Inilah Ragam Rumah Gadang. Ikon Ranah Minang

Inilah Ragam Rumah Gadang. Ikon Ranah Minang
info gambar utama
By : Asro Suardi (Asro Sikumbang Minangkabau) Catatan Perjalanan, Pengalaman dan Analisa menelusuri/menggali Kekayaan Minangkabau dan Nusantara

Rumah_Gadang

Rumah Gadang1 merupakan salah satu dari sekian banyak hasil peradaban kebudayaan, dan seni tradisi yang mengisi keragaman arsitektur tradisional di Indonesia. Rumah adat ini merupakan symbol arsitektur yang dimiliki oleh etnis Minangkabau. Rumah. Rumah gadang bagi masyarakat Minangkabau dimiliki oleh suatu keluarga atau kaum2 dan symbol tradisi matrilineal3 dimana rumah gadang dimiliki oleh kaum perempuan dan garis keturunan perempuannya. Terungkap dalam petikan mamangan4 adat Minangkabau tentang kedudukan dan fungsi Bundo Kanduang5 yang berbunyi :

            Bundo Kanduang – Limpapeh6 Rumah Nan Gadang Artinya Bundo Kanduang – Semarak rumah yang besar

Fungsi Rumah Gadang adalah sebagai tempat tinggal bagi garis keturunan matrilineal dan juga sebagai tempat melaksanakan kegiatan adat dan ritual di Minangkabau. Bangunan ini, dapat kita temukan biasanya dimiliki oleh suatu keluarga atau suatu kaum. Bangunan rumah gadang yang dimiliki oleh suatu Keluarga biasanya berukuran lebih kecil daripada yang dimiliki oleh suatu kaum. Karena rumah yang dimiliki oleh suatu kaum, mempertimbangkan untuk menampung gabungan keluarga yang memiliki satu garis keturunan / suku di Minangkabau.

Digital Camera

Gb.1.Rumah Gadang Kampai Nan Panjang, Nagari Belimbing,Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat

Proses perencanaan, pencarian bahan, tata cara membangun, model, materi, bentuk hingga ukiran dari sebuah rumah gadang. Mengandung   makna dan filosofi, yang menjadi pelajaran dalam kehidupan masyarakat Minangkabau. Pada zaman dahulu hingga sebelum berkembangnya bangunan modern, kompleks Rumah Gadang biasanya memiliki dua hingga enam buah rangkiang7 yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan padi milik keluarga atau kaum yang menghuni di Rumah Gadang. Selain itu Rumah Gadang Kaum pada masanya memiliki satu surau8 kaum yang dipergunakan untuk tempat menuntut ilmu agama dan mengaji. Hingga dewasa ini, masyarakat mengenal rumah gadang dengan cirri – cirri utama atap yang berbentuk seperti tanduk kerbau. Namun hal yang ditemui dilapangan dan telah menjadi kajian bahan penelitian para ahli. Rumah Gadang diMinangkabau memiliki tipe dan ragam bentuk yang beraneka ragam. Tipe Rumah Gadang di Minangkabau terdiri dari Rumah Gadang Atok9 Bagonjong10 dan Rumah Gadang Atok Tungkuih11 Nasi. Rumah Gadang bagonjong identik dengan atap yang menyerupai tanduk kerbau, bahkan menurut beberapa pendapat atap ini mengadaptasi bentuk kepakan sayap garuda yang banyak ditemui diwilayah pedalaman atau wilayah darek12. Sedangkan rumah gadang tungkuih nasi identik dengan atap yang menyerupai bungkus nasi, dan rumah gadang ini ditemui di daerah pesisiran.

440732257_1d8b32c290

Gb.2. Rumah Gadang Tipe Bagonjong

p.txt

Gb.3.Rumah Gadang Tungkuih Nasi

Data penelitian menunjukkan,banyaknya tipe dan ragam rumah gadang yang ditemukan di Minangkabau dilihat dari bentuk atap dan bentuk struktur bangunan. Rumah gadang bagonjong diMinangkabau yang ditemukan adalah rumah gadang gajah maharam13, rumah gadang gonjong ampek14 siba15 baju, rumah gadang gonjong anam16, rumah gadang gonjong batingkek17, rumah gadang surambi18 Aceh, rumah gadang surambi Aceh bagonjong ciek19, rumah gadang surambi aceh bagonjong duo20, rumah gadang surambi papek21, rumah gadang surambi papek batingkok22, rumah gadang bagonjong limo23 atau biasa disebut dengan rumah gadang rajo24 babandiang25, rumah gadang gonjong limo batingkek26, rumah gadang bagonjong ampek baanjuang27, rumah gadang gonjong anam baanjuang, rumah gadang lontiak28 bagonjong duo, bahkan rumah gadang diMinangkabau juga memiliki atap gonjong terbilang angka ganjil seperti gonjong lima dan gonjong tiga. 14

2012-10-26 10.43.00

Gb.6.Rumah Lontiak (bahasa Minang), Lontik, Pancalang, Lancang(Bhs.Melayu Riau) Bagonjong Duo di Kampar,Riau

Sedangkan rumah gadang tungkuih nasi konstruksi atapnya berbentuk bungkus nasi. Tipe ini banyak terdapat di Pariaman. Masih termasuk ke dalam tipe konstruksi tungkuih nasi, namun sedikit memiliki cirri khas berbeda adalah rumah gadang yang terdapat di Kota Padang dan Kabupaten Pesisir Selatan adalah rumah gadang Kajang29 Padati30. Rumah gadang Kajang Padati memiliki atap yang lentik atau biasa disebut dengan gonjong tak sampai. Bentuk atap rumah gadang Kajang padati mendekati bentuk atap rumah gadang lontiak bagonjong duo. bentuk atap arsitektur tradisional Aceh dan juga bentuk atap arsitektur tradisional Batak di Sumatera Utara. Adanya tipe rumah gadang Kajang Padati merupakan bentuk perjalanan sejarah, dimana perubahan bentuk atap rumah gadang terjadi karena adanya peristiwa sejarah. Ketika Kerajaan Aceh menguasai pesisir barat Minangkabau (Sumatera Barat).

DSC_0095

Gb.7.Rumah Gadang atap Kajang Padati

17012014131125Picture1

Gb.8.Gedung baru kantor Balai Kota Padang di Air Pacah Padang, mengambil bentuk tipe bangunan Kajang Padati bangunan asli kota Padang

Selain itu, di Minangkabau tipe terdapat 2 tipe bentuk rumah gadang yang dipengaruhi oleh adanya 2 sistem dari 3 sistem demokrasi yang berkembang. Paham demokrasi yang dianut di Minangkabau yaitu “Lareh31 Koto Piliang” yang dikembangkan oleh Datuak Katumangguangan32, Lareh Bodi Caniago yang dikembangkan oleh Datuak Parpatiah Nan Sabatang33 dan Lareh Nan Panjang yang dikembangkan oleh Datuak Sri Maharajo Nan Banego – Nego34 (Datuak Sikalab Dunie). Lareh Koto Piliang dan Lareh Bodi Caniago merupakan 2 sistem demokrasi awal yang berkembang di Minangkabau. Lareh Koto Piliang dalam ungkapan adat menganut paham “Bajanjang naiak, batanggo turun” yang berarti hirarki dan vertical,   Lareh Bodi Caniago dalam ungkapan adat menganut paham “Duduak randah, tagak samo tinggi” yang berarti egaliter dan horizontal dan Lareh Nan Panjang merupakan paham yang lahir dengan menganut paham 2 sistem demokrasi yang telah terlebih dahulu muncul. Seperti yang berbunyi dalam ungkapan adat “Pisang Sikalek kalek Hutan, Pisang Tambatu Nan Bagatah, Koto Piliang inyo bukan, Bodi Caniago inyo antah” yang dalam bahasa Indonesia berbunyi “Pisang Mentah Hutan, pisang batu yang bergetah, Koto Piliang dia bukan, bodi caniago dia tidak”. Dengan adanya 2 paham awal yang masing – masing menganut paham hirarki dan egaliter. Mempengaruhi bentuk rumah gadang yang dimiliki oleh keluarga atau kaum di Minangkabau. Sangat mudah dilihat perbedaan rumah gadang apabila dibedakan berdasarkan paham demokrasi yang dianut. Paham sistem demokrasi Lareh Koto Piliang rumah adatnya bercirikan adanya tingkatan – tingkatan (baanjuang) pada lantai rumah yang pada fungsi masing – masing tingkatan menjelaskan kedudukan seseorang di keluarga atau kaum. Semakin tinggi tempat duduk seseorang semakin tinggi kedudukannya. Contoh yang dapat kita lihat jelas adalah ikon wisata Sumatera Barat, yaitu Istano Basa Pagaruyung. Sedangkan paham demokrasi lareh Bodi Caniago bentuk rumah gadangnya bercirikan lantai yang datar.

1606986_10201354428576655_1166200237_n

Gb.9.Rumah Gadang Lareh Koto Piliang

Ditandai dengan tingkatan pada lantai atau baanjuang

Rumah_gadang_1910

Gb.10.Rumah Gadang Lareh Bodi Caniago.

Ditandai dengan lantai yang sama datar.

Dengan adanya tipe rumah gadang yang dilihat dari tipe atap dan bentuk struktur bangunan menambah kekakyaan khasanah ragam budaya Minangkabau. Keragaman terjadi oleh factor wilayah alam, hasil kebudayaan hingga pengaruh kekuasaan yang terjadi pada masanya. Pada masa lalu, atap rumah gadang dibuat dari bahan ijuk, dinding, lantai dan tonggak diperoleh dari kayu yang berkualitas tinggi untuk menjaga kualitas rumah gadang. Pada prosesnya, kayu yang dipilih direndam dalam waktu yang lama di dalam lumpur untuk menjaga ketahanan rumah gadang. Salah satu kayu dirumah gadang akan mendapat nama dan kedudukan istimewa. Dikenal dengan “Tonggak Tuo35 yang merupakan tonggak pertama yang diambil dari sekian banyak tonggak yang akan menopang rumah gadang.

20150201_123316

Gb.11. Upacara Batagak Tonggak Tuo Rumah Gadang di Nagari Sumpur, Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat.

Selain memiliki keragaman dalam bentuk dan tipe. Rumah Gadang juga memiliki ragam keunikan yaitu rumah tradisional ini tidak memakai paku dalam menyambung kayunya, selain itu pada dasar rumah gadang terdapat sandi dari batu yang bertujuan untuk membuat rumah gadang tahan akan getaran. Keunikan ini merupakan hasil pemikiran nenek moyang untuk mampu bertahan dari keadaan alam dan wilayah yang keras. Bentuk rumah gadang sangat memperhitungkan penyesuaian dengan kondisi alam. Seperti harus tahan dari angin (dapat dilihat pada konstruksi bangunan atap bagonjong dan kemiringan membangun rumah gadang ) serta memiliki aliran angin dibawah bangunan atau biasanya disebut panggung yang juga dimiliki oleh banyak bangunan arsitektur tradisional Indonesia lainnya. Selain itu untuk mampu menahan getaran (dapat kita ketahui saat ini Sumatera merupakan jalur patahan lempeng terbesar di Indonesia) hasil konstruksi rumah gadang adalah tidak adanyanya pemakaian paku dalam rumaha gadang, cara yang dipakai adalah menyambung kayu untuk membentuk struktur bangunan dan juga adanya pemakaian batu sebagai sandi dari tonggak penyambung ke tanah yang bertujuan untuk menahan dari getaran. Yang telah menjadi hasil penelitian dunia, bahwasanya rumah gadang merupakan arsitektur anti gempa.

1900144_10201354431496728_1020566088_n

Gb.12. Sandi Batu. Penopang tonggak rumah gadang

Dalam pembangunan rumah gadang, yang saya ketahui biasanya melalui banyak proses yaitu musyawarah untuk merencanakan membangun rumah gadang, melaksanakan gotong royong bersama mencari bahan, dan membangun secara bergotong royong. Proses yang dilakukan melalui prosesi adat yang berlaku.

10949035_663842450404385_1518303843_n

Gb.13. Salah satu bentuk Gotong Royong dalam pembangunan rumah gadang. Prosesi Batagak Tonggak Tuo

Selain mengandung fungsi, makna, dan filosofi dari proses pembangunan. Tatacara ketika berada di rumah gadang sudah diatur dalam adat Minangkabau. Salah satunya adalah posisi duduk ketika ada suatu prosesi adat. Duduk dirumah gadang tidak boleh sembarangan, karena posisi – posisi duduk telah diatur sesuai dengan kedudukan dalam sebuah keluarga atau kaum. Rumah Gadang merupakan salah satu hasil peradaban kebudayaan Nusantara yang menjadi poros terpenting yang membentuk masyarakt Minangkabau.. Rumah Gadang adalah rumah adat tradisional masyarakat Minangkabau yang memiliki makna , filosofi, dan ilmu pengetahuan.

1411131542_kadisbudparpora-marwan-hadiri-batagak

Gb.14.Prosesi Batagak Pangulu yang dilakukan di rumah gadang. Selain sebagai tempat tinggal rumah gadang berfungsi sebagai tempat pelaksanaan kegiatan adat dan budaya.

Hingga saat ini, hampir disemua daerah di Sumatera Barat (basis utama etnis minangkabau) masih bisa dijumpai rumah gadang tua yang masih terjaga. Selain rumah gadang tua, kita juga masih bisa menemukan rumah gadang dalam bentuk rumah gadang keluarga lama yang sebenarnya adalah rumah tempat tinggal sebuah keluarga yang mengadaptasi bentuk rumah gadang seperti yang banyak terdapat di Kabupaten Limo Puluh dan di Kota / Kabupaten Solok. Selain itu, dalam pengamatan dalam perjalanan saya menelusuri   Minangkabau (Sumatera Barat) akhir – akhir ini kembali banyak dibangun tempat tinggal yang menggunakan konsep pembangunan rumah gadang lama. Sedangkan perkampungan rumah gadang saat ini masih dapat kita temukan di Solok Selatan yang telah ditetapkan sebagai Nagari36 Seribu Rumah Gadang dan juga dapat dilihat di Nagari Sumpur, sebuah nagari yang terletak di tepi danau singkarak dimana desa ini telah ditetapkan sebagai desa warisan Minangkabau.

1413126-gonjong-atap-rumah-adat-minang-kawasan-nagari-1000-rumah-gadang-620X310

Gb.15.Deretan rumah gadang di Nagari seribu rumah gadang kabupaten Solok Selatan.

Dalam pandangan saya, Rumah Gadang memiliki bentuk yang hampir sama dengan beberapa bentuk rumah adat tradisional lainnya di Indonesia. Yaitu hampir mirip dengan rumah adat Batak di Sumatera Utara, dan rumah adat Toraja di Sulawesi Selatan. Selain menurut analisa saya etnis Minangkabau, Etnis Batak dan Etnis Toraja juga memiliki kesamaan menganut kebudayaan yang menggunakan kerbau sebagai salah satu bagian dari prosesi adat dan budaya.

cats

Gb.16. Rumah Gadang yang menurut analisa saya hampir mirip dengan Rumah adat Batak dan Toraja. Dan ketiga etnik di Indonesia ini memiliki kesamaan dalam menggunakan kerbau dalam prosesi adat dan simbol budaya lainnya

Kondisi rumah gadang saat ini sebagai salah satu poros terpenting yang membentuk masyarakat Minangkabau sudah mulai ditinggalkan, sama halnya dengan kondisi rumah tradisional yang terdapat di seluruh Indonesia. Dengan berbagai factor rumah tradisional sudah mulai perlahan hilang, mulai dari susahnya mencari bahan, biaya perawatan, kerumitan hingga tergerus oleh perkembangan zaman.

budaya_indonesia_1_by_royyan2

Gb.17. Indonesia (Nusantara) Kaya Segalanya

Sudah saatnya kita sebagai sebuah bangsa yang diberikan anugerah keragaman kearifan lokal, adat, budaya, seni tradisi dan alam. Menyadari, menjaga dan mempertahankan yang telah menjadi milik bangsa ini. Salah satunya menjaga dan mempertahankan rumah adat tradisional sebagai ikon arsitektur kebanggaan Indonesia.(***) Kata Kunci : Rumah Gadang, rumah adat tradisional, Minangkabau, Sumatera Barat, IndonesiaGlosarium :1Gadang : Besar 2Kaum : Kelompok/Keluarga garis matrilineal 3Matrilinial : Garis keturunan berdasarkan garis keturunan ibu. 4Mamangan : Ungkapan 5Bundo Kanduang : Berasal dari kata Bundo artinya Ibu, kanduang artinya kandung. Yang berarti ibu kandung. Di Minangkabau setidaknya terdapat 3 versi dari istilah Bundo Kanduang. Pertama Bundo Kanduang menurut cerita kaba, kedua Bundo Kanduang sebagai nama organisasi perempuan di Sumatera Barat dan ketiga versi masyarakat adat Minangkabau. 6Limpapeh : dalam artian harfiah adalah kupu – kupu yang berwarna putih 7Rangkiang : lumbung / tempat menyimpan padi di Minangkabau 8Surau : tempat mengaji dan belajar adat di Minangkabau 9Atok : atap 10Bagonjong : berbentuk seperti tanduk 11 Tungkuih : bungkus 12Darek : merupakan wilayah inti gabungan dari tiga wilayah luak (luhak) yang disebut luhak nan tigo. Luhak adalah merupakan daerah awal bermukim / tanah asa (tanah asal)masyarakat dan daerah awal perkembangan peradaban adat dan kebudayaan Minangkabau 13Maharam : jongkok 14Ampek : empat 15Siba : pisah 16Anam : enam 17Batingkek : bertingkat 18Surambi : serambi 19Ciek : satu 20Duo : dua 21Papek : sejajar 22 Batingkok : mempunyai kata dasar tingkok yang berarti tutup 23Limo : lima 24Rajo : raja 25Babandiang : (ber)banding 26Batingkek : (ber)tingkat 27Baanjuang : tingkatan lantai dalam satu level 28Rumah gadang lontiak : Merupakan rumah adat masyarakat Kampar (yang saat ini Kampar masuk wilayah administratif Riau). Rumah adat ini disebut lontiak karena atapnya lentik dan bangunannya terbuat dari kayu. Kampar memiliki hubungan yang erat dengan Minangkabau. Terbukti dari segi letak wilayah dulunya merupakan wilayah Minangkabau Timur. Namun pendapat ini ditepis oleh pemuka masyarakatnya, karena tidak mau menyebut diri mereka berasal dari Minangkabau. Tetapi sepanjang penelusuran hasil penelitian ini banyak ditemukan bukti – bukti bahwa etnik Kampar adalah bagian dari Sumatera Barat (tesis tradisi basiacuang masyarakat melayu – Kampar – Riau,FIB,UI 2012). Dan juga adat,kearifan lokal,kebudayaan dan seni tradisi masyarakat Minangkabau di Sumatera Barat sama dengan masyarakat Kampar. 29Kajang : anyaman dr bambu (daun nipah, mengkuang, dsb) untuk atap untuk pedati 30Padati : pedati 31Lareh : kata dasar yang dipakai untuk kalarehan (kelarasan) 32Datuak Katumangguangan : Anak dari Sultan Sri Maharajo Dirajo (dipercaya sebagai nenek moyang orang Minangkabau, raja pertama kerajaan tua dan pertama di Minangkabau pedalaman menurut catatan sastra sejarah Minangkabau yang dikenal dengan “Tambo” ) dari hasil perkawinan dengan wanita yang bernama Indo Jalito. 33Datuak Parpatiah Nan Sabatang : Anak dari Cati Bilang Pandai (Ahli Pikir Sultan Maharajo Dirajo) hasil perkawinan dengan Indo Jalito (Salah satu istri Sultan Sri Maharajo Dirajo) setelah sang raja meninggal. Datuak Parpatiah Nan Sabatang merupakan saudara seibu Datuak Katumangguangan. 34Datuak Sri Maharajo Nan Banego – Nego : Adik kandung Datuak Parpatiah Nan Sabatang. Anak dari Cati Bilang Pandi dengan Indo Jalito. Saudara seibu Datuak Katumangguangan 35Tonggak Tuo : tonggak Pertama 36Nagari : desa REFERENSI DATA.
  1. Asro Suardi. Inventarisasi rumah gadang di Minangkabau : Upaya perlindungan, pelestarian, dan pengawasan arsitektur tradisional Minangkabau, artikel dikirim dalam lomba penulisan tentang cagar budaya yang diselenggarakan oleh Badan Purbakala dan Cagar Budaya Batusangakar, Sumatera Barat.
  2. Tesis Tradisi Basiacuang Masyarakat Melayu – Kampar – Riau.FIB UI.2012
  3. Amir .M.S. Masyarakat Adat Minangkabau Terancam Punah. PT.Mutiara Sumber Widya. 2007
  4. Ahmad DT.Batuah dan A.DT.Majoindo. Tambo Minangkabau dan Adatnya. Balai Pustaka. 1956
  5. Mahmoed.BA., A. Manan Rajo Pangulu. Himpunan Tambo Minangkabau dan Bukti Sejarah.
  6. Budaya Alam Minangkabau VI SD.
SUMBER FOTO
  1. Koleksi foto Asro Sikumbang Minangkabau Photographia
  2. kfk.kompas.com
  3. www.jakpost.travel
  4. kelanakecil.wordpress.com
  5. visualheritageblog.blogspot.com
  6. anandyawatiinda.blogspot.com
  7. bappeda.padang.go.id
  8. https://nasbahrygallery1.blogspot.com/2013/07/ragam-bentuk-rumah-adat-minangkabau.html
  9. kebudayaan.kemdikbud.go.id
  10. www.tanahdatar.go.id
  11. imgkid.com
  12. holobis.net
  13. indonesia.travel
  14. triadarabarlian.wordpress.com

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini