Keunikan Bahasa Terbalik khas Malang

Keunikan Bahasa Terbalik khas Malang
info gambar utama

Kota Malang merupakan kota terpadat kedua di provinsi Jawa Timur setelah kota Surabaya. Kota yang terletak di sebelah barat pegunungan Tengger ini terkenal dengan bunga dan apelnya. Selain, suasana kotanya yang nyaman dan sejuk, Malang memiliki banyak sekali keterkaitan sejarah dengan penjajahan Belanda dan perjuangan kemerdekaan. Tidak heran bila Kota Malang menjadi daya tarik bagi wisatawan domestik maupun mancanegara.

Kota Malang adalah kota tempat tinggal saya sejak kecil. Perkembangan kota yang melaju pesat tidak mampu menghilangkan kenangan di kota yang pernah membesarkan saya ini. Betapa saya selalu terngiang tentang suasana kota di pegunungan yang sangat nyaman untuk bermain di luar rumah.

Bangunan-bangunan khas Belanda juga masih banyak terlihat di jantung kota Malang menandakan bahwa kota yang memiliki topografi pegunungan ini ternyata dahulu cocok untuk menjadi kota persinggahan bagi para bangsawan perkebunan Belanda di zaman sebelum kemerdekaan. Terlihat dari banyaknya perkebunan di sekitar kota Malang. Mulai dari tebu yang berada di selatan atau kebun apel di barat dan kebun teh di utara.

Rasa nyaman untuk belajar dan berangkat sekolah, pohon-pohon besar yang masih kokoh berdiri di kanan dan kiri jalan protokol, hanyalah sebagian dari pemandangan yang terlihat di kota Malang. Dari sekian banyak kenangan yang ada, ada satu yang menurut saya paling menarik dan khas dari kota Malang, yang tidak lain adalah keunikan cara berbahasa.

Kota Malang memiliki bahasa pergaulan yang terbentuk dari kisah perjuangan kemerdekaan, yakni osobkiwalan (walikan) atau bahasa terbalik. Oleh karena itu, warga Malang berusaha untuk melestarikan semangat perjuangan dengan menggunakan bahasa ini. Bagaimana sebenarnya bahasa ini bermula?

Menurut sejarah, bahasa ini mulai digunakan ketika terjadi Agresi Militer Belanda ke kota Malang. Ketika itu tercetus sebuah trik untuk menghindari tersampaikannya informasi yang dimiliki pasukan GRK (Gerilya Rakyat Kota) yang melindungi kota Malang ke pihak Belanda. Akhirnya dibuatlah semacam enigma bahasa, yakni bahasa terbalik.

Osob kiwalan tidak memiliki aturan yang baku, dan kosakata yang berkembang tumbuh secara organik dari pergaulan masyarakat. Namun pada dasarnya semua kosa kata yang digunakan tetap membalik kata yang sudah ada. Seperti Malang dibaca Ngalam, arek (anak) menjadi kera, makan menjadi nakam, panggilan seperti mas menjadi sam, atau kata woles (selow/slow) yang artinya santai saja dan banyak lagi lainnya.

Gaya bahasa seperti ini menjadi kebanggaan bagi masyarakat Malang, selain latar belakang sejarah perjuangannya yang kental tetapi juga bahasa ini telah menjadi identitas tanpa mengenal golongan. Mulai dari pejabat sampai dengan rakyat biasa, banyak yang menggunakan bahasa Malangan ini.

Bagi Anda pendatang yang berwisata atau bermukim, biasanya tidak mudah untuk menemukan bahasa seperti ini karena umumnya warga Malang memilih untuk berbahasa Indonesia atau berbahasa Jawa bila bertemu dengan pendatang.

Uniknya, seperti sebuah kode rahasia yang harus dibuka dengan kata kunci, boso walikan ini menuntut Anda untuk lebih kreatif dan berani menyapa terlebih dahulu untuk menunjukkan bahwa Anda seorang yang memahami bahasa terbalik ini. Cobalah menyapa orang laki-laki bukan dengan “mas” yang biasa dilakukan orang jawa umumnya, tetapi panggil dengan “sam”. Jika orang yang Anda sapa paham, maka bisa jadi Anda akan mulai menjelajahi dunia kata-kata serba terbalik.

Tidak adanya aturan baku yang pasti membuat percakapan terkadang menjadi sulit dicerna. Percampuran antara penggunaan bahasa Indonesia dan bahasa Jawa yang kemudian dibalik menjadi kesulitan tersendiri bagi Anda yang ingin mencoba bergaul dengan osob kiwalan. Namun bisa jadi adalah sebuah pengalaman yang menarik jika Anda ingin merasakan bagaimana bahasa enigma menjadi bahasa sehari-hari.

Kota Malang menjadi sebuah inspirasi untuk saya. Betapa dinginnya kota Malang tidak mempengaruhi hangatnya pergaulan warganya. Osobkiwalan bagi saya bukanlah sebuah ekslusifitas namun lebih pada konsepsi tentang semangat berjuang, kebanggaan, dan persahabatan sangat kental menjadi identitas melalui bahasa yang unik ini. Sebab itu, bagi Anda yang kesulitan untuk memahami bahasa terbalik ini. Gunakan saja bahasa Indonesia bila berkunjung ke Kota Malang. Bahasa Indonesia tetaplah bahasa pemersatu bukan?

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini