Tulehu, Negeri Samba di Tanah Maluku

Tulehu, Negeri Samba di Tanah Maluku
info gambar utama

Siapa yang tak mengenal Lionel Messi, Neymar, hingga Cristiano Ronaldo. Legenda-legenda baru dari tanah Eropa dan Amerika ini memang telah mempesona banyak orang dengan sihir permainannya yang memukau.

Tapi siapa sangka, di sebuah kampung di Maluku terdapat sebuah kampung bernama Negeri Tulehu, yang dikenal sebagai Negeri Samba dari tanah Maluku. Di negeri Tulehu talenta-talenta pesepakbola tangguh tanah air lahir disini.

Tulehu sendiri berada di Kabupaten Maluku Tengah, jarak Tulehu dari Kota Ambon, ibukota Maluku, kurang lebih 24 kilometer.

Bakat pesepakbola di Tulehu tak lahir begitu saja. Konon anak-anak lelaki di Tulehu, harus pandai bermain bola. Mereka merasa dikucilkan, ketika tak pandai menendang bola. Bermain bola bagi anak-anak Tulehu seperti menimba ilmu di pendidikan formal. Punya jadwal, dan punya tujuan, menjadi pemain terbaik lalu bermain di timnas. Terakhir, banyak anak-anak di Tulehu ingin bermain di lapangan Eropa.

Negeri Tulehu sangat kental adatnya, demikian pula dengan agama. Adat dan sepakbola tumbuh subur bersama, melekat dan tak mudah luntur. Karena itu, setiap anak yang lahir selalu mengenal tiga hal, agama, adat, kemudian sepakbola.

Setiap bocah laki-laki yang lahir di negeri Tulehu diciptakan untuk bermain sepakbola. Lalu kegilaan anak-anak Tulehu terhadap sepakbola ini kemudian membentuk kebiasaan dan budaya baru. Saat seorang bayi Tulehu berusia tujuh bulan, kaki mereka akan diolesi rumput lapangan sepakbola yang diletakkan di dalam piring atau wadah lainnya.

Proses ini bisa dilihat pada saat aqikah. “Ada maknanya, yaitu simbolisasi tentang orangtua yang berharap anaknya bisa membawa nama baik keluarga dan Tulehu melalui sepakbola,” ungkap Sofyan Lestaluhu, salah satu mantan pemain Persijatim (yang kini dikenal sebagai Sriwijaya FC) dalam sebuah wawancara di media massa lokal.

Bahkan, lanjut ayah dari Muhammad Neymar Lestaluhu ini, ketika bayi tidur pun harus ditemani bola. “Kalau bayinya laki-laki harus tidur dengan bola kaki di samping kanan dan kirinya. Memang seperti itu, karena sejatinya bukan hanya candu tetapi hal ini sudah terjadi sejak dulu, jangan heran bila anak usia lima atau enam tahun yang berasal dari Tulehu sudah bisa menggiring atau juggling bola dengan baik,” lanjut Sofyan.

Anak-anak Tulehu memang gila bola. Bahkan rela berbagi lapangan dengan sapi untuk menendang si kulit bundar. Dari desa ini pula lahir gelandang Persija Jakarta, Ramdani Lestaluhu, Hasim Kipuw. Atau, mantan pemain timnas Indonesia lainnya seperti Chairil ‘Pace’ Anwar Ohorella dan Imran Nahumarury. Mereka lahir dari lapangan dengan rumput yang kering, ukuran standar, namun kualitas pemainnya diatas standar.

Kampung Tulehu, Foto : jawapos.com
info gambar

Sofyan menambahkan, permainan kulit bundar bukan hanya sekadar olahraga apalagi permainan. Sepakbola bagi orang Tulehu juga tentang kehidupan. “Ada kedekatan batiniah yang menggiring sepakbola masuk ke dalam tradisi warga setempat,” jelasnya.

Anak-anak di Tulehu dibina dengan pembinaan alami, yang ditempa dengan perpaduan sulitnya medan pegunungan dan laut. Belum lagi dengan kultur masyarakat yang memang tidak bisa dilepaskan dari sepakbola. “Dari kecil memang seperti itu. Karena mimpi mereka cuma satu, yakni menjadi pemain timnas,” pungkasnya.

Kini, Tulehu sudah resmi menjadi “Kampung Sepakbola”. Sumbangsih yang luar biasa untuk Timnas Indonesia membuat orang nomor satu di Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) kala itu, Djohar Arifin Husin menetapkan Tulehu sebagai sentra pembinaan usia muda sekaligus meresmikan Tulehu sebagai Kampung Sepakbola, predikat ini sekaligus mengukuhkan Negeri Tulehu sebagai Negeri Samba dari tanah Maluku.

Source : https://ambonekspres.com

Foto Utama : 500px.com

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AP
RG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini