Tanpa optimisme, maka...

Tanpa optimisme, maka...
info gambar utama
Saya selalu ingat cerita ayah saya ketika kecil, cerita yang beliau ulang-ulang dalam berbagai kesempatan, terutama saat saya memijati punggungnya selepas penat bekerja seharian.  Kisah yang beliau ceritakan masih terpendam dalam di benak saya. Ini bukan kisah nyata. Sebut saja Bambang dan Eko, baru lulus dari perguruan tinggi, dan mantap untuk membangun usaha sendiri untuk menunjang penghidupan masa depannya. Keduanya mempunyai bisnis yang sama, yakni berjualan baju. Pada suatu kesempatan, keduanya pergi ke sebuah pulau antah berantah untuk melakukan survei pasar. Di pulau tersebut, mereka menemukan bahwa semua orang tidak pakai baju. Tak ada satupun yang terlihat tertarik dengan 'baju'. Sepulang dari pulau tersebut, Bambang dan Eko menulis di jurnal hariannya. Bambang menulis: “Sungguh perjalanan yang sia-sia. Membuang waktu dan uang. Semua orang tidak suka pakai baju. Saya coba tawarkan satu baju gratis kepada seorang anak remaja, dicoba, dan langsung dibuang. Benar-benar pasar yang tidak potensial” Di lain pihak, Eko menulis: “Luar biasa. Semua orang belum punya baju. Puluhan ribu orang. Pasar yang sangat potensial. Mereka memang belum punya keinginan memakai baju, tapi dalam 2-3 tahun, budaya mereka akan ku ubah. Tidak mudah, tapi bukan hal yang mustahil”. Matur nuwun, Bapakku di Jogja.** **Semoga cepat diberi kesembuhan

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Akhyari Hananto lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Akhyari Hananto.

Terima kasih telah membaca sampai di sini