Mesin Pemusnah Limbah Terbesar Buatan ITB

Mesin Pemusnah Limbah Terbesar Buatan ITB
info gambar utama
Tahun depan atau Mei 2016, incinerator (mesin pemusnah) kedua yang berlokasi di Karawang, Jawa Barat, dioperasikan PT Jasa Medivest (Jamed). Mesin pemusnah yang kedua ini sama dengan pertama yaitu mampu menampung limbah medis sebanyak 12-15 ton per hari. Perbedaan teknologi incinerator anyar ini ialah produknya buatan dalam negeri. "Kalau yang pertama dari Australia. Untuk kedua ini karya ITB (Institut Teknologi Bandung)," Presiden Direktur PT Jamed Subagiyo saat menghadiri peletakan batu pertama pembangunan mesin pemusnah limbah medis kedua di area PT Jamed, Jalan Inter Change Dawuan Tengah Cikampek, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Dia menegaskan, Pemprov Jabar tetap berkomitmen meningkatkan kualitas pengolahan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3). Pembangunan mesin pemusnah limbah medis yang kedua ini nilai investasinya Rp 50 miliar. Limbah medis sangat berbahaya jika dibiarkan lataran bisa berdampak terhadap kondisi lingkungan dan kesehatan masyarakat. Maka itu, menurutnya, limbah B3 harus segera diselesaikan sehingga tidak mengancam lingkungan dan manusia. "Volume limbah medis memang enggak banyak seperti limbah lainnya. Tapi justru bahaya kalau tidak ditangani," ujar Subagiyo. Ia mengatakan, saat ini pihaknya hanya mampu menampung limbah medis sebanyak 12-15 ton per hari yang berasal dari sekitar 1900-an pelanggan penghasil limbah medis seperti rumah sakit, puskesmas dan klinik. Tahap pertama yang sudah dibangun pada 2009 menggunakan incinerator berbasis teknologi Stepped Heart Controlled Air dengan dua proses pembakaran. "Dengan penambahan mesin baru ini, kami tentunya akan mampu melipat gandakan kapasitas tampung limbah medis para pelanggan kami asal Jawa Barat, Jakarta, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera, Sulawesi Sejalan, dan Kalimantan Timur," tutur Subagiyo. Gubernur Jabar Ahmad Heryawan mengatakan limbah medis sangat berbahaya jika dibiarkan lataran bisa berdampak terhadap kondisi lingkungan dan kesehatan masyarakat. Maka itu, menurut Aher sapaannya, limbah B3 harus segera diselesaikan sehingga tidak mengancam lingkungan dan manusia. "Volume limbah medis memang enggak banyak seperti limbah lainnya. Tapi justru bahaya kalau tidak ditangani," ujar Aher. Mesin pemusnah pertama yang beroperasi sejak 2009 dinilai sudah tidak mencukupi lagi limpahan sampah medis. "Incinerator pertama baru bisa meng-cover 50 persen (limbah) rumah sakit dan klinik di Jabar," ucap Aher.
Detik.com
(bbn/rrd)

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Akhyari Hananto lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Akhyari Hananto.

Terima kasih telah membaca sampai di sini