RI disambut baik sebagai anggota Melanesia terbaru

RI disambut baik sebagai anggota Melanesia terbaru
info gambar utama
Juru bicara Kementerian Luar Negeri RI, Arrmanatha Nasir, mengatakan, negara anggota Melanesia (MSG) menyambut baik bergabungnya Indonesia ke dalam kelompok tersebut. Mereka menilai Indonesia bisa mulai berkontribusi positif kepada negara-negara di kawasan Pasifik sejak status Indonesia telah meningkat dari sekedar pengamat menjadi anggota. RI secara resmi diterima menjadi salah satu anggota MSG ketika digelar KTT di Honiara, Kepulauan Solomon pada 24-26 Juni lalu. Sebelumnya pada 2011, RI masih berstatus sebagai pengamat. Arrmanatha mengatakan saat keterangan pers di kantor Kemlu di kawasan Pejambon, Jakarta Pusat pada Kamis, 2 Juli 2015 yang lalu, bergabungnya RI ke dalam kelompok tersebut, karena ingin mendekatkan diri ke negara-negara Pasifik.
Pulau New Caledonia Pulau New Caledonia

Jadi, tak sekadar untuk membendung gerakan-gerakan separatis yang ingin mendorong agar Papua merdeka. "Indonesia mengalokasikan 130 program bantuan teknis kepada negara-negara di kawasan Pasifik. Kami berharap, bisa berkontribusi lebih banyak dan berbagi pengalaman," ujar Arrmanatha. Lagipula, Indonesia memiliki 11 juta warga Melanesia. Jika dengan adanya fakta itu, tetapi RI memilih tak ikut bergabung dengan MSG, Arrmanatha mengibaratkan gajah di pelupuk mata yang justru tak terlihat. Jumlah warga Melanesia di Papua justru jauh lebih besar jika dibandingkan dengan penduduk di negara-negara Pasifik itu. Selain itu, dengan terlibatnya Indonesia dalam pembangunan di negara-negara anggota MSG, maka hal tersebut bisa ikut mempercepat pembangunan di Papua. "Sebagai contoh, produk-produk Indonesia populer di negara Pasifik. Salah satunya Indomie. Mereka mengimpor mi instan itu dalam jumlah besar. Kalau ada pasar di sana kan, ke depan bisa juga pabrik Indomie dibangun di Papua," papar diplomat yang pernah bekerja di Jenewa dan New York itu. Contoh lain, Fiji kini tengah mengembangkan resor sebagai tempat peristirahatan dan pariwisata. Di sana, kata Arrmanatha, celana pendek ala Bali laku keras. Padahal, harganya sekitar US$23 atau setara Rp307 ribu. "Sementara itu, kalau beli celana semacam itu di Pantai Kuta, Bali, tak sampai Rp50 ribu," Arrmanatha menambahkan. Dalam kesempatan itu, dia kembali menegaskan MSG sudah tak lagi meragukan komitmen RI untuk membangun Papua. Jika tidak, mereka tak akan menerima RI menjadi salah satu anggotanya. disadur dari viva.co.id

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini