Trapobana Tanah Misterius di Timur, Perdebatan Para Penjelajah Dunia

Trapobana Tanah Misterius di Timur, Perdebatan Para Penjelajah Dunia
info gambar utama

Bangsa Eropa melakukan eksplorasi besar-besaran pada abad ke-15 yang kemudian di kenasl sebagai Abad Penemuan (Age of Discovery). Ketika itu banyak penjelajah Eropa yang berlomba-lomba untuk menemukan dunia yang baru. Dunia baru artinya wilayah baru dan kekayaan baru. Hanya saja saat itu peta sangat minim dan sering terjadi perdebatan tentang penentuan lokasi wilayah tertentu. Bahkan terdapat sebuah pulau di timur yang sejak era tersebut sampai saat ini masih menjadi perdebatan tentang manakah pulau yang dimaksud. Pulau tersebut dinamai dengan Taprobana.

Menurut cerita, Taprobana berada di jalur perdagangan rempah-rempah. Letaknya berada di timur jauh dari Eropa. Kabar tentang keberadaan pulau ini pertama kali menyebar di Eropa berkat catatatan milik Megathenes yang bahkan telah ada sejak 290 SM. Namun istilah tersebut belum populer, hingga kemudian di abad ke-2 Cladius Ptolemaeus (Ptolemy) memunculkan nama tersebut dalam buku Geographia yang membagi Asia menjadi 12 bagian. Asia Tenggara dan Cina dimasukkan dalam bagian ke-11 dan Taprobana menjadi bagian ke-12.

Taprobana versi Srilanka berdasarkan Ptolemy di publikasikan di Cosmographia Claudii Ptolomaei Alexandrini, 1535 (Foto: Atlantisjavasea.com)
info gambar

Kartografer dan penjelajah Eropa yang menggunakan buku tersebut sebagai referensi cukup kebingungan karena sulit membedakan antara daerah Srilangka dengan daerah di selatan semenanjung Malaka, yakni Sumatera. Namun banyak yang percaya bahwa Taprobana adalah Sumatera. Argumen tersebut di dasarkan pada penjelasan Ptolemaeus yang menyebut "ada banyak pulau di sekitar Taprobana, boleh dikata sekitar seribu tiga ratus tujuh pulu delapan," seperti dikutip dari National Geografi Indonesia.

Menariknya, nama Taprobana sendiri dipercaya berasal dari bahasa sansekerta, tamrapani. Artinya adalah "daun tembaga". Beberapa literatur lain menyebutnya berasal dari kata Yunani, Ταπροβαν?.

Taprobana versi Sumatera dalam peta buatan Sebastian Munster (Foto: raremaps.com)
info gambar

Taprobana beberapa kali muncul dalam catatan para penjelajah Eropa, seperti catatan milik Marco Polo, ataupun Friar Odoric yang menyebut Sumatera sebagai Sumoltra. Hanya saja, perdebatan apakah Taprobana merupakan Sumatera ataukah Srilanka tetap terjadi, sebab kondisi sosial dan geografinya berbeda dengan apa yang dijelaskan oleh Strabo (seorang kartografer Romawi).

Hipotesis lain bahkan menyebutkan bahwa Taprobana sebenarnya adalah Pulau Kalimantan. Hal ini mengacu pada keanehan mengapa nama Trapobana jarang tercatat dalam rute-rute penjelajahan penjelajah yang datang ke Maluku (Magellan) ataupun yang ke Malaka.

Strabo dan rekannya Pliny menyebutkan bahwa Taprobana memiliki dua musim panas dan dua musim dingin yang mengesankan bahwa pulau tersebut berada di daerah Khatulistiwa. Penjelasan ini masih melingkupi Srilanka, Sumatera, atau Kalimantan yang ketiganya berada di daerah tropis.

Penjelasan lainnya adalah terkait dengan kebudayaan setempat yakni gemar berburu dan bertani. Mereka memiliki budaya bertato dan tanah yang dikerjakan mengandung banyak mineral seperti emas, perak, ataupun tembaga. Bisa jadi masyarakat tersebut adalah masyarakat dayak yang merupakan suku utama di Pulau Kalimantan.

Menariknya, hipotesis tersebut juga menduga tentang penyembunyian nama oleh bangsa Romawi, mengingat Taprobana memiliki banyak sumber daya alam utamanya Emas. Hal ini juga dianggap sejalan dengan penamaan kuno dari Pulau Kalimantan yang bernama Nusakencana (Pulau Emas) yang tercantum dalam ramalan Jaya Baya dari Kerajaan Kediri.

Meski perdebatan terus terjadi. Satu hal yang pasti, Nusantara merupakan wilayah yang penting bagi bangsa Eropa. Lebih-lebih bagi dunia di masa ini dan masa mendatang. Sudah sepatutnya bila berbangga telah di lahirkan di tanah air tercinta.

Sumber : National Geographic Indonesia; Atlantis Java Sea
Sumber Gambar :Ruanda Agung Sugardiman/AusAID

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini