Kompor Bahan Bakar Limbah Pertanian Karya Anak Bangsa, Lebih Hemat

Kompor Bahan Bakar Limbah Pertanian Karya Anak Bangsa, Lebih Hemat
info gambar utama

Kebutuhan energi dipedesaan yang umumnya masih sulit dijangkau oleh kompor-kompor modern berbasis listrik ataupun LPG tampaknya menjadi perhatian khusus. Produk kompor inovatif baru pun diciptakan untuk menjawab keterbatasan tersebut. Kompor tersebut beroperasi dengan menggunakan bahan bakar pellet berbasis limbah pertanian. Produk tersebut dipamerkan dalam Bali Clean Energi Forum di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC) pada 11 - 12 Februari 2016.

Kompor yang menggunakan bahan bakar pellet dari aneka limbah pertanian seperti jerami, bonggol jagung, dan serbuk kayu tersebut merupakan produk yang dikembangkan oleh PT Perusahaan Gas Negara (PGN). Inovasi tersebut dilakukan sebagai upaya mendukung energi yang terbarukan dan juga lebih bersih.

Kompor pellet ini diklaim jauh lebih hemat dibandingkan dengan kompor minyak tanah. Bahkan dibandingkan kompor gas yang menggunakan LPG 3 kg, kompor ini masih bisa lebih hemat.

"Kalau sama kompor minyak tanah pasti lebih hemat. Kalau sama LPG yang disubsidi bersaing. Kita menghitung di 3 provinsi, rata-rata tiap rumah tangga masak 2 jam per hari. Itu habis Rp 2.000/hari kalau pakai LPG. Kalau pakai ini per hari butuh 1 kg pellet, harganya Rp 1.500," papar Maesah Anggni seorang penjaga stan PGN, seperti dikutip dari detikFinance.

Pellet menjadi pilihan karena bahan baku pellet bisa didapat dengan mudah di desa-desa di Indonesia. Bahan bakunya pun terbarukan, karena menggunakan hasil-hasil pertanian yang tidak tergunakan. Selain itu dengan menggunakan pellet, penduduk juga mendapatkan nilai tambah dari limbah pertanian.

Untuk menggunakan kompor ini, pellet harus dimasukan dalam tabung yang berada di tengah kompor. Ada 2 tabung yang berbeda kapasitas di dalam kompor ini, yang satu berkapasitas 3 ons pellet dan 1 lagi 7 ons pellet. Banyaknya pellet yang dimasukkan juga harus sesuai dengan keperluan. Untuk masak air misalnya, cukup gunakan tabung yang berkapasitas 3 ons pellet.


"Isi 3 ons untuk goreng-goreng, bikin kopi, untuk yang masak kurang dari 1 jam. Kalau isi 7 ons untuk lebih dari 1 jam. Masak air pakai kompor ini cuma 24 menit," tutur Maesah.

Pelet limbah pertanian, (Foto: detikFinance)
info gambar

Kelemahan kompor ini adalah butuh bahan bakar pemantik untuk menyalakannya. Pellet tidak bisa langsung dibakar dengan sendirinya untuk bahan bakar, harus ada pemantik seperti minyak goreng atau spiritus.

"Masih butuh pemantik. Kita sarankan pakai sedikit spiritus. Satu liter spiritus bisa untuk 6 bulan. Atau minyak goreng," jelasnya.

Selain itu, kompor ini sudah diproduksi di Indonesia, namun masih perlu penyempurnaan desain dan belum berskala besar.

Harga kompor ini sekitar Rp 1 juta per unit bila dijual di pasaran. PGN berencana membagikan 12.000 kompor pellet pada tahun ini.

Sampai saat ini sudah 40 kompor pellet yang dibagikan di Bali, yakni di Kabupaten Jembrana dan Kabupaten Tabanan.

"Kompor harganya 1 juta. Di Bali kita bagi gratis 40, di Jateng dan Jatim juga 40. Rencana tahun ini dibagikan 12.000 kompor plus pellet gratis untuk 2 bulan," tutupnya.

sumber: detikFinance

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

BR
YF
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini