Mahasiswa IPB Mengharumkan Nama Indonesia dengan Inovasi GUCAKUSI

Mahasiswa IPB Mengharumkan Nama Indonesia dengan Inovasi GUCAKUSI
info gambar utama
Kebutuhan Indonesia terhadap bahan pangan terus menerus meningkat, namun tidak diimbangi dengan produksi dalam negeri yang mencukupi akhirnya memaksa pemerintah banyak untuk melakukan impor. Salah satu bahan pangan yang banyak di impor ke Indonesia adalah gula. Gula selama ini hanya diproduksi dari ekstraksi tebu atau sugar cane yang banyak di tanam di daerah-daerah tandus di Indonesia. Produksi gula dengan tebu ini semakin menurun karena adanya penyusutan lahan sehingga diperlukan sebuah inovasi untuk menjaga produksi gula tetap tinggi. Permasalahan inilah yang kemudian coba di jawab oleh empat mahasiswa IPB yang belum lama ini mendapatkan penghargaan dari inovasi mereka yang memanfaatkan singkong. Inovasi yang mereka temukan adalah ternyata kulit dari singkong mampu digunakan untuk memproduksi gula cair. Bahkan gula dari singkong ini dipercaya memiliki tingkat kalori yang lebih rendah dari gula tebu, sehingga dapat mencegah obesitas. Singkong "Gula cair dari kulit singkong mengandung energi lebih rendah yakni kurang dari sepertiga dari energi yang terdapat dalam gula pasir. Gula cair kulit singkong ini mengandung energi 106 kilo kalori per 100 gramnnya, sedangkan gula pasir mengandung 364 kkal per 100 gram " kata Farauq Arrahman seperti di kutip dari Tempo. Rupanya inovasi ini berangkat dari sebuah konsep tentang nol limbah atau zero waste yang artinya setiap jengkal dari sumber alam harus bisa dimanfaatkan tanpa harus membuang sisa-sisa sampah. "Berangkat dari konsep "zero waste" kami melihat produksi singkong Indonesia cukup besar, salah satunya di Ciluar Bogor juga terdapat sentra pengolahan singkong untuk tepung tapioka," imbuh Farauq. Proses pembuatan gula cair dari kulit singkong juga relatif mudah. Kulit singkong direndam dulu selama tiga hari kemudian diblender dengan air lalu diambil patinya. Kulit singkong yang sudah menjadi bubur kemudian dimasukkan sejumlah enzim alfa-emilase. Selanjutnya tahap sakarifikasi dengan cara pati yang telah terpecah menjadi dekstrin didinginkan dari suhu 105 derjat celcius menjadi 60 derjat celcius, kemudian dimasukkan ke dalam toples kaca sakarifikasi dengan penambahan enzim amiloglukosidase. Setelah melalui proses sakarifikasi kemudian masuk ke dalam proses pemucatan dengan arang aktif. Tahap selanjutnya, dilakukan penyaringan dan proses penguapan (Evaporasi) untuk memekatkan hasil gula cair. Gula cair inilah yang kemudian dapat digunakan dan dikonsumsi. Inisiator inovasi Abdul Aziz mengatakan, Indonesia termasuk lima negara penghasil singkong terbesar di dunia. Angka BPS 2014 menyatakan produksi singkong nasional mencapai 23.458.120 ton. Pengolahan singkong menghasilkan limbah sekitar 15-20 persen dari berat umbi, dengan persentase lapisan periderm sebesar 0,5-2 persen dan kulit bagian dalam (corteks) berwarna putih mencapai 8-19,5 persen. "Ini potensi yang besar jika kita mampu memproduksi gula cair dari kulit singkong kenapa kita harus bergantung pada impor gula," katanya. Inovasi ini mendapatkan medali emas dalam Macau International Innovation and Invention Exhibition (MIIIE) pada Juli 2015 lalu. Tim dari IPB yang terdiri dari Farauq Arrahman, Galih Nugraha, Putri Vionita, dan Abdul Aziz tersebut menang dengan membawa produk gula cair. Produk yang diberi nama GUCAKUSI (Gula Cair dari Kulit Singkong) tersebut mengalahkan 250 pesaing dan 80 inovasi lainnya yang berasal dari 22 negara di dunia seperti Thailand, Philipina, Cina, Kanada, Korea Selatan, Polandia, Taiwan, dan negara-negara lainnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini