Bersama-sama Kita Bisa Menghentikan Krisis Kabut Asap

Bersama-sama Kita Bisa Menghentikan Krisis Kabut Asap
info gambar utama
Di penerbangan terakhir dari Jakarta menuju Denpasar, saya memandang langit biru di jendela. Sesuatu yang sangat mahal harganya saat ini karena saya hanya bisa melihat asap beracun dan kabut. Saya yakin tidak satupun orang di luar sana yang tidak mengharapkan langit biru akan kembali. Sebagai seorang duta untuk United Nations Great Apes Survival Partnership (Grasp), Saya bertugas untuk menyuarakan isu-isu yang mengancam keselamatan para orangutan dan habitatnya. Nyatanya kabut asap ini memang mengancam para orangutan itu. Para ahli mengatakan hampir sepertiga orangutan yang terancam punah itu terkepung oleh api dan kerusakan lingkungan dan pelepasan karbon dari tanah gambut akan memberikan dampak yang tiada siapapun bisa prediksi. orangutan Namun kabut asap dari api-api itu bukan hanya disebabkan oleh resiko dari pengembangan bisnis di Indonesia atau anomali yang terjadi karena El Nino. Peristiwa ini adalah sebuah pertanda dari sesuatu yang lebih buruk, yaitu keengganan untuk berubah, yang telah menghancurkan lebih dari 2 juta hektar hutan tropis dan merugikan pemerintah Indonesia lebih dari 30 Milyar Dolar Amerika. Negara-negara seperti Malaysia dan Singapura juga mendapatkan dampak dari kabut asap ini. Setelah berbulan-bulan kekeringan, hujan yang turun beberapa hari telah mencerahkan kembali langit di beberapa lokasi, namun krisis ini tidaklah berakhir dan jika kita tidak merubah cara kita menanganginya hal ini akan terus terulang setiap tahun. Jadi Saya ingin kamu berjanji pada Saya, bila kamu terus membaca tulisan ini, kamu akan berhenti berdiam diri dan melakukan aksi, karena Saya berjanji bahwa kamu memiliki kekuatan untuk membuat perubahan. Jika kamu adalah seorang orang tua seperti Saya, maka kamu memiliki alasan yang lebih kuat untuk melakukan aksi. Saya percaya, jika kita para orang tua yang bekerja sangat keras untuk memberi makan dan mendidik anak-anak yang kita cintai tidak mampu untuk mencerdaskan dan mendidik diri kita sendiri tentang realita yang ada di lingkungan sekitar kita dan melakukan perubahan, lalu siapa lagi yang akan melakukannya? Indonesia adalah salah satu negara dengan kekayaan biodiversitas terbesar di planet ini, dengan spesies yang tidak terhitung jumlahnya dan masih banyak yang belum ditemukan. Hutan kita dihuni banyak sekali tumbuhan obat dan spesies langka dan terancam punah. Sumatera, mendapat sangat buruk dari kebakaran tersebut, merupakan rumah satu-satunya dari empat spesies ikonik: orangutan, gajah, harimau dan badak. Namun tetap saja cara berfikir jangka pendek dan kerakusan terhadap profit telah melenyapkan semuanya. Berdasarkan studi terbaru yang dilakukan oleh Global Fire Emission Database, total emisi yang terbentuk karena kebakaran tahun ini jumlahnya lebih tinggi dari jumlah total emisi yang dihasilkan Jepang di tahun 2013. Tidak ada lagi langit biru, tidak ada lagi hutan tropis yang akan menyediakan kebutuhan hidup dan biodiversitas, tidak ada lagi udara bersih untuk bernafas, dan katakan selamat tinggal untuk pemandangan. Duduk dan berpangku tangan menunggu penguasa untuk membuat perubahan jelas-jelas tidak berhasil. Ini adalah saatnya untuk kita. Kita memiliki kekuatan. Gunakan kemampuanmu lebih bijak dan ciptakan dampak untuk bertahun-tahun kedepan. Ini adalah saatnya untuk meminta pemerintah Indonesia untuk melindungi lahan gambut, tanah yang mengandung karbon tertinggi. Aktifitas diatas lahan ini akan memperburuk masalah kabut asap dan merusak fungsi ekosistem yang terkait dengan air, temperatur dan emisi kabon dioksida. hutan hujan Baru saja, Saya menghadiri pertemuan yang diadakan oleh Dalai Lama dan para panelis ahli lingkungan terbaik dunia, yang membicarakan tentang isu perubahan iklim. Mereka mendiskusikan cara-cara pembangunan yang berbeda agar bumi ini tetap lestari dan berkesimpulan bahwa hanya kita, masyarakat umum lah yang memiliki kemampuan untuk menciptakan perubahan yang berarti. Bukan para ilmuwan. Ya, memang sains dapat memberikan bukti-bukti dan data statistik namun kitalah yang harus bisa menggunakan data mereka dan mengaplikasikan penemuan mereka untuk menciptakan perubahan penting dalam kehidupan sehari-hari. Jika tidak penelitian bertahun-tahun dan penemuan mereka akan sia-sia. Kita para konsumen memiliki kekuatan yang besar. Kekuatan informasi, kemampuan untuk mempengaruhi dan yang paling penting, kekuatan uang. Kita memiliki kemampuan untuk memilih. Memilih untuk membeli dari perusahaan-perusahaan yang bertanggung jawab terhadap prosedur suplai dan produksinya, yang memiliki etika, yang mengembangankan produk berseritifkasi, berkelanjutan, dan perusahaan yang memiikirkan tujuan kemanusiaan dalam jangka panjang. Saya saat ini sedang membuat seri televisi yang bertujuan untuk menyoroti keindahan destinasi-destinasi pariwisata di Indonesia dan produksinya memberikan kesempatan pada saya untuk mengunjungi banyak lokasi di negara ini. Indonesia adalah negara yang kaya dengan seni, budaya, dan keindahan alam namun saat ini yang kita bisa lihat hanyalah abu-abu. Tidak ada pemandangan. Tidak ada gejolak. Tidak ada warna kecuali abu-abu. Kebakaran ini harus dihentikan dan jangan sampai terjadi kembali. Diterjemahkan dari tulisan Nadya Hutagalung, Ambassador United Nations Great Apes Survival Partnership (Grasp) yang dipublikasikan di Jakarta Globe

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini