Ananda Sukarlan, Pianis Klasik asal Indonesia yang Mendunia

Ananda Sukarlan, Pianis Klasik asal Indonesia yang Mendunia
info gambar utama
Ternyata masih banyak talenta-talenta anak bangsa yang tidak banyak diketahui oleh khalayak umum. Terutama di bidang musik, terlebih yang beraliran musik klasik. Musik klasik di Indonesia ibarat sesuatu yang sangat ekslusif bahkan kadang dianggap kuno. Padahal terdapat banyak musisi asal Indonesia yang telah mengharumkan Indonesia melalui musik klasik di kancah Internasional. Salah satunya adalah Ananda Sukarlan. Musisi kelahiran Jakarta, 10 Juni 1968 ini mengaku terjun ke dunia musik secara tak sengaja. Ananda mengaku mulai tertarik pada musik khususnya piano setelah sering mendengar salah seorang kakaknya, Martani Widjajanti memainkan piano. Kakaknya itulah yang kemudian menjadi guru piano pertama Andy. Selain itu, Andy kecil juga suka mendengarkan musik klasik dari piringan hitam teman orangtuanya yang pulang ke Belanda. Ananda Sukarlan Bungsu dari tujuh bersaudara yang akrab disapa Andy ini lahir dan tumbuh bukan di keluarga pemusik. Ayahnya Letkol Sukarlan adalah seorang tentara sedangkan ibunya Poppy Kumudastuti berprofesi sebagai dosen di IKIP. Keenam kakaknya pun tidak ada yang memilih seni musik sebagai jalan hidupnya. Bahkan di masa kanak-kanaknya, ia sempat bercita-cita menjadi petugas pemadam kebakaran. Saat duduk di bangku SMP, keinginan Andy untuk menjadi pianis semakin kuat. Sejak itu dirinya mulai memperdalam ilmunya di Yayasan Pendidikan Musik Indonesia, di bawah bimbingan Soetarno Soetikno dan Rudy Laban. Bahkan saat itu ia juga sudah gemar menonton konser-konser di Erasmus Huis, Taman Ismail Marzuki, dan lokasi-lokasi eksklusif lainnya yang tentu saja tidak murah harganya. Andy mengaku dirinya pernah memiliki pengalaman buruk dengan sekolah. Ia adalah siswa yang sempat drop out karena nilai pelajaran di sekolah terbilang jelek. Andy pun harus menghadapi ejekan dari teman-temannya. Namun kebulatan tekadnya untuk menjadi seorang pianis sudah begitu menggebu. Semua ejekan dan hinaan disikapi bagai angin lalu. "Saya tidak pernah memikirkan saya berbakat atau tidak. Saya kira kalau kita ingin sesuatu jalani saja, pasti nanti Tuhan membantu," ucap Andy. Kerja kerasnya pun akhirnya membuahkan hasil. Pada tahun 1986, setelah menyelesaikan pendidikannya di SMA Kolese Kanisius Jakarta, Andy mendapat beasiswa sekolah musik di Sekolah Musik Walter Hautzig di Harford, Connecticut, Amerika Serikat, untuk satu semester. Titik balik karir pengagum tokoh musik Lenock Berstain dan Stravinsky ini bermula ketika bertemu Fuad Hasan. Seorang Menteri Pendidikan dan Kebudayaan di era Presiden Soeharto yang kala itu memberitahukan tentang beasiswa ke Belanda dan Andy berhasil mendapatkannya. Meski sempat karirnya terancam gagal di Eropa karena beasiswanya terhenti akibat perselisihan politik antara RI dan Belanda, dirinya mampu bertahan dan meraih Eduard Elipse Award di tahun 1988 dan lima tahun kemudian, ia juga mendapatkan penghargaan Nadia Boulanger Prize. Pada tahun 1998 Andy pindah ke Spanyol, tinggal di kawasan pegunungan Spanyol utara, bersama istrinya yang berkebangsaan Spanyol, Raquel Gomez. Raquel adalah mantan asistennya ketika konser di Spanyol. Pasangan ini dikaruniai seorang putri bernama Alicia Pirena Sukarlan. Sejak itu, Andy lebih memilih berkarir di luar negeri terutama Eropa. Alasannya, kalau di luar negeri, ia merasa lebih berguna bagi orang Indonesia karena ia memainkan karya komponis Indonesia di sana. Selain itu, masyarakat luar negeri lebih dapat mengapresiasi kerja keras para seniman musik berprestasi dengan memberikan penghargaan materi yang setimpal. Genre musik yang diusungnya juga terbilang menarik, karena meski kebanyakan orang sering menyebutnya sebagai pianis musik klasik, Andy lebih memilih menyebut alirannya sebagai musik sastra. Minat pianis yang satu ini terhadap karya sastra seperti puisi memang tinggi. "Musik itu eksis dalam partitur, dan bentuknya sudah baku. Bisa buat instrumen apa saja. Bedanya kalau karya sastra itu dalam huruf, kalau musik sastra dalam not balok ," kata Andy. "Kalau kita sebut klasik, kesannya kuno atau komponisnya sudah lama wafat. Nah John Williams (komposer film) atau saya itu masa menulis musik klasik? Musik sastra itu akan tetap sama sampai kapanpun." imbuh pria berkacamata ini. Banyak inspirasi karyanya yang berasal dari karya sastra yang dibacanya. Seperti karya dari beberapa sastrawan Spanyol, seperti Jorge Luis Borges atau Gabriel Garcia Marquest. Sementara untuk seniman sastra dalam negeri, Andy amat menggandrungi karya-karya Sapardi Djoko Damono, Ismail Marzuki, dan Eka Budianta. Musik karya Andy telah banyak ditulis sebagai bahan disertasi dan tesis doktoral di beberapa universitas di 3 benua. Ia juga kerap didaulat sebagai pembicara untuk mengajar atau memberi ceramah di banyak Universitas dan Institut. Ia juga sering menuangkan pemikirannya dalam berbagai artikel mengenai musik di blognya serta beberapa majalah budaya di Spanyol dan Australia. Ananda Sukarlan Berbagai penghargaan juga telah banyak ia raih. Misalnya dari Guinness Book of Record atas keberhasilannya memperdanakan 38 karya baru dalam Festival Musik Modern di Alicante-Spanyol pada September 1995. Namanya masuk sebagai satu-satunya musisi Indonesia dalam The International Who's Who in Music dan 2000 Outstanding Musicians on the 20th Century. Prestasinya yang sangat banyak itu, tentu saja juga turut menaikkan pamor Indonesia di dunia Internasional khususnya bidang musik. Ia adalah musisi Tanah Air pertama yang membuka kembali hubungan kebudayaan Indonesia-Portugal dengan memenuhi undangan sebagai solois di Orkes Simfoni Nasional Portugal (Orquestra Sinfinica Nacional Portuguesa) pada akhir tahun 2000. Melalui Ananda Sukarlan Award (ASA) yang dicetuskannya belum lama ini, Andy mempunyai harapan agar para musisi Indonesia khususnya para pianis agar dapat membawa identitas musik Indonesia ke dunia musik internasional. "Kebanyakan para pianis Indonesia lebih bangga memainkan karya dari Beethoven, Mozart. Apa bedanya dengan mendengarkan karya Beethoven yang asli? Saya ingin para pianis dari Indonesia dapat membawa identitas musik tradisional Indonesia, sehingga di mata dunia, musik Indonesia khususnya musik tradisional dapat semakin dikenal dan mendunia. Sehingga musisi dari Indonesia dapat mempunyai warna dan karakter," ucap Ananda. liputan6.com; joss.today; tokohindonesia.com.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini