Puluhan Spesies Baru ditemukan LIPI di Pulau Terpencil Barat daya Sumatera

Puluhan Spesies Baru ditemukan LIPI di Pulau Terpencil Barat daya Sumatera
info gambar utama
Tim peneliti Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia (LIPI) yang telah melaksanakan Ekspedisi Enggano pada 16 April-5 Mei 2015 silam melaporkan temuan-temuan yang menarik. Hasil ekspedisi ini disampaikan kepada publik dan media dengan tema "LIPI Ungkap Hasil Eksplorasi Bioresources di Pulau Enggano" di Sasana Widya Sarwono, Kamis (5/11/2015). Pulau Enggano dipilih karena merupakan Pulau Samudera (Oceanic Island), yakni pulau yang secara geologi dalam sejarahnya tidak pernah menyatu dengan Pulau Sumatera. Enggano "Model Pulau Samudera seperti Enggano biasanya mempunyai banyak keunikan. Salah satunya adalah flora dan fauna yang tidak umum di tempat lain," jelas Peneliti Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati LIPI, Enny Sudarmonowati. Enny menambahkan bahwa target penelitian yang diprioritaskan adalah pulau terluar atau terdepan dari Indonesia. "Ini sebagai salah satu cara bertahan kita terhadap klaim negara tetangga. Adanya penelitian di Indonesia di pulau terluar, negara tetangga akan melihat ada kehidupan," tambahnya. Eksplorasi tim LIPI melaporkan berhasil mengoleksi dan mendata informasi kekayaan dan potensi hayati yang terbilang masif di Pulau Enggano, Bengkulu. Amir Hamidy selaku Ketua Tim Ekspedisi Enggano LIPI menyampaikan banyak temuan menarik berupa spesies-spesies baru dan catatan baru, khususnya dari kelompok mamalia. Cynopterus brachyotis (kelelawar codot) dan Hipposideros cervinus (kelelawar gua) adalah dua dari sekian banyak hasil penemuan Tim Ekspedisi Enggano. Selain itu Amir yang juga peneliti Pusat Penelitian Biologi LIPI mengatakan penemuan ikan kandidat jenis baru yaitu Stiphodon sp. Ada juga lima jenis ikan lainnya yang menarik: Hypseleotris sp, Redigobius sp, Stenogobius sp, Schismatogobius sp, Ambasis sp dan Mugilogobius sp. "Tidak tertutup kemungkinan bila jenis-jenis ini merupakan spesies endemik di Pulau Enggano. Namun diperlukan penelitian lebih lanjut dan waktu khusus untuk mengetahui status taksonominya," jelas Amir. Tim juga menemukan dua jenis udang baru yaitu Macrobrachium bariense dan M. Placidulum. Kedua jenis ini biasanya hanya ada di sebelah timur garis Wallace. Tapi kali ini ditemui di Enggano. "Biasanya ukurannya relatif besar, tetapi yang dijumpai di Enggano berukuran kecil dan sudah dewasa," tutur Amir. Kekayaan fauna dan flora yang selama ini jarang terjamah di Pulau Enggano juga didata oleh tim. "Dari jenis fauna, kami mengungkapkan ada 35 jenis burung, 13 jenis mamalia kecil, 3 jenis mamalia besar, 13 jenis reptil, 2 jenis amfibi, 52 jenis ikan, serangga (ngengat 100 jenis, kupu-kupu 4 famili, capung 15 jenis, lalat buah 3 jenis), 24 jenis moluska dan 25 jenis udang. "Masih banyaknya ngengat, capung dan kupu-kupu jadi indikasi sebuah lingkungan masih baik," kata Enny. Dalam ekspedisi ini, Tim Ekspedisi Enggano juga menemukan ular tikus Enggano yang sudah dianggap punah. "Dari data, terakhir ular ini ditemukan tahun 1936. Status konservasinya menjadi jelas. Bukti otentik spesies tersebut tidak punah," kata Amir. Kegiatan eksplorasi di Pulau Enggano ini diikuti para peneliti lintas satuan kerja seperti dari Pusat Penelitian Biologi, Pusat Penelitian Bioteknologi, Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor dan Pusat Penelitian Biomaterial. Kegiatan eksplorasi Bioresources ini dirancang berkesinambungan dari eksplorasi, identifikasi, analisis potensi dan pemanfaatan. https://www.youtube.com/watch?v=vYEXWoz-NgA lipi.go.id

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini