Dua Mahasiswa Jogja ini Juara Se-ASEAN Berkat ini

Dua Mahasiswa Jogja ini Juara Se-ASEAN Berkat ini
info gambar utama

Hemodialisis adalah suatu tindakan membersihkan racun dalam tubuh, karena ginjal tidak mampu lagi membuang sisa-sisa metabolisme dalam tubuh.

Orang-orang yang memilih melakukan hemodialisis harus siap melakukan sesi dialisis hingga tiga kali seminggu, dengan masing-masing sesi berlangsung selama sekitar empat jam. Hemodialisis dapat dilakukan beberapa kali bahkan sampai seumur hidup. Pasien mungkin merasa lelah dengan rutinitas menjalani dialisis sehingga bisa memicu rasa bosan bahkan stres.

Hal ini dijawab oleh dua orang Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dengan membuat desain alat cuci darah portable.

Mereka adalah Adimas Hanief M dan Martin Andre Setyawan, dua orang mahasiswa Teknik Mesin UMY yang berhasil membawa nama Indonesia menjadi juara di ajang Autodesk ASEAN Design Competition 2015 yang diselenggarakan sejak bulan Agustus 2015 hingga 15 Januari 2016.

Adimas Hanief M dan Martin Andre Setyawan
info gambar

Keduanya mengikuti kompetisi tersebut pada kategori manufaktur dengan nama produk yang mereka buat berjudul “Artificial Kidney”.

Selanjutnya mereka akan dikirim ke Singapura untuk mengikuti Autodesk Panorama pada 21 hingga 25 Maret 2016 mendatang.

Adimas menjelaskan bahwa Autodesk ASEAN Design Competition ini diperuntukkan bagi mahasiswa di negara-negara se-Asia Tenggara dengan sistem pengumpulan proposal desain sesuai dengan kategori dan kemudian diseleksi untuk diambil satu kelompok terbaik yang kemudian akan dikirim untuk mengikuti Autodesk Panorama.

“Kami membuat desain digital prototyping berjudul Muhammadiyah Yogyakarta Wearable Artificial Kidney yang kemudian disingkat MY-WAK,” jelas Adimas saat ditemui di Biro Humas UMY pada Senin (29/2). Penguman pemenang kompetisi tersebut dilakukan pada 18 Februari 2016 yang lalu.

Adimas menambahkan bahwa MY WAK merupakan desain alat hemodialisis (alat cuci darah) yang bentuknya seperti tas pinggang yang bisa dipakai dan dibawa kemana-mana.

“Di dalam tas itu terdapat box yang dipasangi microfilter sebagai penyaring darah. Inti dari alat yang kami buat merupakan penyaring darah portable. Sehingga ke depannya masyarakat yang menderita penyakit ginjal tidak perlu ke Rumah Sakit untuk melakukan pencucian darah. Karena desain alat cuci darah yang kami buat ini sudah otomatis bisa melakukan penyaringan dan pencucian darah,” kata Adimas. Ia juga menyampaikan harapannya bahwa meskipun MY WAK baru sekedar desain, kedepannya dapat direalisasikan sehingga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.

Adimas dan Martin mengungkapkan bahwa selama ini yang berhasil memenangkan Autodesk ASEAN Design Competition adalah negara Singapura dan Rusia, namun untuk kedua kalinya mahasiswa Teknik UMY bisa membawa kemenangan dalam kompetisi tersebut semakin menambah optimisme keduanya, bahwa mahasiswa Indonesia juga tidak kalah bersaing dengan mahasiswa luar.

“Kami beruntung bisa mendapatkan pengalaman seperti ini. Harapannya kami akan dapat mengharumkan nama UMY dan Indonesia, terutama ketika bersaing di Autodesk Panorama mendatang,” tutup Martin.

Sumber:
www.umy.ac.id
www.husada.co.id

Sumber gambar: www.nytimes.co

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

II
RG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini