Inilah Perangko Pertama di Bumi Indonesia

Inilah Perangko Pertama di Bumi Indonesia
info gambar utama
Perangko merupakan benda berharga di samping fungsi utamanya sebagai tanda pelunasan porto dan biaya pos. Selain itu, menjadi wahana untuk menyampaikan pesan tentang berbagai kepentingan masyarakat, termasuk carik kenangan benda pos bercetakan perangko. Sebelum perangko tercipta, pelunasan biaya pengiriman surat dilakukan dengan membayar sejumlah uang tunai. Pembayaran secara tunai ini ada yang harus dibayar terlebih dahulu oleh si pengirim surat tapi ada pula yang harus dibayar oleh si alamat. Perangko pertama diterbitkan di Inggris pada tanggal 6 Mei 1840 yakni Penny Black, setelah itu berkembang ke beberapa negara termasuk Indonesia. Mengingat banyaknya lalu lintas surat antara Negeri Belanda dengan negara jajahannya yang utama saat itu, yaitu Ned Indie (sekarang Indonesia), akhirnya diterbitkan perangko pertama Ned Indie pada tahun 1864 bergambar Raja Belanda waktu itu Willem III nilai 10 cent yang juga masih tanpa perforasi.
Perangko Pertama di Indonesia

Perangko inilah yang menjadi perangko pertama di bumi Indonesia. Saat ini perangko Ned Indie pertama ini, cukup langka dan dicari oleh kolektor perangko (filatelis) untuk melengkapi koleksinya. Nilainya semakin hari semakin tinggi dan umum disebut dengan kode nama N-1 di kalangan Filatelis. Apalagi yang kondisinya masih mint-unused, yang di katalog harganya berlipat kali dari yang sudah dipakai (ada cap/ cancelation-nya), harganya bisa mencapai Rp2 miliar. Di Indonesia perangko berkembang melalui beberapa periode yaitu: 1. Masa penjajahan Belanda Pada masa tersebut di Indonesia telah dipergunakan perangko "Raja Willem III" yaitu pada tahun 1864. Perangko pada zaman Hindia Belanda ini berwarna merah anggur dan memuat gambar Raja Willem III dari Belanda dalam bingkai berbentuk persegi. Pada bagian atas perangko terdapat tulisan "10 cent" dan bagian bawahnya memuat tulisan "Postzegel". Sementara di bagian sebelah kiri memuat tulisan "Nederl" dan pada bagian kanan memuat tulisan" Indie". Perangko Hindia Belanda pertama ini tidak berperforasi (tanpa gigi), dicetak di negeri Belanda (Utrecht) sebanyak 2.000.000 perangko. Gambar perangkonya dirancang oleh T.W Kaisar dari Amsterdam. 2.Masa Pendudukan Jepang Sesudah pemerintah Hindia Belanda menyerah tanpa syarat kepada bala tentara Jepang tanggal 8 Maret 1942, Pemerintah Sipil dilakukan di bawah Pimpinan Angkatan Perang Jepang. Pada awal Pendudukan Jepang persediaan perangko zaman Belanda masih banyak. Karena perangko baru belum sempat dicetak, perangko-perangko lama tetap dipergunakan dengan membubuhkan cetak tindih yang mempergunakan huruf Jepang. Gambar-gambar cap tersebut ada yang berupa "Binatang" seperti di daerah Aceh, ada yang berbentuk "Palang" seperti di Sumatera Utara dan ada yang berwujud "Jangkar" seperti di daerah Indonesia Timur. Cetak tindih tersebut memuat kata "Dai Nippos Yubin Kyoku". Setelah melalui masa cetak tindih, maka pada tahun 1943 diterbitkan perangko-perangko Jepang yang bergambarkan bola dunia dengan peta kerajaan Jepang, kerbau yang sedang membajak, pantai laut dan lain-lain. 0812 3986 124 3. Masa perang kemerdekaan Bangsa Indonesia tidak melewatkan peluang emas pada hari hari terakhir perang dunia kedua, ketika Jepang menyerah kepada Sekutu dengan memproklamirkan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945. Tetapi pengambilalihan kekuasaan tidak berjalan dengan mulus, karena bala tentara Jepang tidak mau menyerahkan kekuasaan dan persenjataan mereka kepada pihak Indonesia. Demikian pula dengan pelayanan pos, selama lebih dari sebulan setelah Proklamasi Kemerdekaan RI masih ditangani olah Dinas Pos Jepang. Baru tanggal 29 September 1945, tentara Belanda dengan membonceng tentara Sekutu yang bertugas melucuti persenjataan Jepang mendarat di Batavia. Terjadilah perang fisik yang paling berdarah dalam sejarah bangsa Indonesia karena menelan korban lebih dari 1 juta jiwa. Perang berlangsung sejak Oktober 1945 s.d akhir 1949. Dari sudut filateli masa tersebut sangat menarik karena ada 3 pelayanan pos yang diselenggarakan oleh dua negara yang bermusuhan di atas wilayah yang sama. Di kota-kota besar yang berhasil direbut Belanda berlangsung pelayanan pos dengan menggunakan perangko Ned-Indie. Di lain pihak daerah yang masih dikuasai oleh RI pelayanan pos diselenggarakan oleh Djawatan PTT dengan menggunakan perangko Indonesia. Perangko pertama yang dicetak oleh Pemerintaha Republik Indonesia yaitu "Memperingati Setengah Tahun Merdeka". Dalam memperingati 1 tahun merdeka, Pemerintah Indonesia menerbitkan perangko seri "Revolusi Tanpa Perekat" yang pada waktu dicetak di Jakarta. 4. Masa Demokrasi Liberal Pada awal tahun 1950 setelah berakhirnya masa Perang Kemerdekaan, PTT Indonesia memulai lembaran baru dalam sejarahnya. Sebagai akibat taktik bumi hangus gerakan-gerakan gerilya pejuang, berpuluh-puluh Kantor Pos, Kantor Telegrap dan Kantor Telepon hancur. Hal ini merupakan tantangan bagi PTT karena dengan kejadian tersebut merupakan hambatan terhadap lancarnya usaha peluasan dan pembangunan Jawatan PTT. Salah satu sumber pendapatan Jawatan PTT untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran eksploitasi Perusahaan adalah hasil penjualan benda-benda pos, antara lain berbagai jenis perangko, sampul, warkatpos, kartupos, kupon balasan internasional formulir-formulir dan lain-lain. Dalam memenuhi kebutuhan tersebut, maka diadakan pembaharuan kontrak antara Jawatan PTT dengan N.V Joh.Enschede en Zonen di Haarlem (Negeri Belanda) untuk pencetakan perangko harga Rp1,- ke atas dalam masa 5 tahun mulai tanggal 1 Januari 1950. Pada permulaan tahun 1950 mulai terdapat perangko: Perangko biasa seri angka (smelt) yang terbit pada tanggal 1-1-1949, Perangko biasa seri Bangunan (dengan gambar rumah dan candi) yang terbit pada tanggal 1-9-1949, Perangko Peringatan UPU seri UPU yang terbit pada tanggal 1-10-1949. Pada awal 1950 sebagian dari sisa persediaan Perangko Seri Angka dan Seri Bangunan dibubuhi cetak tindih "R.I.S" Selama tahun 1950 diterbitkanlah perangko-perangko seperti Perangko RIS yang terbit pada tanggal 17-1-1950, Perangko Peringatan Seri Garuda diterbitkan pada tanggal 17-8-1950 dll. 6. Masa demokrasi terpimpin Pada tahun 1959-1965 banyak juga perangko yang diterbitkan seperti Perangko Biasa, Perangko Peringatan, Perangko Istimewa dan Perangko Amal. Untuk memperingati Dekrit Presiden Soekarno tanggal 5 Juli 1959 yang menyatakan berlakunya kembali Undang-undang dasar 1945, dikeluarkanlah pada tanggal 17-8-1959 Perangko Peringatan "Berlakunya kembali UUD 1945" perangko tersebut terdiri dari 4 buah dengan harga 20 sen, 50 sen, 75 sen. Sampul Hari Pertama diterbitkan dengan harga Rp7,50,-. Pada tanggal 26-10-1959 diterbitkan Perangko Peringatan seri Konperensi Kolombo ke II, karena terkait diadakannya Konperensi Rencana Kolombo ke II di Yogyakarta. Dalam tahun 1960 dikeluarkan Prangko Peringatan seri "Kongres Pemuda Seluruh Indonesia", tahun Pengunsi Sedunia, seri Hari Kesehatan Sedunia. "Pembasmian Malaria" dan prangko amal seri "Hari Sosial" dan perangko biasa seri Presiden dan seri Hasil Bumi. Pada tahun 1962 bertalian dengan Asian games ke IV di Jakarta tanggal 22 Agustus 1962 s.d 6 September 1962 diterbitkan seri Asian Games. Pada tahun 1963 di antaranya diterbitkan seri Bendera Merah Putih, dan pada tahun 1964 diterbitkan seri Presiden, Transport dan Komunikasi. Selama masa Demokrasi Terpimpin ini Jawatan PTT, PN Postel, serta PN Pos dan Giro mempunyai fungsi sosial dalam pengumpulan dana bagi badan-badan sosial memberikan hasil bersih dari harga tambahan perangko-perangko amal kepada badan-badan sosial. 7. Masa Orde Baru Perkembangan perangko di masa Orde Baru mulai tangggal 11 maret 1966 s.d akhir tahun 1980, banyak perangko yang telah diterbitkan sebagai contoh mulai dari prangko Pahlawan Revolusi yang terbit pada tahun 1966 s.d perangko Peringatan 10 Tahun Asian Oceanic Postel Training School (AOPTS) yang terbit pada tanggal 10-9-1980. Berbagai jenis perangko telah diterbitkan oleh pemerintah Indonesia. Semakin hari kualitasnya semakin baik dari desain maupun bahannya. Untuk dapat melihat jenis perangko-perangko yang telah diterbitkan anda dapat melihat pada Katalog Perangko Indonesia 2000. Sumber: https://filateli.wasantara.net.id

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Akhyari Hananto lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Akhyari Hananto.

Terima kasih telah membaca sampai di sini