Kisah Kebangsaan dari Solo

Kisah Kebangsaan dari Solo
info gambar utama
Peluncuran buku Keraton Kasunanan, Kisah Kebangsaan dari Solo, karya Krisnina Maharani Akbar Tanjung. Pasca wafatnya Pakubuwana XII, Keraton Kasunanan Surakarta terbelit dalam suasana ketidakjelasan kepemimpinan. Krisnina Maharani Akbar Tandjung, Ketua Yayasan Warna Warni Indonesia telah sedari dahulu melakukan beberapa upaya untuk mewujudkan rekonsiliasi dalam rangka penyelesaian konflik kepemimpinan Keraton Kasunanan Surakarta yang telah terjadi sepanjang sebelas tahun ini. Namun, hingga kini, upaya tersebut belum membuahkan hasil karena belum adanya penyelesaian yang semestinya diinisiasi oleh Negara. Krisnina memandang bahwa hal ini terjadi karena minimnya pemahaman sejarah yang semestinya dapat menjadi dasar pengambilan keputusan mengenai penyelesaian konflik suksesi keraton. Dengan menyadari atas adanya kebutuhan referensi sejarah mengenai penentuan status kepemimpinan dan pengelolaan Keraton Kasunanan Surakarta, dalam lima tahun belakangan ini, Krisnina mengumpulkan berbagai data dari dalam dan luar negeri (khususnya Belanda) mengenai sejarah Keraton Kasunanan Surakarta. Data tersebut ia susun dan terbitkan dalam sebuah buku berjudul Keraton Kasunanan, Kisah Kebangsaan dari Solo, yang semula berjudul The Last Sunan. Judul The Last Sunan ini kemudian diubah karena mempertimbangkan beberapa hal. Berdasarkan fakta sejarah yang ia deskripsikan dalam tulisannya, Krisnina menegaskan bahwa penentuan kepemimpinan keraton sedari dulu sesungguhnya bukan merupakan urusan internal keluarga keraton. Krisnina mencatat bahwa suksesi kepemimpinan keraton selalu ditentukan oleh penguasa. Jika pada masa pra-Indonesia penguasa tersebut adalah pihak kolonial dengan menggunakan aturan tertulis yang berhasil Krisnina temukan dalam buku Troonsopvolging in het rijk van Soerakarta (1851), maka pada masa kini penguasa yang dimaksud adalah pemerintah Republik Indonesia. Dalam konteks hari ini, pemerintah Republik Indonesia adalah pihak yang berkewajiban sebagaimana telah tertuang dalam Surat Keputusan Presiden No. Keputusan Presiden No. 23 Tahun 1988 tentang status dan pengelolaan Keraton Surakarta dan Undang-Undang Cagar Budaya No. 11 Tahun 2010. Krisnina berharap bahwa pemahaman sejarah di dalam buku ini dapat mendasari upaya pemeliharaan Keraton Kasunanan ke depan sehingga keraton kelak dapat menjadi sebuah potensi pariwisata yang memiliki nilai pendidikan dan kebudayaan. Buku yang dicetak dalam format coffee table book setebal 201 halaman berwarna ini diluncurkan dalam rangka menyambut Hari Kebangkitan Nasional dan memperingati Ulang Tahun Yayasan Warna Warni Indonesia ke-15 pada Minggu (10/5) di Museum Sejarah Jakarta. Dengan bernuansa budaya Jawa, peluncuran buku dikemas secara menarik dalam format acara Wisata Kota Tua dan pemutaran film book trailer yang turut dihadiri oleh Ketua DPR RI, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Dirjen Pemasaran Kementerian Pariwisata, Sejarawan Peter Carey, Mukhlis PaEni, Salim Said, kerabat Keraton Kasunanan Surakarta, dan para pegiat kebudayaan.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Akhyari Hananto lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Akhyari Hananto.

Terima kasih telah membaca sampai di sini