Robot Terapi Autisme karya Arek Suroboyo

Robot Terapi Autisme karya Arek Suroboyo
info gambar utama

Tingkat penyandang Autisme di Indonesia yang terus meningkat menggerakkan mahasiswa di Surabaya untuk membuat inovasi praktek terapi autisme. Inovasi tersebut berupa robot terapi untuk penyandang autis.

Mahasiswa pembuat robot terapi tersebut adalah You Natan, yang berasal dari Universitas Surabaya (Ubaya). Robot yang diberi nama SPARK itu merupakan bagian dari Tugas Akhir perkuliahannya. Sebagai robot yang bertugas untuk melakukan terapi, SPARK yang memiliki kepanjangan nama Special Autism Robot for Kids tersebut memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dan berinteraksi sosial dengan para penyandang autisme.

Robot yang dibuat sebagai pembantu terapis autisme untuk melakukan terapi tersebut berbentuk setengah badan dengan kepala robotnya yang berbentuk layar menampilkan wajah dengan ekspresi-ekspresi tertentu. Robot tersebut juga memiliki dua tangan terbalut kain. Tujuan membalut lengan robot tersebut dengan kain adalah agar anak yang diterapi tidak bersentuhan langsung dengan kabel.

SPARK dapat dikendalikan secara nirkabel dengan menggunakan ponsel pintar. Beberapa gerakan yang dapat dilakukan robot tersebut adalah gerakan mengangguk, menggeleng, melambai tangan, tepuk tangan, makan minum dan tidur. Operator yang mengendalikan robot juga dianjurkan adalah profesional terapis autisme dan bukan sekedar dokter biasa.

SPARK ketika Menampilkan ekspresi (Foto: koran-sindo.com)
info gambar

"SPARK dibuat guna membantu terapis meningkatkan kemampuan komunikasi anak penyandang autis, untuk membuat suatu gerakan tertentu dengan menggunakan smartphone," kata You Natan yang merupakan mahasiswa Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Ubaya.

Agar lebih efektif sebagai media pembantu terapis autisme, You Natan tidak sendirian dalam mengembangkan SPARK. Dirinya berkolaborasi oleh Michelle Angelia Siswanto yang merupakan mahasiswi Magister Psikologi Fakultas Psikologi di universitas yang sama.

Menurut Michelle, anak penyandang autis memiliki kondisi yang sulit dalam kemampuan sosial dengan sesama. Mereka seolah menikmati dunia yang diciptakan sendiri. Namun, anak penyandang autis punya ketertarikan terhadap teknologi.

“Michelle yang merancang metode-metode terapi autis pada SPARK,” kata You Natan soal Michelle Angelia Siswanto yang menjadi partnernya menuntaskan tugas akhir.

Seluruh pembuatan SPARK ini dimulai dari nol hingga menjadi robot setengah awak. Prosesnya juga telah dan beberapa kali try and error. Software yang digunakan di antaranya Pemrograman C++, QT, dan Android Studio. Mahasiswa asli Sulawesi Selatan ini mencoba menceritakan dengan singkat fitur yang ada pada SPARK. SPARK menerapkan empat metode terapi yaitu Imitation, Joint Attention, Face Recognition, dan Vocalization.

Fungsi Face Recognition, nantinya anak diajari untuk membedakan berbagai ekspresi. Ekspresi yang ditampilkan antara lain, senang, sedih, marah, takut, jijik, dan terkejut. Ekspresi tersebut ditampilkan di layar yang ada di kepala SPARK. Sementara fungsi Vocalization, anak akan diajak mengucapkan huruf-huruf. Selain itu, terapis juga dapat membuat SPARK mengucapkan sapaan-sapaan sederhana seperti “halo”, “saya SPARK”, “lihat”, disertai gerakan untuk menarik perhatian anak, dan “sampai jumpa” untuk mengakhiri sesi terapi.

Michelle menambahkan, terapi robot diharapkan bisa efektif untuk penyandang autis. Sebab, ekspresi pada robot lebih konsisten daripada ekspresi manusia yang berubah-ubah. Melalui ekspresi yang sama, diharapkan anak lebih mudah menangkap.

“Anak penyandang autis dari segi sosial kan kurang, belajar dengan robot dia tidak merasa terancam, nantinya akan digeneralisasikan interaksi dengan manusia,” kata Michelle.

Sampai saat ini, SPARK telah diujikan kepada lima anak normal dan satu anak berkebutuhan khusus. Pengujian metode terapi pada anak normal menunjukkan masih terdapat beberapa hal yang dapat dikembangkan pada robot tersebut. Menurut You Natan para terapis juga memberikan respons positif terhadap spesifikasi robot yang diterapkan dan metode yang diimplementasikan. Dalam waktu dekat, SPARK akan diujikan kepada anak penyandang autis. Namun, You Natan dan Michelle terlebih dahulu akan melakukan beberapa pembenahan teknis.

Sumber : Republika
Sumber Gambar : Zainal Effendi / Detik.com

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

BR
RG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini