Jembatan Sarang Lebah, Karya Anak Bangsa Untuk Surabaya

Jembatan Sarang Lebah, Karya Anak Bangsa Untuk Surabaya
info gambar utama
Dosen Arsitek Universitas Muhammadiyah Surabaya (UMS), Gunawan, berhasil merancang konstruksi jalur transportasi yang terbilang tidak biasa. Rancangannya berbentuk heksagonal yang menyerupai sarang lebah. Desain ini diklaim tidak hanya efisien, tetapi juga futuristik yang tetap sesuai dengan perkembangan kota Surabaya. Selain untuk mengatasi masalah kemacetan, rancangan tersebut didesain agar mampu memberikan bentangan jalan baru. Mengingat pertumbuhan kendaraan dengan pertumbuhan jalan sangat tak berimbang. Bentuknya yang menyerupai sarang lebah bukan tanpa alasan, sebab memang rancangan jalur transportasi ini diberi nama Jembatan An Nahl atau Jembatan Sarang Lebah. sarang lebah Desainnya berupa terowongan dengan sisi segi enam. Terowongan itu bahkan mampu menopang konstruksi baru di sisi-sisinya dengan jalur utama atau tengah memiliki lebar antara 6 - 8 meter serta ketinggian sekitar 5 meter. "Jalur utama atau tengah bisa untuk jalur mobil. Wing kanan kirinya bisa untuk kereta," kata Gunawan, saat memaparkan karyanya di UMS, Surabaya, Kamis (5/11/2015). Saat ini, Pemkot Surabaya bersama pemerintah pusat yang tengah mematangkan proyek Mass Rapid Tansit (MRT) diklaim tetap akan cocok dengan desain milik Gunawan ini. Sebab jembatan An Nahl itu diklaim akan mampu mengakomodasi semua moda transportasi perkotaan. Bahkan di bawah tiang utama jembatan sarang lebah itu bisa digunakan sebagai lahan parkir ataupun kegiatan ekonomi warga. Desain jembatan dengan tiga heksagonal itu telah mendapat sertifikat desain industri dari Kemenkumham. Gunawan mengerjakan desain itu bersama rekannya Muh Sjamsul Arifin. Serifikat ini berlaku 10 tahun. Sertifikat itu ditandatangani Dirjen Hak Kekayaan Intelektual Direktur Hak Cipta Desain Industri. "Alhamduilillah, Kemenkumham telah mematenkan karya kami. Tapi ini masih predesign. Saya meyakini, konstruksi jembatan ini bisa mengatasi semua persoalan transportasi kota. Termasuk macet. Jalur motor juga bisa tarakomodasi di jembatan ini," tambah Alumnus Institut Teknologi Sepuluh Nopember tahun 1981 ini. Pria yang juga Dekan Fakultas Teknik UMS ini mengakui bahwa dari segi kuantias desain ini memang mampu untuk menampung seluruh jenih kendaraan bermotor. Namun paling ideal, desain jembatan An Nahl itu dibangun untuk menggantikan jalur rel kereta konvensional. Kereta bisa melintas di sisi kanan atau kiri. Konstruksi ini juga bisa dibangun di atas sungai. Desain jalan itu dinalai tidak hanya kuat, tapi memiliki estetika kota. Gunawan mengklaim bahwa desainnya cukup visibel. Tidak sulit untuk diterapkan. Meski demikian itu baru predesign. Nanti masih perlu detail engineering design (DED) untuk mengadopsi konstruksi itu. Selain itu tidak perlu ada pembebasan lahan dan desani ini akan mengakomodasi semua moda transportasi darat. "Setiap 1 km ruas jalan berlorong nanti kira-kira cukup dengan Rp 500 miliar. Lorong ini bisa hanya pengaman saja," jelas Gunawan.
Gunawan Mempresentasikan desain Jembatan Sarang Lebahnya (Foto: Dian Kurniawan / Liputan6.com) Gunawan Mempresentasikan desain Jembatan Sarang Lebahnya (Foto: Dian Kurniawan / Liputan6.com)

Jembatan Sarang Lebah ini juga bisa disebut sebagai jalan tol multifungsi dan multi ruas. Sangat futuristik dan berwawasan ke depan. Sebab, moda transpportasi masal kelak akan sangat dibutuhkan di Indonesia. Temuan desain ini adalah solusi yang berasal kebijaksanaan alam, yakni sarang lebah. Nantinya, konstruksi itu juga dianggap mampu mengadopsi sistem kerja khas lebah yakni semangat gotong royong. Semua masyarakat transportasi bisa dilibatkan dengan membentuk kesatuan dan integrasi transpotasi. Konstruksi ini juga bisa menjadi altenatif pengganti desain tol tengah kota untuk kota Surabaya. tribunnews.com

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini