Bonus Demografi dan Visi Indonesia 2030

Bonus Demografi dan Visi Indonesia 2030
info gambar utama

Visi adalah kemampuan untuk melihat pada inti persoalan, pandangan atau wawasan kedepan dan kemampuan untuk merasakan sesuatu yang tidak tampak melalui kehalusan jiwa dan ketajaman penglihatan serta apa yang tampak di khayalan, penglihatan, dan pengamatan (Kamus Besar Bahasa Indonesia).anak-sekolah-dasar

Visi Indonesia 2030 merupakan sumbangan pemikiran Yayasan Indonesia Forum (YIF). Hal ini merupakan suatu komponen bangsa yang mengimpikan Indonesia bisa maju dan sejajar dengan negara besar di dunia.

Sebagai komponen bangsa yang mengimpikan Indonesia bisa maju dan sejajar dengan negara – negara besar dunia. Ini bukanlah sekedar mimipi kosong melainkan mimpi yang dilandasi dengan kajian ilmiah yang rasional, dipadukan dengan realitas kehidupan nyata masyarakat Indonesia.

Pada tahun 2007, YIF sudah memproyeksikan bahwa pendapatan perkapita masyarakat Indonesia pada tahun 2010 akan mencapai 1.838 dollar AS. Namun realitasnya, pendapatan masyarakat kita ternyata melebihi proyeksi YIF. Bahkan saat ini saja pendapatan perkapita sudah 3.500 dollar AS. Jadi bukan tidak mungkin kalau pada tahun 2030 proyeksi YIF terhadap pendapatan perkapita masyarakat Indonesia dan perekonomian nasional akan melebihi apa yang diramalkan seperti tahun 2007 yang lalu.

Menurut Chairul Tanjung jika ingin melihat Indonesia dalam jangka panjang sekitar 30 tahun kedepan tidak bisa didasari pada instrumen moneter atau fiskal saja. Karena akan ada variabel lain yang mempengaruhinya yaitu kependudukan atau demografi.

Untuk melihat tren Indonesia kedepan juga harus melihat bagaimana realitas ekonomi Indonesia 20 – 30 tahun ke belakang. Proyeksi masyarakat Indonesia dalam 25 tahun kedepan juga sangat menentukan kebijakan strategis yaitu kebijakan mengenai peta industri dan konsumsi yang diaplikasikan untuk saat - saat ini. Karena bagaimanapun penduduklah yang pada akhirnya menentukan kualitas perekonomian sebuah bangsa dalam jangka panjang.

Prof. Suahasil Nazara, S.E., M.Sc., Ph.D. guru besar ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas yang mempopulerkan bonus demografi mamaparkan untuk melihat Indonesia 25 tahun kedepan sebagai referensi terpendek idealnya kita juga harus melihat 25 tahun kebelakang.

Logika berfikir seperti itu sangat rasional. Karena pada tahun 1970-an sebuah keluarga rata – rata memiliki lima orang anak . Pada saat itu angka rata – rata memiliki lima orang anak, angka rata – rata kelahiran anak menunjukan seorang perempuan rata – rata melahirkan lima orang anak. Dalam kondisi itu seorang ayah bekerja untuk menghidupi tujuh orang sekaligus. Yaitu lima anak, dia sendiri dan istrinya. Jika dibandingkan saat ini rata – rata keluarga hanya memiliki dua anak saja. Menurunya jumlah anggota keluarga biaya hidup kemudian menurun. Seorang ayah bekerja hanya untuk menghidupi empat orang anak saja. Dia dan istri serta kedua anaknya. Logikanya kemampuan menabung semakin meningkat, ditambah lagi pertumbuhan ekonomi secara makro yang diharapkan secara otomatis meningkatkan pendapatan keluarga ditingkat mikro.

Tabungan inilah yang menjadi penggerak ekonomi Indonesia. Menjadi modal investasi pembangunan. Inilah inti perhitungan bonus ekonomi secara sederhana seperti yang dipaparkan Prof. Suahasil.

Perhitungan tentang bonus demografi seperti yang dilontarkan Prof. Suahasil kemudian dipadu padankan dengan perhitungan mengenai potensi potensi pangan, energi, air (food, energy, water). Itu semua menjadi bahan untuk dituangkan dalam Visi Indonesia 2030 sebagaimana diharapkan suatu saat Indonesia sejajar dengan negara – negara besar di dunia, dihuni masyarakat yang sejahtera, dengan kemajuan ekonomi yang dinikmati merata oleh setiap warga negara Indonesia.

Visi Indonesia 2030 ditopang oleh empat pilar

  1. Pengelolaan kekayaan alam yang berkelanjutan
  2. Mendorong Indonesia supaya masuk dalam lima besar kekuatan ekonomi dunia dengan pendapatan perkapita 18.000 dollar AS per tahun
  3. Perwujudan kualitas hidup modern yang merata
  4. Sedikitnya 30 perusahaan Indonesia dalam daftar Fortune 500 Companies

Hal ini tentu tidaklah semudah membalikan telapak tangan. Tidak ada keberhasilan tanpa kerja keras, keuletan, kegigihan dan kedisiplinan. Harus yakin Indonesia bisa!

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini