Tas Warisan Budaya Dunia ini Bisa Lindungi Lingkungan, Kok Bisa?

Tas Warisan Budaya Dunia ini Bisa Lindungi Lingkungan, Kok Bisa?
info gambar utama

Kearifan lokal tidak melulu ketinggalan jaman, padahal sering kali pengabaian pada tradisi lokal ternyata masih bisa menjadi solusi untuk permasalahan konvensional seperti dalam hal sampah. Salah satu kekayaan budaya lokal yang dianggap mampu menjadi solusi untuk masalah sampah utamanya kantong plastik, ternyata adalah Noken.

Noken yang dikenal sebagai tas tradisonal Provinsi Papua memdapatkan momentum untuk menjadi tas pengganti kantong plastik yang berbayar. Momentum tersebut diraih semenjak dicanangkannya Indonesia bebas sampah 2020 pada bulan Februari yang lalu.

Tas noken merupakan karya kerajinan tradisional yang yang terbuat dari anyaman kulit pophon yang digunakan untuk membawa berbagai macam bahan-bahan konsumsi sehari-hari. Tidak hanya untuk kebutuhan sehari-hari, ternyata noken juga sering digunakan untuk "menggendong" bayi. Noken yang sangat populer di Papua ini pada tahun 2012 yang lalu telah ditetapkan oleh UNESCO sebagai warisan budaya tak benda.

Baca Juga: Warisan Budaya Indonesia untuk Dunia

"Menggantikan plastik dengan noken akan meningkatkan industri noken di Papua. Tidak hanya menyelamatkan lingkungan, kita juga bisa meningkatkan pendapatan para wanita yang memproduksi noken di Papua," ujar Yayan Sofyan, Anggota Program Diet Kantong Plastik Jayapura, seperti dikutip dari The Jakarta Post (15/03/2016).

Terkait dengan upaya promosi tersebut kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Jayapura, Ketty Kailola mengungkapkan bahwa dirinya juga mendukung usaha tersebut. "Menggunakan noken dapat melindungi lingkungan dan melestarikan budaya," ujar Ketty.

Seperti diketahui pemerintah Republik Indonesia meluncurkan program pengurangan konsumsi kantong plastik bulan lalu, langkah tersebut dilakukan dengan mewajibkan para penjual ritel dan eceran untuk membebani pembeli Rp 200 untuk setiap kantong plastik. Program tersebut diluncurkan secara serentak di 23 kota besar, sebagai sebuah upaya mengurangi limbah plastik di Indonesia yang saat ini telah mencapai 9,8 juta sampah kantong plastik setiap tahunnya.

Tas Noken yang digunakan oleh masyarakat Papua (Foto: Asita Suryanto / Kompasiana.com)
info gambar

Sejak program tersebut digulirkan, perubahan perilaku pembeli rupanya mulai berubah. Hal tersebut diungkapkan oleh manajer sebuah pusat perbelanjaan di Jayapura, Harris Manuputty yang mengatakan bahwa pelanggan mulai membawa kantong belanja sendiri dan menolak untuk menggunakan kantong plastik.

Jayapura yang memiliki populasi sektiar 275 ribu penduduk, menghasilkan kurang lebihnya 368 ton sampah plastik setiap tahunnya, angka ini terungkap dari data pemerintah kota Jayapura. Jumlah tersebut belum termasuk sampah plastik yang tidak terbawa ke tempat pengolahan sampah akhir.

Baca Juga: Indonesia Ternyata Memiliki Desa Terbersih di Dunia

Yayan mengungkapkan bahwa sebagian besar sampah masih dibuang ke sungai, padahal sampah itu nantinya bisa mencemari laut.

"Saya menyarankan pada pemerintah kota Jayapura untuk mendorong penduduknya agar tidak menggunakan kantong plastik sama sekali, daripada hanya membebaninya untuk membayar (kantong plastik)," ujarnya.

Noken sendiri dikenal sebagai produk tradisional suku-suku di Papua yang sarat dengan nilai-nilai. Tas tersebut dipandang sebagai tanda kedewasaan perempuan. Dahulu, hanya perempuan Papua yang boleh membuat Noken. Namun bila saat ini Noken dipandang ramah lingkungan dan dapat menggantikan kantong plastik, bisa saja suatu saat tas tradisional ini menjadi komoditi masal yang mencerminkan kekhasan budaya Papua.

Sumber : JakartaPost
Sumber Gambar :

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini