PENYANYI SURINAME YANG CINTA MATI TERHADAP BUDAYA JAWA

PENYANYI SURINAME YANG CINTA MATI TERHADAP BUDAYA JAWA
info gambar utama
Cobalah untuk mengetik “Stanlee Rabidin Kabur Kanginan” ketika berkesempatan mampir ke situs video ternama, YouTube. Anda akan menemukan sebuah video lagu berbahasa Jawa yang dibalut nuansa pop progresif yang enak didengar. Sang penyanyi tak lain adalah Stanlee Rabidin, seorang penyanyi keturunan Jawa berkebangsaan Suriname. Stanlee Rabidin adalah seorang seniman yang dikenal memiliki kecintaan yang tinggi terhadap kebudayaan leluhurnya yang berasal dari tanah Jawa, bahkan lewat lagu ini pun ia berusaha mengajak generasi muda untuk kembali ke akar budayanya sehingga tidak celaka dalam hidup. Sebagai penyanyi, Stanlee telah berkiprah sejak tahun 1992 lewat albumnya yang berjudul Le Freak. Ia juga konsisten dengan mengusung lagu-lagu berbahasa Jawa sebagai karya utamanya, di antara lagu-lagunya yang menjadi hits adalah Idjen Wae, Petani, serta Ben Aku Sing Sengsara. Reputasinya pun makin melejit setelah ia hijrah ke negeri kincir angin, Belanda, untuk melebarkan sayapnya ke kancah internasional serta merilis situs pribadinya. Lewat fasilitas chat Facebook, ia sempat mengungkapkan kekagumannya terhadap Indonesia kepada saya, bahkan ia telah menciptakan sebuah lagu berjudul “Malioboro” yang berisi ungkapan kekagumannya terhadap suasana kota Yogyakarta di malam hari. Dalam album terbarunya, ia juga meng-cover lagu lawas milik mendiang Broery Marantika, Widuri, ke dalam bahasa Jawa. Stanlee juga tak lupa menyatakan keinginannya untuk bisa tampil di Indonesia untuk menyebarkan pesan cinta budaya kepada generasi muda. Nah, Stanlee saja yang hidup ribuan mil dari Indonesia saja masih demikian pedulinya dalam melestarikan budaya leluhurnya; bagaimanakah dengan kita sebagai warga negara Indonesia, siapkah kita untuk mengabarkan budaya asli Indonesia ke kancah global? ? ditulis di Good News From Indonesia oleh Ario Bimo

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini