologi dan Dual Feedback System bagi Siswa untuk Mewujudkan Indonesia Cerdas”

Dalam hal ini, Rizal mendapat rekognisi dari Kepala Program Studi Psikologi UNS dengan predikat nilai A. Tentu saja, perjuangan tersebut tidak sia-sia karena PKM memang banyak memakan waktu dan tenaga bagi mahasiswa.

3. Pembuatan Karya Monumental

Apabila Kawan GNFI lebih suka membuat karya inovatif yang berguna bagi masyarakat, Kawan bisa mengikuti program pembuatan karya monumental. Program tersebut termasuk ke dalam kebijakan Kemendikbud, yakni Merdeka Belajar Kampus Merdeka (studi atau proyek independen).

Selain proyek tersebut harus berguna bagi masyarakat, output dari proyek juga diharapkan mampu mengharumkan citra kampus, daerah, atau negara.

Lebih lagi,kalau karya tersebut berpotensi dipatenkan atau mendapat sertifikat HaKi, pastinya Kawan GNFI tidak perlu mengkhawatirkan tentang ujian skripsi. Hal itu bisa menjadi portofolio bagi Kawan GNFI dalam memasuki dunia karir setelah lulus.

Baca Juga: Menambah Jaring Pertemanan Melalui Kampus Merdeka

Tiga poin tadi bisa jadi opsi bagi Kawan GNFI yang ingin lulus sarjana tanpa ujian skripsi. Sebenarnya, masih ada beberapa alternatif pengganti skripsi, seperti pembuatan karya riset di lembaga penelitian, program mengajar, pemberdayaan desa, dan lain-lain.

Namun, di tahun 2023, peminatan mahasiswa akhir lebih fokus pada tiga poin di atas. Bagaimanapun, apapun program yang Kawan GNFI ikuti, harapannya Kawan GNFI bisa fokus untuk mengejar kelulusan dengan tepat waktu.

Tidak hanya itu, program-program Kawan GNFI merupakan skripsi "plus" karena selain menyusun karya penelitian yang berguna bagi masyarakat, tetapi juga mendapat pengalaman berharga yang tidak bisa dilupakan.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AR
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini