Pengagum Simulator Buatan Indonesia

Pengagum Simulator Buatan Indonesia
info gambar utama
Kunjungan 25 Atase Pertahanan (Athan) dari negara sahabat ke kawasan PT Technology and Engineering Simulation (TES) di Lembang, Bandung pada Kamis (9/4), meninggalkan kesan mendalam di benak mereka. Usai melihat industri pertahanan dan mencoba simulator pesawat tempur, mereka tampak kagum dengan kemampuan produk buatan anak Indonesia tersebut. Athan Meksiko Brigjen Alexandro Iturria sibuk mencatat setiap pemaparan dari pihak PT TES tentang beberapa macam simulator pesawat tempur dan aerobatic, maupun tank dan panser. Melihat itu, ia berharap negaranya dapat menjalin kerjasama dengan perusahaan swasta tersebut, yang difasilitasi pemerintah Indonesia. "Tentu saja sangat tertarik, terutama flight simulator. Saya akan melaporkan ke negara saya, tapi untuk keputusan (membeli) saya tidak tahu. Saya hanya memberikan laporan," katanya. Athan Singapura Kolonel Lawrance The Yew Kiat mengaku, kedua negara bisa bekerjasama dalam meningkatkan industri pertahanan. Singapura, kata dia, siap menjalin kerjasama dengan PT TES, baik secara G to G (goverment to goverment), ataupun B to B (business to business). Lawrance mengungkap, hasil perbincangannya dengan perwakilan athan yang hadir, baik negara Asia maupun Eropa menyambut positif pengenalan produk simulator Indonesia. "Kita berharap hubungan antara bisnis ke bisnis antara Indonesia dan negara yang hadir bisa baik. Singapura juga optimis bisa meningkatkan kerja sama yag lebih dalam bidang pertahanan dengan Indonesia," katanya. Presiden Direktur PT TES Muhammad Mulia Tirtusudiro mengatakan, perusahaannya sudah mampu membuat simulator fight FMS (Full Mission Simulator), helikopter, tank, maupun kendaraaan tempur. Dia mengklaim, PT TES merupakan perusahaan simulator terbesar di Indonesia. Untuk menunjang itu, ia mendirikan pabrik seluas enam hektare. disadur dari REPUBLIKA

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini