Pada tahun 1963, Singapura yang sebelumnya sudah punya pemerintahan sendiri, (terpaksa) bergabung dalam Federasi Malaya (yakni gabungan wilayah-wilayah di Semenanjung Malaya, Sabah dan Serawak) karena sadar (dan khawatir) terkait kecilnya wilayah mereka, sumber daya air yang sangat terbatas, dan pasar yang kecil untuk menumbuhkan ekonomi. Karena berbagai masalah politik dan ideologi, Singapura akhirnya dikeluarkan pada 1965, dan terpaksa harus mencari cara untuk menghidupi diri sendiri, tanpa bergantung lagi pada negara lain.
Inilah beban besar di pundak Lee Kuan Yew.
Setelah 'merdeka' dari Malaysia, Singapura dipaksa bergantung pada pasar domestik yang kecil serta tingkat pengangguran dan kemiskinan yang tinggi. Tujuh puluh persen keluarga di Singapura tinggal dengan kondisi ekonomi yang tidak buruk, dan tinggal penuh sesak di daratan kecil tersebut. Sepertiga diantaranya tinggal di daerah kumuh di pinggiran kota. Angka pengangguran rata-rata 14%, pendapatan per kapita masih US$ 516, dan setengah dari populasinya masih buta huruf.
BBC menulis, bahwa Lee Kuan Yew bermimpi mengubah Singapura dari yang pernah disebut 'limbah kemelaratan dan degradasi' menjadi negara industri modern. Menjadikan Singapura dari negara dunia ke-3 masuk ke jajaran negara maju, kaya, dan dihormati.
Sebuah mimpi besar mengingat kondisi Singapura masa itu.
Bagaimana langkah-langkah Singapura hingga bisa mencapai sekarang?
(Bersambung)
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News