Paningsetan Dalam Pernikahan Adat Jawa

Paningsetan Dalam Pernikahan Adat Jawa
info gambar utama

by Dian Isnawati

Paningset atau peningset alias seserahan adalah salah satu kelengkapan dalam rangkaian upacara pernikahan adat Jawa. Peningset ini adalah berbagai barang yang diberikan oleh pihak CPP kepada CPW sebagai simbol kesanggupan seorang lelaki untuk mencukupi kebutuhan calon istrinya.


newlifeimage.com

Bagian ini biasanya merupakan bagian favorit calon mempelai wanita. Siapa yang ngga suka coba? Diajak ke mall terus bisa beli barang-barang yang disuka dan dibayarin sama kekasih tercinta hihihi.. Mulai dari belanja sepatu, tas, gaun, makeup, sampai skin care favorit sesuka hati. Tapi tahukah kamu kalau sebenarnya ada ketentuan khusus dalam menyusun daftar peningset ini? Cukup banyak reader blog ini *hayaah.. koyo yak-yak-o bilang banyak* , oke ralat, ADA reader blog, yang pembacanya tidak banyak ini, yang menghubungiku dan menanyakan perihal peningset atau seserahan. Apa saja jenisnya dan berapa banyak? Apakah yang dibeli sudah mencukupi? Kalau ini seperti apa? Kalau itu seperti apa? Dan pertanyaan-pertanyaan lain berkaitan dengan seserahan. Untuk itu, aku akan coba berbagi apa yang kuketahui tentang peningset atau seserahan ini.

Sepanjang yang aku tahu, ada dua model seserahan. Yang pertama tentu yang lazim dikenal di masyarakat dan yang kedua aku baru mengetahuinya saat hendak menyiapkan pernikahanku dulu. Mari kita bahas satu per satu.

Seserahan pada umumnya meliputi tiga hal:

  1. Arta / Arto / Uang
  2. Busana / Busono
  3. Boga / Makanan
  •  Arto : Tidak perlu kujelaskan lagi rasanya :D . Hampir di seluruh pernikahan adat manapun di Indonesia selalu ada komponen ini. Tentu namanya berbeda-beda tergantung budayanya. Di adat Jawa biasanya komponen pertama ini disebut juga asok tukon atau bayar tukon. Aku tidak akan membahas dari sudut pandang lain berkenaan dengan istilah "tukon" ini. Apalagi mengkaitkannya ke isu "kesetaraan wanita" :) . Lazimnya, uang ini digunakan untuk "membantu" pihak putri dalam menyelenggarakan pesta pernikahan. Jumlahnya relatif, tergantung kemampuan, adat, dan yang terpenting kesepakatan kedua pihak.
Two things that rule the world in one picture *meow* . Sumber
  •  Busana : Salah satu kebutuhan pokok manusia adalah sandang atau busana. Komponen ini adalah simbol kesanggupan mempelai pria dalam mencukupi kebutuhan sandang istrinya. Biasanya macamnya adalah: busana pesta beserta tas dan sepatu, busana kerja/sehari-hari beserta tas dan sepatu, perlengkapan mandi dan perawatan tubuh, perawatan wajah dan make-up. Meski yang dua terakhir ini bukan termasuk busana, namun kebutuhan untuk merawat diri tidak bisa dilepaskan dari kebutuhan berpenampilan dengan baik. Jumlah dan jenisnya tentu juga relatif tergantung masing-masing pasangan. Sekiranya tidak memberatkan dan memang bermanfaat. Akan kurang bijak kalau CPW minta sesuatu yang pada akhirnya tidak ia gunakan. Misalnya untuk perawatan wajah, tubuh, dan make-up sebaiknya memilih produk-produk yang sudah biasa digunakan atau memang sudah pasti cocok/tidak alergi.
Contoh paket seserahan "busana" . Abaikan kue keringnya.
  • Boga : Makanan juga merupakan salah satu kebutuhan pokok selain sandang. Jenis makanan yang dipilih biasanya berupa keletan (makanan yang sifatnya lengket seperti, ketan, wajik, jadah, dll), buah, makanan khas daerah asal CPP (jika beda kota), dan makanan favorit CPW. Oh iya, biasanya juga ditambahkan kue basah dan kue kering.
Contoh paket "boga". Paling depan itu yang namanya keletan (wingko, jadah, wajik). Belakangnya buah dan kue basah.

Yang model kedua adalah berdasarkan catatan yang aku dapat dari Bu Wito saat aku hendak menyiapkan pernikahanku dulu. Tulisan ini dibuat oleh salah seorang budayawan Surakarta yaitu KRHT. DR. (HC) Kalinggo Honggopuro.  Selanjutnya tulisan asli akan aku tulis dalam huruf miring (italic) dan penjelasanku menggunakan huruf tegak.

Paningset
Memetik salah satu penggalihdalem ISKS.Pakoe Boewono Ke V, yang intinya bahwa "paningset" mempunyai makna sebagai lambang "hanyingseti". Artinya mengikat pembicaraan yang telah disepakati bersama, atau "rembug kang wus gumolong". Bagi para sesepuh yang akan berbesanan menjodohkan anaknya.
Wujud paningset ada 3 macam:
1. Paningset
2. Abon-abon
3. Pangiring
1. Paningset terdiri dari:
  • Sesupe seser (cincin tanpa mata) berupa cincin "lus" yang tidak ada ujung pangkalnya tanpa ada pembatasnya. Melambangkan ketemunya secara tulus tanpa ada perasaan ragu-ragu. Dipakai di tangan (jari-manis) sebelah kiri disebut "ngrasuk kalpika", sedang kalau dipakai pada jari-manis tangan kanan disebut "kalpika-tresna".

Cincin ini kuartikan cincin kawin alias wedding ring. Meski tidak disebut jumlahnya, aku dan Mojo sepakat memasukkan sepasang cincin kawin kami sebagai peningset. Pertimbangannya, yang pertama karena dalam mahar ternyata ada ketentuan untuk menyebutkan secara detail mas kawin yang diserahkan. Jika uang harus disebutkan rupiahnya, jika perhiasan atau logam mulia juga harus disebutkan berat atau nilainya. Kedua pihak keluarga kami sudah sepakat tidak ingin ada nominal yang disebutkan di depan khalayak ramai. Maka dari itu, cincin dimasukkan sebagai bagian dari seserahan. Perihal cincin ini sudah pernah aku bahas di sini.

Kalpika Tresna
  • Setagen. Setagen dalam bahasa krama disebut "paningset". Tetapi makna yang diambil adalah "bebakalaning sandhang" atau benang yg. bakal ditenun, yang disebut "lawe". Maknanya anak yang akan dijodohkan diharapkan untuk "nandhang" kehidupan yang akan dijalani, demikian juga bagi orang tua yang akan berbesanan. 

Stagen ini adalah kain panjang (semacam obi) yang fungsinya hampir seperti korset. Kain ini biasanya dikenakan setelah mengenakan jarik. Fungsinya, setahuku, supaya bentuk badan terlihat lebih bagus sekaligus untuk menahan bentuk jarik. Ya kaya korset gitu. Dulu kupikir hanya ada warna hitam. Ternyata warnanya macem-macem dan cantik-cantik.

Kain stagen peninggalan Eyangtiku. Warna  hitam dengan glitter emas.
  •  Sindur. Kain kemben atau sabuk yang berwarna merah dan putih. Menjadi perlambang merah: wanita, dan putih: priya. Diharapkan bisa menyatunya priya dan wanita yang menjadi jalan melanjutkan keturunan.

Buat yang ngga tau kain sindur, kain ini berupa kain panjang selebar satu atau dua jangka, berwarna merah di tengah dan putih di kedua sisinya, biasanya dikenakan oleh pemangku hajat di pesta resepsi gaya Jogja (dipakai kaya ikat pinggang gitu).

Kain sindurnya yang warna merah putih. Pasti pernah lihat kalau di acara nikahan, kan?
  • Semekan. Istilah sekarang BH. yang menjadi lambang busana wanita yang paling baku, kecuali juga sebagai "tetamenging teleng tedhaning jabang bayi" (untuk tameng pusatnya makanan untuk bayi) juga menjadi "pepeling" (untuk mengingatkan) hal kesusilan. 

Hehehe.. Ternyata undies justru salah satu aitem peningset yang disebutkan secara spesifik dalam budaya Jawa. Sebelumnya aku merasa tidak pantas "memajang" pakaian dalam di kotak hantaran seserahan dan bermaksud tidak memasukkannya ke dalam daftar seserahan. Namun setelah mengetahui tulisan ini, ya sudah.. Dengan senang hati terpaksa deh belanja lagi :p . Ga perlu foto yak.. Langsung menuju gerainya Wacoal atau ke Matahari aja :D

  • Bathik Truntum. bathik truntum yang bercorak kembang tanjung latar-hitam, menjadi "pepeling" kepada titah hidup didunia, bahwa kehidupan manusia dibumi ini hanya ada dua yaitu padhang dan peteng, bungah dan susah. Sebab kain truntum ini menggambarkan bintang di langit pada malam hari. Menjadi harapan bahwa manusia tidak bisa lepas dari "pepeteng" biarpun hanya "sagebyaring" (sekilas) lintang semoga diberi "pepadang". Motief truntum ini menurut catatan di Karaton "yasan" atau karya Kangjeng Ratu Kencana atau yang dikenal Kangjeng Ratu Beruk.

Karena penasaran dengan makna yang lebih lengkap dari batik truntum ini, aku mulai berburu via Google (sementara lewat Google dulu. Kapan-kapan baru ke perpustakaan). Dari yang aku baca di beberapa situs, Motif ini diciptakan oleh Kanjeng Ratu Kencana yang merupakan istri dari Sunan Paku Buwono III. Suatu saat Kanjeng Ratu Kencana ini merasa diabaikan oleh Sang Raja yang lebih sering mengunjungi istri yang lain. Di suatu malam, dalam rasa sedihnya, ia mendekatkan diri pada Yang Kuasa. Malam itu begitu gelap karena tidak ada sinar bulan, namun banyak bintang bersinar menghiasi langit. Dalam keadaan itu, ia mencium aroma bunga tanjung dan melihat bunga-bunga itu mekar dengan indahnya. Pengalamannya malam itu menjadi inspirasi yang ia tuangkan dalam sebuah karya seni batik. Setiap hari dengan tekun Kanjeng Ratu Kencana melukis batik tersebut hingga menarik perhatian PB III. Sang Raja pun karena tertarik dengan ketekunan Sang Ratu, setiap hari ia menemani istrinya mengerjakan batik. Karena setiap hari bertemu, perlahan-lahan rasa cinta dan kasih keduanya kembali muncul dan bersemi kembali. Maka dari itu batik truntum merupakan simbol cinta kasih tulus yang tumbuh kembali.

Setelah membaca cerita di balik batik truntum, makna yang aku tangkap dari cerita tersebut adalah perasaan cinta kasih suami-istri tidak bisa langgeng begitu saja. Butuh usaha dari suami dan istri untuk terus menjaga cinta keduanya. Apapun gelap yang dihadapi, yakinlah bahwa penerang pasti ada.

Kain bathik Truntum adalah motif yang dipakai sama si Papa. Bunga kecil-kecil dengan latar hitam. Kaya bintang di langit malam.
Gambar bunga tanjung nyomot dari Wiki
2. Abon-abon 
  • Jeruk gulung. Menjadi pasemon "gumulunging gegebengan". Maksudnya dalam berbesanan dan terhadap anak yang akan dijodohkan sanggup menghadapi semua kuajiban dengan pemikiran secara dalam.

 Setahuku, yang dikenal dengan jeruk gulung adalah jeruk bali. Itu lhoo.. jeruk yang geday-geday. Dulu aku tidak memasukkan aitem ini. Pertimbangannya karena tidak semua toko buah jual, takut ngerepotin. Dan lagi di rumah ga ada yang doyan :D Mending jeruk-jeruk biasa, dan itu sudah ada di bingkisan parcel buah.

  •  Sekul golong. (Nasi golong) yang maknanya "gumolong" dan "andhadha" (bertanggung jawab) terhadap bebesanan dan perjodohan anak.

Nasi golong ini adalah semacam tumpeng yang nasinya dibentuk bulet-bulet terus ada urabnya, tempe goreng, telur rebus, dan gereh/ikan asin. Aitem ini juga ngga kumasukkan karena menu ini cepat basi, sedangkan sudah terlalu banyak makanan yang harus dikelola.

Sekul golong adalah bola-bola nasi beserta kelengkapannya.
  •  Tebu Wulung. Mengandung makna "tuk-ing memanis" (sumber rasa manis). Menjadi harapan supaya diberi kehidupan yang serba manis, atau sebagai lambang "eca dan sekeca".

Ini juga ngga kumasukkan. Pertimbangannya sungkan sama pihak Mojo hehehe.. takut repot nyarinya.

  • Pisang ayu dan Suruh-ayu. Pisang setangkep dipilihkan yang pisang-raja, mengambil makna "raja" adalah kedudukan luhur atau tinggi. Suatu permohonan "pangajab" supaya kelak anak yang dijodohkan mempunyai kedudukan yang tinggi. Pada awalnya perlambang pisang ini yang diambil adalah bunga yang disebut "tuntut" atau jantung. Sebagai pasemon sumber hidupnya manusia, yang dikatakan "papan piningit". Suruh-ayu diambil yang "matemu ros" yang maksud saling "gathuk", jumbuh dan manunggal, ketemu-ros sebagai simbol saling sambung menyambung yang tidak ada putusnya. Juga menjadi perlambang "lumah kurep" yang berdeda ujudnya tetapi sama rasanya, seperti harapan kepada kedua anak yang dijodohkan sama-sama saling mencintai.

Pisang raja dua sisir yang disatukan pangkalnya sehingga membentuk lingkaran. Di tengahnya diberi daun sirih yang menyatu batangnya. Pisang ini biasanya berada dibawa oleh sesepuh/orang yang berada di barisan paling depan dan yang diserahkan pertama kali secara simbolis kepada pihak keluarga CPW.

Penyerahan pisang raja dari wakil keluarga Mojo ke Papa

Huff.. ambil nafas dulu.

*Goler-goler selama setengah jam*

Oke lanjut lagi..

3. Pengiring Peningset. Maksudnya "pengiring peningset" sebagai kelengkapan lain-lain disamping uba rampe yang baku, seperti:
  •  Hasil Bumi, ini hanya merukan rangkaian atau sebagai pertanda kuwajiban priya kepada istrinya, atau bisa diartikan "bulu bekti" kalau itu dari bawahan kepada atasannya. Bisa juga merupakan "panjurung sih" kalau itu dari atasan kepada bawahannya.

Hasil bumi ini dulu tidak kumasukkan. Lagi-lagi pertimbangannya takut ngerepotin pihak CPP dan lagi takut mubadzir setelahnya. Tapi waktu nikahannya +denni permana , pihak putri request aitem ini. Karena sifatnya hanya simbolis, hasil bumi yang dimaksud tentu bukan seperti jaman dulu yang misalnya berasnya berapa karung gitu. Cukup masing-masing satu genggaman tangan dan aku masukkan ke toples-toples mini. Jenisnya ada beras, beras ketan, gula, merica, garam, dll. Toples-toples ini kemudian aku tata di sebuah nampan besar. Fotonya entah ke mana. Coba aku cari-cari lagi kalau senggang. Oh iya, waktu adekku dulu juga bawa ayam jago. Dan katanya jaman Papa Mama nikah juga ada ayam jago buat seserahannya.

  • Bisa juga "pengiring peningset" ini diwujudkan barang-barang kebutuhan wanita, seperti busana atau perlengkapan wanita lain.

Nah lhoo.. yang ditunggu-tunggu dan diharap-harap para wanita calon manten ternyata malah cuma "pengiring peningset"  yang sifatnya sebagai pelengkap saja. Jiaahh.. penonton kecewa deh :'( #batalbelanja

 Menurut pendapat ISKS. Pakoe Boewono Ke IV, upacara ini bisa ditambahkan rangkaiannya berupa: Cengkir Gadhing (Kelapa gading) sejodo. Tetapi apabila pelaksanaan antara "pasrah peningset" dengan "ijab-panikah" masih ada jarak waktu yang lama tidak dibenarkan. Sebab pengertian Cengkir-gadhing disini mengandung makna: Wadhah-turun, atau perlambang keturunan.

 Cengkir gading adalah  kelapa berwarna kuning cantik yang bentuknya kaya boops. Jumlahnya sepasang.

Kalo liat bentuknya, ngga perlu heran kenapa ada istilah "dhadhane nyengkir gading" :p . Sumber

Selain yang disebutkan di atas, waktu nikahanku ada juga namanya pesingan. Aku ga terlalu paham kenapa namanya kaya gitu, tapi yang jelas pesingan ini adalah kain jarik beserta selendang yang merupakan tanda kasih CPP terhadap eyang putri CPW. Jadi cuma dimasukkan kalau eyang putri CPW masih sugeng yaa.. Kebetulan eyang putri dari Mama dan eyang buyutku masih hidup. Jadi Mojo beli kainnya tiga potong. Sekalian ama eyang kakung juga.

Tiga paket Pesingan berisi kain jarik untuk Eyangti, Eyangkung, dan Mbah Uyut.

Catatan lainnya adalah, biasanya jumlah kotak seserahan ini adalah ganjil. Pinter-pinternya kita ngebagi aja, yang penting totalnya ganjil. Terus, jangan lupa beli angsul-angsul juga buat CPP yak.. Masa kita-kita doang yang dapet gift ;) . Angsul-angsul ini merupakan simbol tanda kasih ibu CPW kepada CPP. Jenisnya biasanya busana dan makanan khas daerah CPW. Kancing Gelung atau busana yang dipakai CPP besok juga diserahkan bersama dengan angsul-angsul lain.

Contoh angsul-angsul dan kancing gelung

Okeeyyy.. Sudah semua. Semoga informasi di atas bisa membantu teman-teman yang akan atau sedang menyiapkan seserahan. Happy shoppiing, Guurrllss.. ;)

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Akhyari Hananto lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Akhyari Hananto. Artikel ini dilengkapi fitur Wikipedia Preview, kerjasama Wikimedia Foundation dan Good News From Indonesia.

Terima kasih telah membaca sampai di sini