Jaringan Pipa Gas Sepanjang Lebih dari Jarak Sabang-Merauke

 Jaringan Pipa Gas Sepanjang Lebih dari Jarak Sabang-Merauke
info gambar utama

Penggunaan bahan bakar berbasis gas tampaknya mulai menggeliat di Indonesia. Semenjak minyak tanah digantikan oleh tabung-tabung LPG beberapa tahun silam, popularitas bahan bakar sepertinya mulai meningkat. Hal tersebut dibuktikan dengan terus berkembangnya jaringan pipa miliki PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGN) hingga akhir tahun lalu telah menjadi jaringan pipa gas terpanjang di Indonesia.

Penggunaan bahan bakar berbasis gas tampaknya mulai menggeliat di Indonesia. Semenjak minyak tanah digantikan oleh tabung-tabung LPG beberapa tahun silam, popularitas bahan bakar sepertinya mulai meningkat. Hal tersebut dibuktikan dengan terus berkembangnya jaringan pipa miliki PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGN) hingga akhir tahun lalu telah menjadi jaringan pipa gas terpanjang di Indonesia. 


Panjang pipa tersebut tercatat telah mencapai lebih dari 6.470 kilometer (km) pipa gas bumi. Sebagian besar pipa dari jaringan pipa yang telah dibangun tersebut statusnya merupakan pipa open access yang dapat dimanfaatkan bersama, bukan hanya untuk PGN. Panjang tersebut bila dibandingkan telah melampaui total jarak antara Merauke ke Sabang dalam garis lurus yang 'hanya' 5200 km. 


"Dari 6.470 km pipa gas yang dibangun dan dioperasikan PGN, sekitar 2.400 km merupakan pipa open access yang bisa dimanfaatkan bersama," kata Head of Corporate Communication PGN, Irwan Andri Atmanto.


Irwan menjelaskan bahwa lebih dari 4.000 km merupakan pipa distribusi PGN yang memasok gas bumi langsung ke konsumen, seperti ke rumah tangga, industri, komersial (pusat belanja, hotel, rumah sakit), Usaha Kecil Menengah (UKM), hingga pembangkit listrik. Sedangkan jaringan pipa open access dapat digunakan perusahaan lainnya. Jaringan ini merupakan jaringan terpanjang bila dibandingkan dengan jaringan milik komptetitor lainnya yang ada di Indonesia.


"Belum ada perusahaan di Indonesia yang memiliki pipa gas open access sepanjang yang dimiliki PGN. Apalagi pipa yang dibangun dan dioperasikan PGN saat ini, merupakan 76 persen dari seluruh pipa gas bumi di Indonesia," pungkasnya. 


Berikut Rincian Pipa yang dimiliki PGN yang tersebar di berbagai daerah:

· Wilayah Distribusi Jawa Barat, DKI Jakarta, Banten, Lampung, Palembang: 2.707 km

· Wilayah Distribusi Jawa Timur dan Tengah: 785 km

· Wilayah Distribusi Sumatera Utara, Kepulauan Riau dan Riau: 761 km

· Transmisi Grissik–Duri: 536 km

· Transmisi Grissik–Batam–Singapura : 470 km

· Transmisi South Sumatera West Java (SSWJ) : 1.004 km

"Dari 6.470 km pipa gas yang dibangun dan dioperasikan PGN, sekitar 2.400 km merupakan pipa open access yang bisa dimanfaatkan bersama," kata Head of Corporate Communication PGN, Irwan Andri Atmanto.

Irwan menjelaskan bahwa lebih dari 4.000 km merupakan pipa distribusi PGN yang memasok gas bumi langsung ke konsumen, seperti ke rumah tangga, industri, komersial (pusat belanja, hotel, rumah sakit), Usaha Kecil Menengah (UKM), hingga pembangkit listrik.

Sedangkan jaringan pipa open access dapat digunakan perusahaan lainnya. Jaringan ini merupakan jaringan terpanjang bila dibandingkan dengan jaringan milik komptetitor lainnya yang ada di Indonesia.

"Belum ada perusahaan di Indonesia yang memiliki pipa gas open access sepanjang yang dimiliki PGN. Apalagi 6.470 km lebih pipa yang dibangun dan dioperasikan PGN saat ini, merupakan 76 persen dari seluruh pipa gas bumi di Indonesia," pungkasnya.

Berikut Rincian Pipa yang dimiliki PGN yang tersebar di berbagai daerah:

· Wilayah Distribusi Jawa Barat, DKI Jakarta, Banten, Lampung, Palembang: 2.707 km
· Wilayah Distribusi Jawa Timur dan Tengah: 785 km
· Wilayah Distribusi Sumatera Utara, Kepulauan Riau dan Riau: 761 km
· Transmisi Grissik–Duri: 536 km
· Transmisi Grissik–Batam–Singapura : 470 km
· Transmisi South Sumatera West Java (SSWJ) : 1.004 km

sumber: Tribun News

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini