Roti Basi Menjadi Bros

Roti Basi Menjadi Bros
info gambar utama
Kelompok mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta mengolah roti kedaluwarsa menjadi bros yang ramah lingkungan, dan memiliki nilai ekonomi. "Bros itu memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan produk lain yang sejenis," kata koordinator kelompok Sarah Sekar Langit di Yogyakarta, Minggu. Beberapa keunggulan itu di antaranya mudah mengikuti mode yang sedang berkembang di masyarakat, sehingga lebih "up to date", tahan lama, dapat ditambahkan aroma, dan harga murah. "Keunggulan lainnya adalah bros dari roti kedaluwarsa tersebut merupakan produk go green yang ramah lingkungan," katanya. Menurut dia, untuk mengolah roti kedaluwarsa menjadi bros digunakan seni pengolahan roti menjadi clay yang disebut dengan nendo. Nendo berasal dari Jepang dan dibawa langsung ke Indonesia. Selama ini, kata dia, nendo hanya sebagai pajangan bernilai artistik tetapi kurang memiliki nilai guna. Padahal nendo dapat diubah menjadi bros. "Selain murah dan memiliki nilai kegunaan, bros dari nendo juga ramah lingkungan tidak seperti plastik atau besi yang selama ini digunakan untuk pembuatan bros," katanya. Ia mengatakan untuk membuat bros dari limbah roti itu digunakan bahan baku antara lain roti kedaluwarsa, lem kayu, natrium benzoat, peniti, dan cat semprot bening. Bahan tambahannya adalah pewarna makanan, zat aromatik, dan lem tebak. Cara membuatnya adalah roti kedaluwarsa diambil bagian dalamnya saja tanpa kulit dan dihancurkan. Kemudian ditambahkan natrium benzoat dan zat aromatik (vanili, kayu manis atau cengkeh dalam bentuk cair) dan diuleni sampai kalis. Menurut dia, jika adonan bros sudah kalis kemudian dibagi menjadi beberapa bagian dan ditambahkan pewarna makanan yang berbeda-beda pada tiap-tiap bagian. Selanjutnya dicampur sampai rata, dibentuk, dan dicetak sesuai selera. "Kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari selama dua hari. Setelah kering disemprot dengan cat semprot bening dan dikeringkan kembali selama satu hari, dan bros siap digunakan," katanya. Anggota kelompok mahasiswa UNY itu antara lain Zulfatin Rahmahani, Ari Wahyu Martina, Surya Jatmika, dan Diah Intan Kusuma. sumber: antara

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini