Anak Bangsa Berhasil Temukan 3 Inovasi Baru Soal Plastik Ramah Lingkungan

Anak Bangsa Berhasil Temukan 3 Inovasi Baru Soal Plastik Ramah Lingkungan
info gambar utama

Kampanye kebersihan di Indonesia terus ditingkatkan tidak hanya tentang membuang sampah pada tempatnya, namun juga mulai menghindari penggunaan sampah plastik karena dianggap mencemari lingkungan. Sehingga mendorong anak-anak bangsa melalui komunitas yang peduli, melakukan deklarasi Indonesia bebas sampah 2020 yang dilakukan serentak pada 21 Februari yang lalu. Tidak hanya komunitas yang peduli terhadap isu sampah tersebut, peneliti pun juga melakukan hal yang sama dengan menemukan plastik yang ramah lingkungan.

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) siaran persnya mengungkapkan bahwa telah ditemukan bahan pelentur plastik yang lebih ramah lingkungan dan juga bioplastik. Selain berusaha mengubah bahan plastik, LIPI juga berusaha membangun sistem pengolahan sampah yang efisien dan praktis.

Bahan pelentur plastik yang dimaksud adalah plastik yang dibuat dengan bahan turunan minyak sawit, atau plasticizer. Senyawa campuran plastik jenis ini dianggap ramah lingkungan dan tidak mengancam kesehatan manusia.

Plastcizer adalah bahan kimia yang ditambahkan ke dalam formulasi plastik untuk menambah sifat kelenturan plastik, terutama jenis plastk polivinil klorida (PVC). Beberapa jenis plasticizer yang umum digunakan saat ini adalah turunan phthalate yang bisa menyebabkan gangguan reproduksi dan hormonal pada kesehatan manusia. Penggunaannya sudah dilarang di banyak negara, terutama Uni Eropa.

Kepala Pusat Penelitian Kimia LIPI, Agus Haryono mengatakan plastik terbuat dari minyak bumi melalui proses polimerisasi dimana ikatan kimia pada polimer terebut sangat kuat dan sulit diputuskan. Proses penguraian sampah plastik membutuhkan waktu puluhan hingga ratusan tahun. Penguraian itu semakin sulit karena penambahan bahan-bahan kimia, seperti pelentur (plasticizer), antioksidan, stabilizer, dan kandungan aditif lainnya.

Inovasi LIPI lainnya adalah bioplastik berbahan tapioka, selulosa dan poliasam laktat. Bioplastik ini bisa menjadi alternatif pengganti plastik konvensional sebab sifatnya mudah terurai secara sempurna oleh mikroba dalam tanah atau air.

Baca juga: Plastik Biodegradable Dari Limbah Sisik Ikan karya Mahasiswa Jogja

Penemuan ketiga yang dibuat oleh LIPI adalah berupa sistem pengolahan plastik yang praktis, berupa mobile insenerator. Terkait penemuan ini, Agus menjelaskan bahwa sifat limbah plastik yang ringan namun volumenya tinggi sehingga tidak ekonomis jika diolah secara terpusat. Jika limbah dibakar di lingkungan terbuka, itu juga berbahaya karena menimbulkan gas dioksin dan furan yang memicu kanker. Sehingga perlu diciptakan sebuah sistem pengolahan yang mampu meminimalisir dampak tersebut.

Mobile insenerator adalah alat pengolah limbah, termasuk limbah plastik yang bisa berpindah-pindah tempat sesuai dengan kebutuhan. Pengolahan limbah plastik dengan menggunakan mobile insenerator dapat membantu untuk mengatasi permasalahan limbah plastik yang dikumpulkan pada beberapa tempat. Insenerator ini dapat mengolah sampah plastik tanpa perlu khawatir timbulnya gas dioksin yang berbahaya.

LIPI sendiri pada tahun lalu juga mengumumkan telah berhasil membuat sistem insinerator sampah yang lebih mutakhir yang mampu meminimalisir dampak polusi udara dari alat konvensional.

Penemuan LIPI ini merupakan kabar gembira bagi upaya mengurangi dampak sampah utamanya sampah plastik di Indonesia dan menjadi momentum untuk anak-anak bangsa menemukan solusi yang tepat bagi permasalahan global tersebut. Seperti diketahui bahwa permasalahan plastik tidak hanya menerpa Nusantara namun juga seluruh dunia.

Sumber : LIPI.go.id
Sumber Gambar Featured : BBC.com

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini