''Wanita dan Perspektif Keamanan Pangan''

''Wanita dan Perspektif Keamanan Pangan''
info gambar utama

Bojonegoro merupakan salah satu penghasil padi terbesar di Indonesia dengan luas pertanian dan perkebunan sekitar 77.263 Ha (35,58% dari total luas wilayah Kab. Bojonegoro). Walaupun seluas 41.213 Ha merupakan lahan kering, pada tahun 2012, Bojonegoro mampu memproduksi sebanyak 803.059,56 ton padi dan sekitar 318.264 ton hasil pertanian dan palawija lainnya, seperti jagung, ubi kayu, ubi jalar, kedelai, kacang tanah dan kacang hijau.

Guna menyongsong keamanan pangan tahun 2020 yang mana tertuang dalam beberapa point pada Millenium Development Goals (MDGs), yaitu penurunan kemiskinan dan kesehatan ibu dan anak, peran wanita dirasa krusial dalam sektor pertanian dan pangan.

Wanita tidak saja membeli, menyiapkan dan mengolah makanan, namun lebih besar dari itu, wanita memiliki peran dan tanggungjawab penting dalam produksi hasil pertanian. Oleh karena itu, peran wanita meliputi 3 pilar dalam perspektif keamanan pangan, yaitu : melaksanakan produksi makanan (food production), mempermudah akses terhadap makanan (food access) dan menjamin penggunaan/pemanfaatan makanan (Food utilization).

Kaitannya dengan Gizi dan Kesehatan,yang tidak bisa terlepas dari sektor pangan, edukasi dinilai penting untuk meningkatkan pengetahuan wanita pada khususnya dalam memberikan makanan dengan kandungan gizi sesuai dengan kebutuhan keluarganya. Maka dari itu, selain dari program pemberdayaan masyarakat dan hasil-hasil daerah, peningkatan pengetahuan dengan edukasi merupakan salah satu cara untuk menekan inflasi beberapa indikator penyimpangan status gizi di suatu wilayah, khususnya di Bojonegoro.

Banyak yang berpersepsi bahwa pendidikan tidak penting untuk wanita, karena wanita hanya akan bekerja di rumah untuk mengurus keluarga. Bukan soal penting atau tidaknya, namun kemampuan membaca, menulis dan memahami arti dan kegunaan makanan itu merupakan hal yang esensi untuk kesehatan keluarganya.

Dengan prediksi peningkatan jumlah penduduk dunia sekitar 50% pada tahun 2030, beberapa lembaga penelitian pangan dan sektor pangan dunia (UN FAO) melaporkan bahwa 70% peningkatan produksi pangan global harus diraih untuk mencukupi kebutuhan masyarakat.

Namun, tantangan globalisasi dan urbanisasi dalam penggunaan lahan untuk sektor lain menjadi salah satu faktor penyulit sektor pangan. Misalnya Mexico, merupakan negara penghasil jagung, namun saat ini menjadi negara peng-impor jagung. India sebagai negara pertama yang memperkenalkan gula, namun saat ini meng-import gula dari negara lain. Pakistan sebagai negara pertama dengan perkebunan kapasnya, namun saat ini harus membeli kapas dari negara lain.

Dari fenomena globalisasi tersebut, yang mana disetiap daerah di Indonesia pun mulai dapat dirasakan pengaruhnya, akankah Bojonegoro tetap menyandang predikat ''Lumbung Padi Negeri'' namun di sisi lain, resiko ketidakpahaman gizi masih menjadi problema publik.

Oleh karenanya, dengan memahami peran dan pengaruh pentingnya wanita sebagai pembuat keputusan (Decision maker) dalam lingkup makanan, wanita memegang kendali dalam keamanan pangan dan bahkan ketahanan pangan di mikrolevel (keluarga).

Penulis : Jill Ayu Dewanti

Sumber Gambar: flickr.com


Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini