Luna, "Kuda Pustaka" yang Mendunia

Luna, "Kuda Pustaka" yang Mendunia
info gambar utama

Sejak awal tahun 2015, beberapa media nasional dan internasional seperti BBC, Reuters, dan Al Jazeera memberitakan tentang Luna si Kuda Pustaka. Uniknya, Luna dan pengasuhnya berasal dari Indonesia dan bukan dari kota besar, melainkan dari sebuah kota kecil di lereng Gunung Slamet, Jawa Tengah. Luna merupakan seekor kuda poni berwarna putih yang berkeliling membawa dua rak berisi buku di punggungnya, mengunjungi sekolah-sekolah setempat setiap hari Selasa, Rabu, dan Kamis. Rak kayu berisi buku tersebut bertuliskan “Kuda Pustaka Gn. Slamet”.

Adalah Ridwan Sururi, pria berkumis kelahiran 13 April 42 tahun yang lalu dan merupakan warga RT 2 RW 3 Desa Serang, Kecamatan Karangreja, Purbalingga, Jawa Tengah ini yang merupakan pengasuh Luna. Menurut penuturan Ridwan yang akrab dipanggil Ruri ini kepada BBC, ia merupakan seorang perawat kuda. Luna yang merupakan keturunan kuda ras lokal ini pada awalnya merupakan kuda liar yang kemudian berhasil ia jinakkan. Ia senang karena kuda liar ini tidak menendang dan menggigit. Ridwan kemudian merawat kuda ini bersama dua kuda lainnya dengan sepenuh hati meskipun sebenarnya ia bukan pemilik asli kuda ini. Pemiliknya sudah lama tidak menengok kuda-kudanya, kadang Ridwan merasa miris.

Luna kini sudah berusia 5 tahun dan sudah dua kali melahirkan. Tapi anaknya kini hanya tinggal seekor karena anak yang lainnya sudah dijual. Ide awal membuka perpustakaan keliling ini sebenarnya berasal dari temannya, sesama pecinta kuda, bernama Nirwan Arsuka. Ketika sedang berkumpul bersama sesama pecinta kuda, ada seseorang yang bertanya, “bagaimana sih hobi kita bisa bermanfaat untuk masyarakat umum?” Lalu Ridwan menanggapinya dengan berkata bahwa itu adalah ide yang bagus, tapi ia masih bingung bagaimana caranya. Kemudian kawannya yang bernama Nirwan menimpali dengan ide menciptakan perpustakaan keliling. Ridwan langsung setuju karena ia juga merasa prihatin dengan kondisi anak-anak sekarang yang lebih menyukai bermain handphone, netbook, dan menonton tv daripada membaca buku.

Buku yang dibawa Luna pun beragam, mulai dari majalah, buku cerita anak hingga komik. Buku-buku tersebut ia tawarkan kepada sejumlah siswa di sekolah-sekolah setempat yang ia kunjungi dengan tanpa memungut biaya. “Tujuan saya menyebar bacaan, siapa yang mau pinjam saya kasih saja,” ujarnya. Ridwan mengatakan bahwa ia tidak mencari uang lewat perpustakaan kelilingnya, tapi lebih kepada mencari kepuasan batin dari hobinya. “Saya senang sekali dengan kuda. Biar hobi saya bisa dinikmati dan bermanfaat untuk lingkungan sekitar,” ujarnya kemudian.

Luna dan Perpustakaannya
info gambar

Sekolah-sekolah yang dikunjungi Luna dan Ridwan tidak hanya sekolah-sekolah formal di pagi hari, tapi juga sekolah informal seperti TPQ (Taman Pendidikan Qur’an) yang waktu proses pembelajarannya berlangsung di sore hari. Ridwan dan Luna tiba ke sekolah-sekolah tersebut tepat beberapa menit sebelum waktu istirahat.

Selain jajan, kini anak-anak memiliki alternatif kegiatan yang baik dan positif untuk mengisi waktu istirahat mereka. Ridwan Sururi berharap di masa depan ia bisa memiliki kuda sendiri untuk menjadi Kuda Pustaka dan memiliki koleksi buku yang terus bertambah serta memiliki sendiri perpustakaan kecil di depan rumahnya. Ia juga ingin memperluas Kuda Pustaka Gunung Slamet tidak hanya di Desa Serang, tapi juga di desa-desa lainnya. Dengan begitu anak-anak yang gemar membaca buku akan lebih banyak lagi dan mereka semakin bertambah pintar.*

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini