Mainan tradisional nusantara siap mendunia

Mainan tradisional nusantara siap mendunia
info gambar utama

Indonesia kaya akan bermacam mainan tradisional. Sebutlah Gasing, Egrang, Congklak, Sumpit, dan masih banyak lagi. Walaupun permainan sejenis juga banyak ditemukan di negara lain, namun mainan tradisional Indonesia memiliki ciri khasnya sendiri. Sebutlah gasing yang jenisnya bisa mencapai puluhan macam, dari gasing bambu yang berbunyi, gasing aduan, baik yang kecil maupun besar.

Permainan juga tidak bisa lepas dari tradisi dan budaya. Misalnya saja Upacara Tedhak Siten, yaitu upacara turun tanah dimana seorang bayi berusia delapan bulan untuk pertamakalinya dituntun melangkah ke tanah. Sebagai simbol kesiapan anak untuk menapaki tahapan kehidupan. Mainan tradisional menjadi salah satu kelengkapan dalam upacara Tedhak Siten yang penuh nilai dan filosofi.

Hal inilah yang menjadi dasar pemikiran bahwa mainan tradisional di Indonesia tidaklah sembarangan ketika diciptakan. Dengan kultur Nusantara yang beragam, rumit, penuh filosofi, dan detail, bisa dipastikan bahwa hal yang sama juga berlaku pada mainan tradisional. Hanya mungkin karena peruntukannya adalah pada anak-anak, segala kesempurnaan budaya kita disederhanakan dalam bentuk dan aturan yang mudah dipahami anak-anak. Permainan congklak misalnya. Dapat diterjemahkan sebagai permainan yang mengajarkan anak pada konsep ekonomi, perdagangan, dan matematika secara umum. Tentang bagaimana memilih peluang untuk mendapatkan biji paling banyak. Mengambil keputusan untuk melepas beberapa ceruk untuk lawan dengan tetap memperhitungkan akan hasil yang lebih dibanding yang diambil lawan. Tentang ilmu hitung dan ilmu perdagangan. Atau permainan egrang. Secara kasat mata memang hanya permainan asah motorik pada wilayah keseimbangan. Namun jika ditelisik lebih dalam, permainan egrang adalah soal pengendalian emosi dan kontrol ketenangan. Menaklukkan rasa takut untuk mengambil langkah-langkah sulit dan melakukan sesuatu yang nampak tidak mungkin. Dan secara keseluruhan, permainan tradisional nusantara adalah simulator yang sempurna bagi anak untuk melakukan praktek kehidupan bermasyarakat. Bagaimana bersosialisasi, berusaha untuk mendapatkan hasil terbaik, bagaimana menyusun strategi, mengenal alam, bersikap bijak, dan pastinya untuk menjaga tubuh agar tetap sehat. Inilah nilai luhur yang dengan sengaja disisipkan oleh nenek moyang untuk mendidik generasi penerus Nusantara.

Namun pengaruh globalisasi menjadikan mainan tradisional perlahan tersingkir oleh Barbie, Lego, Tamiya, Gundam, dan mainan impor lain yang memiliki sumber daya yang kuat. Juga dengan serbuan mainan berharga murah yang membuat daya tawar mainan tradisional makin tejepit. Titik cerah itu muncul dari Bantul. Di sebuah kecamatan di Jogjakarta, beberapa orang pengrajin yang menguasai teknik pembuatan mainan tradisional melakukan kolaborasi dengan anak-anak muda yang memiliki hasrat di bidang desain. Mereka mengembangkan pendekatan baru pada mainan tradisional.

Di bawah merk Timba (www.kitatimba.com), kolaborasi ini mencoba mendekatkan mainan tradisional dengan pengetahuan modern. Bentuk mainan tradisional dikembangkan dengan pendekatan ilmu desain modern sehingga menghasilkan bentuk yang menarik serta elegan. Dengan tetap mengusung fungsi dan filosofi yang sama dengan yang telah dicita-citakan para pendahulu. Kemudian mainan desain baru ini di-branding dengan metode terkini, termasuk pelibatan internet marketing, sosial media, dan riset pada prdouct knowledge hingga mendalam. Sehingga konsumen juga akan mendapatkan informasi lengkap dan menyeluruh akan produk yang dibelinya. Kekuatan product knowledge inilah yang menjadi nilai tambah yang memberikan perubahan signifikan pada nilai produk. Selain itu, pada sisi pembangunan manusia, kerjasama antara pengrajin dan anak-anak muda juga berpotensi untuk membentuk masyarakat yang kaut dan mandiri. Kekuatan yang akan mendorong masyarakat Indonesia menjadi masyarakat yang inisiatif, inovatif, dan kreatif. Dengan model pendekatan seperti ini, kolaborasi para pengrajin dan anak-anak muda ini telah menghasilkan bermacam produk mainan tradisional dengan kesan mewah dan elegan. Seperti gasing, yoyo, juga produk desain baru seperti puzzle dan mainan bongkar pasang setara Lego. Konsep ini juga ternyata menarik perhatian internasional. Karya mereka pada tahun 2014 diapresiasi oleh CEO dari Woodcraft Company Jepang. Pada juli 2015, karya mereka juga dipresentasikan di National Design Center, Singapura. Mereka juga terpilih sebagai salah satu delegasi Indonesia pada Asean Creative Youth Industry Fair 2015. Ternyata karya tradisional memang masih relevan dengan kondisi masyarakat terkini. Dengan nilai-nilai luhur dan filosofi dalam terhadap makna mainan sebagai sarana pembelajaran kehidupan. Hanya mungkin perlu sedikit dimodifikasi dengan pendekatan modern tanpa perlu merusak nilai yang ada di dalamnya.

===========================================================

Bertemu dan ikuti pengalaman wisata bersama mainan mainan ini di https://goarchipelago.com/index.php/journey/details?id=54ff72d65dbd4

===========================================================

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini