Karya Besar Penjaga Kedaulatan Negeri

Karya Besar Penjaga Kedaulatan Negeri
info gambar utama
Oleh: Ahmad Cholis Hamzah* Tentara Nasional Indonesia atau TNI itu memiliki kekhasan sejarah, yaitu keberadaanya berasal dari beberapa elemen rakyat yang bahu membahu mempertahankan negeri ini. Penulis sendiri memiliki almarhum sepupu bernama Abdul Majid yang gugur ditembak pasukan Belanda ketika hendak menghancurkan sebuah jembatan di Mojokerto pada saat revolusi dulu. Sepupu saya berasal dari kesatuan Hisbullah, gabungan dari pemuda-pemuda Islam yang ikut elemen bangsa lainnya untuk merebut kemerdekaan RI. Semua elemen pergerakan itulah yang pada akhirnya melebur menjadi TNI seperti yang kita kenal sekarang. Karena itu doktrin TNI itu fokusnya ke rakyat, system pertahanannya pun mengandalkan kesatuan rakyat, sampe-sampe strategi gerilya – yang pernah ditulis almarhum Jenderal Nasution dan menjadi referenesi tentara di dunia ini sebenarnya adalah doktrin TNI yang ber intikan keterlibatan rakyat itu. Implikasi dari sejarah TNI yang dekat rakyat itu adalah segala pencapaian TNI selama ini haruslah diketahui oleh rakyat, apalagi semua kebutuhan TNI itu juga berasalan dari uang rakyat. Sayangnya kemajuan dan kehebatan TNI itu jarang yang diketahui public secara luas, karena nampaknya berita tentang TNI itu tidak se – sexy berita tentang proses penyusunan cabinet presiden Jokowi. Karena itu tidak semua diantara kita ini mendengar khabar yang mengagumkan misalnya – bahwa Tim penembak TNI Angkatan Darat berhasil mengukir prestasi membanggakan. Mereka menjadi juara umum pada kejuaraan menembak tingkat internasional Australian Army Skill at Arms Meeting (AASAM) 2014. Kejuaraan itu digelar pada tanggal 5 hingga 16 Mei 2014 di Australia. Tim TNI AD memperoleh 32 medali emas, 15 medali perak dan 20 medali perunggu. Menempati urutan kedua tim penembak tuan rumah Australia dengan perolehan medali 6 emas, 15 perak dan 20 perunggu. Sementara di urutan ketiga ditempati oleh tim penembak dari tentara Brunei Darusallam dengan perolehan medali 5 emas, 4 perak dan 1 Perunggu. Dan hebatnya gelar sebagai juara umum yang diraih TNI AD ini merupakan yang ke 7 kalinya diperoleh secara berturut-turut dari tahun 2008 hingga 2014. Padahal pesaing TNI AD itu adalah tentara-tentara dari negara-negara yang diantaranya adalah negara maju seperti Negara di kawasan Asia Pasifik yaitu, Australia, Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Jepang, Filipina, Thailand, Timor Leste, Papua Nugini, Singapura, Brunai Darussalam, New Zealand, New Caledonia, Papua Nugini dan Tonga. Yang lebih membanggakan adalah dalam ajang kompetisi itu TNI AD menggunakan senapan, pistol, senapan otomatis (SO) dan gabungan senapan dan SO yang nota benee adalah produk dalam negeri yaitu produk PT Pindad (Persero) antara lain senapan serbu SS2-HB (Heavy Barrel), senapan Mesin SM-2 dan SM-3 serta pistol G2 versi Elite; yang reputasinya tidak kalah dengan senjata-senjata buatan negara maju seperti M16 dan AK47. Biasanya orang memicingkan sebelah mata ketika mendengar kata “produk dalam negeri”. Tapi keberhasilan TNI AD selama tujuh kali dalam kompetisi itu membuka mata kita bahwa karya anak bangsa bisa menghantarkan TNI kita berhasil di kancah kompetisi internasional. Publik juga jarangyang mengetahui bahwa lembaga-lembaga litbang dilingkungan TNI dan upaya TNI untuk menjaring para peneliti anak-anak muda demi kemajuan TNI. Misalnya baru-baru ini dalam menyambut HUT TNI yang ke 69, ada sepuluh anak bangsa ini memperoleh penghargaan