Perusahaan Perkapalan Negara Gandeng Univesitas untuk Bangun Ribuan Kapal Nelayan

Perusahaan Perkapalan Negara Gandeng Univesitas untuk Bangun Ribuan Kapal Nelayan
info gambar utama
PT PAL Indonesia (Persero) yang telah dipercaya oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk membangun kapal-kapal untuk nelayan berencana menggandeng Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya, dalam mewujudkan proyek pembangunan 3.000-5.000 kapal nelayan pesanan Kementerian Kelautan dan Perikanan. Seperti di kutip dari bisnis.com Direktur Utama PAL Indonesia Muhammad Firmansyah Arifin mengatakan “Kami akan melibatkan perguruan tinggi yakni ITS, tepatnya Fakultas Teknologi Kelautan." Fakultas Teknologi Kelautan ITS dipilih selain karena Fakultas tersebut berpengalaman dalam bidang kelautan di Indonesia, kampus tersebut juga memiliki ahli di bidang perancangan kapal, permesinan kapal, hingga manajemen transportasi laut. Terlebih disana juga berdiri Pusat Desain dan Rekayasa Kapal Nasional (Nasdec) kolaborasi ITS dengan Kementerian Perindustrian. PT PAL Dalam proyek pengadaan kapal itu, PAL Indonesia akan berfungsi sebagai lead coordinator. Selain ITS, perusahaan pelat merah itu akan menggandeng pemangku kepentingan lain untuk merumuskan desain kapal yakni KKP, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Balitbang KKP, dan para nelayan. Firmansyah mengatakan nantinya desain seluruh kapal tidak akan tunggal tetapi berdasarkan karakteristik nelayan di berbagai daerah. Melalui cara ini, kapal tersebut dapat digunakan sesuai kearifan lokal. Sebelumnya, Sekretaris Jenderal KKP Sjarief Widjaja sudah mengatakan bahwa program-program kapal nelayan tidak boleh mengesampingkan kearifan lokal. Sehingga, KKP akan merekrut dan melibatkan banyak antropolog sosial. “Kami tidak mau kalau nanti nelayan dikasih kapal tidak sesuai dengan jati diri mereka sehingga akhirnya tidak terpakai. Dengan pemberian kapal kami ingin mereka tumbuh tetapi sesuai dengan hati,” ujar Firmansyah. Sjarief mencontohkan salah satu kearifan lokal di Provinsi Aceh. Di Bumi Serambi Mekah itu para nelayan tradisional memiliki lembaga adat “Panglima Laot”. Para nelayan di Pantau Utara Jawa juga berbeda dengan Pantai Selatan. “Begitu pun dengan di Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Utara berbeda,” katanya. Proyek pengadaan 3.000-5.000 kapal nelayan akan menggunakan anggaran 2016 dan menelan dana hingga Rp5 triliun. Kapal-kapal itu berbobot dari 5 gross ton (GT), 10 GT, hingga 100 GT. Seluruh kapal rencananya akan terbuat dari fiberglass alias berbeda dengan kapal kebanyakan nelayan tradisional yang berbahan baku kayu.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini