Information Superhighway?

Information Superhighway?
info gambar utama

Kemajuan teknologi komunikasi di dunia ini begitu cepat geraknya dan secara radikal telah merubah cara-cara hidup manusia, dari urusan sosial, politik, budaya, pendidikan dsb. Bahkan jaringan teknologi komunikasi lewat computer, saat ini merambah dapur ibu-ibu rumah tangga. Teknologi dibidang ini juga mengalami kemajuan yang dulu tidak pernah dibayangkan; misalkan saja pernah perusahaan Sony, berencana mengembangkan alat monitor kecil, yang dapat ditaruh di ikat kepala atau pakaian, menggunakan trasmisi kulit dan dihubungkan dengan Global Positioning Device, langsung ke server keluarga. Dengan alat ini seorang ibu bisa mengetahui posisi anaknya, apakah sedang kuliah atau nonton film.

Ummat manusia saat ini sedang menyaksikan abad information superhighway , yakni gabungan penggunaan teknologi komunikasi, computer dan televise. Kita semua sekarang menyaksikan akibat dari penggunaan semacam itu seorang peserta sebuah conference dunia tidak perlu secara fisik datang ke tempat acara itu, dia hanya cukup duduk di depan computer mininya di rumah. Dulu pada tahun 1995 Dr. Nathan Rosenberg dari Stanford University di majalah US Today menulis artikel berjudul Tomorrow’s inventions menjelaskan perkembangan kabel fiber optic dalam teknologi telepon pada tahun 1066 dapat memuat 138 percakapan telpon secara simultan antara Eropa dan Amerika Utara. Tahun 1988 menjadi 40,000 percakapan, tahun berikutnya menjadi 1,5 juta percakapan simultan dan dewasa ini sudah jutaan percakapan.

Dunia pendidikan juga terkena dampak cepat perkembangan kemajuan teknologi komunikasi ini dan kemajuan itu telah mengubah persepsi pendidikan selama ini. Lewat information superhighway termasuk multimedia, skala pendidikan menjadi meluas dari lokal menjadi nasional bahkan internasional. Dulu dalam proses belajar-mengajar seseorang harus secara fisik hadir ketempat pendidikan, hal ini mengakibatkan meningkatnya biaya perjalanan, pemondokan dan biaya2 hidup lainnya. Kini seorang siswa dapat memperoleh pendidikan dari negara lain dengan hanya duduk di rumah saja. James Snider dari Universitas Northwestern dalam Majalah The Futurist tahun 1966 pernah mengatakan : “the traditional textobook with national reach is now joined by the virtual course, the virtual classroom, and the virtual school”. Dulu hal ini seperti khayalan, sekarang itu terjadi di depan mata kita.

Kita juga di Indonesia menyaksikan dampak yang hebat dari kemajuan teknologi komunikasi ini. Menurut data yang ada jumlah pengguna facebook di Indonesia sudah mencapai 35 juta orang lebih dan pengguna internet sudah mencapai 45 juta orang lebih. Hal ini menempatkan Indonesia sebagai negara terbanyak kedua pengguna facebook setelah dan ketiga pengguna twitter seteleh Amerika Serikat.

Di dunia ekonomi, kita juga dapat menyaksikan bahwa kemajuan teknologi komunikasi dan informasi telah mengakibatkan perubahan drastis, misalnya penggunaan computer dalam bidang penerbangan berguna untuk penelitian aerodinamika, berhasil mengurangi biaya dalam rekayasa komponen pesawat. Juga membuat sistem ticketing global sehingga mengakibatkan seorang penumpang dari belahan bumi manapun dapat memesan tiket di kantor penerbangan yang berpusat di belahan bumi lain.

Memang benar, kemajuan teknologi komunikasi dan informasi akhirnya menjadi strategi penting dalam kehidupan manusia. Bukan saja berfungsi sebagai respon terhadap factor lingkungan eksternal manusia, juga membangun jati diri manusia itu sendiri. Karena itu sebagian orang merasakan manfaat teknologi ini sebagian lainnya melihat adanya potensi penyimpangan penggunaan teknologi ini.

Dalam konteks politik misalnya, beberapa konflik antar bangsa muncul karena kesalahpahaman akibat dari sedikitnya informasi, bukan karena banyaknya informasi. Acapkali informasi yang sedikit itu berupa rumor yang bersifat imaginary. Larinya modal secara cepat dari satu negara kenegara lain itu juga salah satunya disebabkan karena adanya rumor itu.

Dalam menerima kemajuan teknologi informasi dan komunikasi superhighway ini, otak manusia bukanlah sekedar alat penerima informasi pasif saja. Ia memproses informasi yang masuk, mengatagorikan, membetuk lalu menghubungkannya dengan informasi lain. Dengan itu manusia sanggup menganalisa dan mengambil kesimpulan atas informasi yang sebelumnya mentah kedalam bentuk susunan berfikir yang lebih kompleks. Kalau prinsip pokok ini tidak disadari, teknologi itu akan dimanfaatkan secara negatif. Sebab kemajuan teknologi informasi dan komunikasi ini tak mempunyai batas negara. Berarti hampir semua penerima informasi di dunia ini memiliki potensi untuk menjadi “penerbit informasi” menurut versinya masing-masing. Kisah nyata revolusi didunia Arab yang kita saksikan sekarang ini bisa diketahui masyarkat dunia luas karena munculnya banyak penerbit informasi itu – ada yang lewat youtobe, facebbok, twitter dan skype.

Sebaliknya masing-masing mempunyai potensi untuk diketahui hidupnya yang bersifat privasi. Orang di belahan dunia lain bisa mengatahui kondisi keuangan seseorang, nama teman-temannya, nama saudaranya bahkan cara berfikir orang itu bisa di ketahui. Karena itu orang mulai sadar “ right now, cyberspace is like a neighborhood without police department”. Dinegara maju banyak ditemui lembaga yang membantu masyarakat untuk dapat menerima informasi yang berguna, serta menerima pengaduan masyarakat tentang penggunaan negative teknologi superhighway ini. Ada baiknya di negara kita ini lembaga-lembaga semacam itu harus segera di pikirkan, daripada terlambat.

*) Drs. Ec. Ahmad Cholis Hamzah, MSC, alumni University of London, Wakil Ketua Ikatan Alumni FE Universitas Airlangga, dan saat ini dosen di PERBANAS dan STIESIA Surabaya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Akhyari Hananto lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Akhyari Hananto.

Terima kasih telah membaca sampai di sini