Hati di Udara

Hati di Udara
info gambar utama

by Esti Durahsanti

Tadi malam dalam perjalanan pulang kantor, seperti biasa saya mendengarkan radio Suara Surabaya (SS) untuk sekedar menemani perjalanan sambil memantau berita-berita terbaru, dan yang terpenting pantauan kondisi lalu lintas. Tapi malam itu ada sesuatu yang berbeda.

Seorang Bapak menelpon (sayang sekali, saya lupa namanya) untuk melaporkan tentang donor darah yang baru saja ia lakukan di PMI Surabaya. Beliau melaporkan bahwa permintaan 5 kantong darah golongan O+ yang dibutuhkan oleh salah seorang pendengar Suara Surabaya sudah terpenuhi.

Sebelumnya seorang pendengar, Ibu Lina menelpon ke SS untuk meminta bantuan SS mengudarakan bahwa anaknya Jacky Arianto (9) yang menderita leukimia sejak 2009, sedang membutuhkan transfusi darah sebanyak 5 kantong.

Tak berselang lama setelah berita diudarakan, beberapa orang langsung mendatangi kantor PMI untuk mendonorkan darah bagi putra bu Lina. Tetapi, sayang karena belum ada permintaan resmi dari Ibu Lina, kantor PMI tidak bisa begitu saja menyalurkan darah yang didonorkan langsung ke ibu Lina. Si Bapak penelpon tersebut kemudian langsung berinisiatif menelpon SS untuk meminta no telepon ibu Lina.

Setelah dihubungi, ternyata Ibu Lina memang hanya sendirian di RS dr. Soetomo sehingga dia agak kesulitan meninggalkan puteranya untuk mengurus permohonan darah ke PMI. Si Bapak pun langsung berangkat menuju rumah sakit menemui ibu Lina untuk mengantarkan formulir dari PMI untuk diisi ibu Lina dan kembali lagi ke PMI untuk mendonorkan darah. Selain beliau, ada 4 orang lagi yang datang untuk mendonorkan darah, sayang satu di antaranya tidak bisa diterima karena belum memenuhi persyaratan. Luar biasa!

Setelah Bapak tersebut mengudara di SS, gantian Ibu Lina mengudara untuk menyampaikan rasa terima kasihnya kepada SS dan para pendengar karena kebutuhan darah anaknya langsung terpenuhi. Bu Lina bersyukur ia masih menyimpan nomor telepon SS. Ternyata ia mendapatkan nomor SS dari seseorang yang kebetulan ia temui di kereta. Ibu Lina sendiri berasal dari Pasuruan, tetapi rutin bolak-balik ke Surabaya karena anaknya harus dirawat di RS dr. Soetomo.

Wow, betapa! Sangat melegakan rasanya mendengar bahwa kepedulian sosial itu masih ada. Tak hanya kepedulian sosial dari si Bapak pendonor (dan pendonor-pendonor lainnya), tetapi juga kepedulian dari SS dan komitmen para penyiar dan gatekeeper yang bertugas malam itu untuk membantu ibu Lina, oh... dan yang terpenting adalah kepedulian dari siapapun yang memberikan nomor telepon SS kepada ibu Lina di atas kereta.

Bapak atau ibu atau siapapun yang ditemui di atas kereta itu mungkin tak menyangka bahwa berawal dari kepeduliannya atas kondisi putera bu Lina dengan melakukan hal sepele, memberikan nomor telepon radio SS kepada ibu Lina, ternyata bisa menyelamatkan nyawa Jacky.

Malam itu, saya memetik satu pelajaran sederhana tapi indah, PEDULI. Yah, kepedulian, sekecil apapun adalah langkah awal untuk sebuah kebaikan. So, i made a pledge to myself, from now on, PEDULI! Mau gabung??

Ditulis untuk Good News From Indonesia.

Penulis bisa dihubungi di durahsanties@yahoo.com

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Akhyari Hananto lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Akhyari Hananto.

Terima kasih telah membaca sampai di sini