TNI atas jerih payahnya menciptakan teknologi untuk kemajuan TNI. Salah satunya adalah Bambang Riyanto dari IPB. Dia bersama dengan dua rekannya yang dosen di Departemen Teknologi Hasil Perairan dan Departemen Fisika menciptakan tekonologi tinggi anti radar dari bahah-bahan sederhana yaitu tulang ikan dan cangkang udang. Umumnya orang justru membuang ketempat sampah bahan-bahan ini. Saking kagumnya Panglima TNI atas penemuan ini minta temuan teknologi anti radar itu di uji di tank miliki TNI. Peraih penghargaan TNI lainnya adalah para peneliti muda dari Litbang TNI AD yang merangcang bangun senjata Dopper, Litbang TNI AL membuat prototipe swamp boat dan Litbang TNI AU membuat bom tajam BT – 500 untuk pesawat standar NATO. Litbang ketiga Angkatan itu juga membuat teknologi non-alutsista seperti TNI AD menciptakan indeks vegetasi citra satelit peningdraan jarak jauh untuk mendeteksi samaran pasukan musuh di medan tertutup; dan lain-lain penemuan baru yang berguna untuk kemajuan TNI. Gambaran diatas hanyalah sebagian kecil dari pencapaian TNI selama ini, yang publik tidak banyak yang tahu. Berita yang meluas tentang TNI hanyalah hal-hal yang terhadi masa lalu, soal pemihakan TNI dengan kekuatan politik, soal pelanggaran HAM, atau berita-berita baru  soal tawuran anggota TNI dengan Polri. Tentu berita semacam itu tidak boleh kita nafikan begitu saja karena dalam beberapa hal - itu merupakan fakta sejarah. Namun sebaliknya sejarah positif yang telah ditorehkan TNI di lembaran sejarah bangsa juga tidak boleh dihilangkan. Keberhasilan TNI dalam mengembangkan tekknologi modern seperti contoh diatas perlu di sebar luaskan kepada publik karena disamping untuk menumbuhkan kebanggaan rakyat terhadap tentaranya, juga merupakan bentuk akuntabilitas TNI kepada rakyat, karena sekali lagi TNI dalam sejarahnya dibentuk oleh rakyat dan segala keperluannya dibiayai oleh rakyat. Penulis sendiri memiliki buku-buku tentang kehebatan tentara negara-negara maju dari sejak perang dunia I sampe II, tapi buku-buku tentang TNI nampaknya jarang ada, kalau toh ada adalah biografi para tokoh-tokoh TNI. Yang penulis miliki tentang TNI yang menggugah hati, adalah buku kecil – manual tatacara TNI ber-sholat diwaktu perang yang diterbitkan tahun 1950 an (almarhum Bapak – saya memanggilnya Abah adalah pembina rokhani, dulu kalau tidak salah namanya Pusroh –Pusat Rohani TNI AD Kodam Brawijaya). Sahabat dan adik penulis, penggagas Goodnewsfromindonesia yang memiliki visi menyebarkan luaskan hal-hal yang positif dari bangsa ini, sudah menulis beberapa buku tentang kemajuan bangsa ini. Ada baiknya, dia berserta anak-anak muda lainnya yang memiliki potensi, energi serta semangat kebangsaaan yang tinggi mulai berfikir untuk menyumbangkan karyanya menulis pencapaian-pencapaian TNI yang mengagumkan selama ini – yang rakyat jarang yang tahu. Soal perpecahan DPR di Jakarta, soal kritikan soal kabinet yang baru, soal korupsi dan sebagainya, bukannya tidak penting – tapi biarlah ditulis oleh para pakar yang mendalami soal-soal itu, tapi sebaliknya harus ada yang menulis karya besar Tentara Nasional Indonesia agar bangsa ini mengetahui. Kalau bukan kita sendiri yang menghargai karya besar TNI itu, siapa lagi. *Alumni University of London, Universitas Airlangga Dan dosen STIE PERBANAS Surabaya. Sumber foto: - Detik.com - StraitsTimes.com

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Akhyari Hananto lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Akhyari Hananto.

Terima kasih telah membaca sampai di sini