Tiga Pebisnis Wanita Indonesia Masuk dalam Daftar Pebisnis Paling Berpengaruh di Asia

Tiga Pebisnis Wanita Indonesia Masuk dalam Daftar Pebisnis Paling Berpengaruh di Asia
info gambar utama
Forbes belum lama ini mengeluarkan daftar 50 pebisnis wanita paling berpengaruh di Asia. Wanita yang masuk dalam daftar tersebut adalah mereka yang masuk dalam jajaran eksekutif di perusahaan ternama dan memiliki akses besar di sumber daya keuangan. Di antara 50 pebisnis wanita yang paling berpengaruh di Asia tersebut terdapat tiga perempuan yang berasal dari Indonesia. Mereka adalah tiga srikandi yang juga dipilih oleh Forbes dalam daftar tersebut dengan predikat sebagai wanita yang berpengaruh. Ketiga wanita Indonesia ini mampu membawa perusahaan menduduki posisi terpandang dan juga mampu membuat perusahaan mengumpulkan laba tinggi. Anne Patricia Sutanto Anne menjadi salah satu perempuan Indonesia yang masuk ke dalam daftar 50 wanita paling berpengaruh di Asia. Ia merupakan Wakil presiden direktur dari perusahaan tekstil PT Pan Brothers Tbk (PBRX).
Anne Patricia Sutanto (Foto: swa.co.id) Anne Patricia Sutanto (Foto: swa.co.id)

Di tangan perempuan yang memiliki gelar di bidang teknik kimia dari University of Southern California dan MBA dari Loyola Marymount di Los Angeles ini, Pan Brothers mampu menjadi perusahaan garmen terbesar di Indonesia. Perusahaan ini membuat pakaian untuk merek-merek terkenal seperti Uniqlo, Reebok dan Nike dengan pendapatan tahunan mencapai US$ 340 juta. Saat ini Pan Brothers memiliki 14 pabrik di seluruh Indonesia dan pada 2016 nanti rencananya akan menambah 3 pabrik lagi. Anne memang sudah memiliki darah pengusaha. Ia terlahir dari keluarga berkecukupan yang memiliki usaha di sektor perkayuan. Ia masuk ke Pan Brothers pada 1997 saat perusahaan tersebut sedang didera masalah keuangan dengan mengambil saham minoritas. Perempuan berusia 42 tahun ini sebenarnya juga memiliki usaha sendiri yaitu Homeware International, yang memproduksi dan mengekspor furnitur dan aksesoris rumah. Pada tahun lalu ia dan 7 pengusaha Indonesia lainnya bersama dengan Bill & Melinda Gates Foundation, menyumbangkan masing-masing US$ 5 juta kepada Indonesia Health Fund untuk memerangi TBC, HIV dan malaria. Noni Purnomo Noni Purnomo merupakan presiden direktur dari Blue bird Group Holding. Blue Bird merupakan perusahaan operator taksi yang didirikan oleh neneknya 40 tahun lalu. Di tangan Noni, Blue Bird menjadi perusahaan operator taksi terbesar di Indonesia. Saat ini, kurang lebih 30 ribu armada taksi tersebar di beberapa kota-kota besar di Indonesia.
Noni Purnomo (Foto: Forbes.com) Noni Purnomo (Foto: Forbes.com)

Selain itu, di tangan perempuan berusia 45 tahun ini, Blue Bird mampu mengembangkan sayapnya, tidak hanya menjadi operator taksi tetapi juga masuk ke lini bisnis transportasi lain seperti logistik, rental dan lainnya. Di sektor logistik ini, Blue Bird mendapat pelanggan yang cukup besar seperti 7-eleven dan juga P&G. Sejak di tangani oleh Noni, Blue Bird mulai melepas saham ke publik. Tepatnya pada 5 November 2014 lalu, Blue Bird yang mendapat kode saham BIRD melepas 376.500.000 lembar saham atau sebesar 15 persen dari modal ditempatkan dan modal disetor penuh Perseroan setelah penawaran umum perdananya. Harga per lembar sahamnya adalah Rp 6.500. Berdasarkan harga penawaran saham di atas, total dana yang dihimpun BIRD mencapai Rp 2,447 triliun. Melalui dana yang diperoleh dari IPO tersebut, sebanyak 53,04 persen digunakan untuk melunasi pinjaman, sedangkan 46,96 persen akan digunakan untuk membiayai belanja modal Perseroan dan entitas anak usaha yang mencapai 15 perusahaan. Di hari pertama perdagangan saham atau pada 5 November 2014 lalu, saham Blue Bird tercatat tumbuh positif dengan harga tertinggi Rp 7.200 atau naik 10,7 persen dari harga penawaran perdananya. Wendy Sui Cheng Yap Wendy Sui Cheng Yap merupakan Presiden Direktur dan Chief Executive Officer (CEO) PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI).
Wendy Sui Cheng Yap (Foto: Forbes.com) Wendy Sui Cheng Yap (Foto: Forbes.com)

Nippon Indosari yang lebih dikenal lewat produk Sari Roti ini mampu menguasai 90 persen pasar roti domestik. Sari Roti telah memiliki 10 pabrik di seluruh Indonesia dengan kapasitas produksi mencapai 4,2 juta potong roti setiap tahunnya. Wendy adalah putri mantan eksekutif Grup Salim Piet Yap, yang mendirikan Bogasari, pabrik tepung terbesar di Indonesia. Selain memegang Nipon Indosari, perempuan 59 tahun ini juga memegang kendali perusahan keluarga Salim yang bergerak di sektor sumber daya alam dan real estate serta makanan. Pada kuartal III 2015 kemarin, laba ROTI tumbuh 46,32 persen menjadi Rp 192,68 miliar atau Rp 38,07 per saham dari Laba bersih kuartal III 2014 yang tercatat Rp 128,81 miliar atau Rp 26,01 per saham. Pertumbuhan kinerja ROTI pada Q3 2015 didukung oleh pertumbuhan penjualan yang cukup besar yaitu 15,44 persen atau tumbuh dari Rp 1,36 triliun pada kuartal III 2014 menjadi Rp 1,57 triliun pada kuartal III 2015. Total aset perseroan hingga kuartal III 2015 mencapai Rp 2,56 triliun naik dari Rp 2,14 triliun di tahun 2014. Liputan6.com

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini