Pria Asal Surabaya, Inventor Muda Peraih Habibie Award

Pria Asal Surabaya, Inventor Muda Peraih Habibie Award
info gambar utama

Menjadi ilmuwan yang produktif dan terus konsisten adalah etos kerja yang cukup sulit. Namun demi kualitas kehidupan masyarakat Indonesia yang lebih baik, salah seorang inventor muda kelahiran Surabaya rela untuk mendedikasikan dirinya dalam membuat inovasi-inovasi terbaru.

Ilmuwan tersebut adalah Dr. Eng. Wisnu Jatmiko, ST, MKom. Dia adalah salah satu peneliti cemerlang lulusan Universitas Indonesia (UI). Wisnu menyelesaikan S1 dan S2nya di UI, kemudian melanjutkan S3 di Nagoya University Jepang dan meraih gelar doktor pada 2007.

“Saya agak telat, meraih doktor pada usia 34, karena 4 tahun saya disuruh menjadi penjaga laboratorium,” kata sambil tersenyum.

Tapi berkat pengalaman menjaga lab tersebut, Wisnu banyak belajar dan mengakses banyak jurnal internasional, sehingga memudahkan dia menyelesaikan studi doktoralnya. “Beasiswa di Nagoya sebenarnya 4 tahun, tapi saya bisa selesaikan dalam 2 tahun,” katanya.

Pria kelahiran Surabaya, Desember 1973 ini dikenal sebagai ilmuwan yang santun dan bersahaja. Namun dirinya adalah ilmuwan yang terbilang sangat produktif. Mengingat, setidaknya dalam satu tahun tahun ia mendapatkan tiga hibah penelitian dengan posisi sebagai peneliti utama. Tercatat ada lebih dari 25 hibah sebagai peneliti utama, dan 25 hibah sebagai peneliti anggota dengan total hibah sekitar Rp 10 miliar.

Dr Eng Wisnu Jatmiko M.Kom saat menerima Habibie Award 2015 bersama Prof Dr Nina Herlina MS dan Prof Emeritus Drs Abdul Djalil Pirous
info gambar

Tidak kurang dari 100 artikel ilmiah telah dipublikasikan di jurnal Internasional dan 78 artikel telah terindeks di Scopus. Beberapa hasil inovasinya adalah Simulator Robot Pencari Sumber Asap, Sistem Telehealth Pertumbuhan Janin, Prototype Sistem Pengaturan Lampu Lalu Lintas Terdistribusi, E-cardio, Sistem Informasi Zakat, dan Kompresi EKG 12 Lead.

Menariknya rahasia dari prestasi dan produktifitasnya tersebut mengadopsi dari prinsip etos kerja masyarakat Jepang. Wismu menjelaskan bahwa ada yang namanya prinsip 711. "Jadi, kami harus datang pukul 7 pagi dan pulang pukul 11 malam. Sebagai murid di Jepang, saya harus datang sebelum profesor datang dan pulang setelah professor pulang."

Berkat produktifitasnya tersebut, Wisnu pada tahun lalu meraih penghargaan BJ Habibie Award bersama dua peneliti lain.

Pria yang saat ini menjadi manajer Riset di Fakultas Ilmu Komputer UI tersebut mengatakan bahwa sejatinya membuat alat atau piranti itu bisa dilakukan banyak orang. Namun Algoritma atau otak dari alat itu harus tetap dikuasai penciptanya. Terlebih riset yang dilakukan harus tetap mampu memberikan dampak yang positif. "Saya melihat riset yang baik adalah riset yang bisa memberikan sumbangsih bagi sesama, untuk orang lain,” katanya.

Wisnu yang merupakan penggila catur, ternyata salah seorang pengagum Presiden RI ke-3, BJ Habibie. Bagi dia, Habibie tak tanya panutan, namun juga guru yang bermanfaat bagi masyarakat Indonesia. Bahkan salah satu dari lima anaknya diberinama Muhammad Habibie.

Dirinya ingin mencontoh Habibie dalam pengembangan SDM ke depan. Selama mengajar ia telah mengirim puluhan mahasiswa bimbingannya untuk mengambil S2 dan S3 di berbagai perguruan tinggi ternama di dunia.

“Saya percaya Indonesia akan maju ke depan, ada puluhan mahasiswa Cum Laude yang sedang belajar di mancanagara. Nanti mereka akan pulang, atau kalaupun bekerja di luar negeri, setidaknya mereka tetap ingat Indonesia,” ujarnya.

sumber: Tempo

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

BR
YF
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini