Indonesia Timur yang Kian Terhubung

Indonesia Timur yang Kian Terhubung
info gambar utama

Pertumbuhan ekonomi antar wilayah di Indonesia masih timpang. Hampir 60 persen pertumbuhan ekonomi nasional dalam satu dekade terakhir disumbang oleh Pulau Jawa. Kontribusi wilayah lain--terutama kawasan timur Indonesia (KTI)--masih sangat minim, bahkan Bali dan Nusa Tenggara serta Maluku dan Papua cuma berkontribusi masing-masing 2,48 persen dan 1,95 persen.


Ekonomi yang terkonsentrasi di satu wilayah sungguh tidak sehat karena menyalahi asas keadilan dan menyimpang dari tujuan pembangunan nasional, yakni menyejahterakan seluruh rakyat Indonesia tanpa kecuali. Ekonomi yang bertumpu pada wilayah tertentu dapat melahirkan instabilitas dan berpotensi memecah-belah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).


Atas dasar itu pula PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk (Telkom) mendukung penuh berbagai upaya pemerintah dan segenap komponen bangsa untuk menciptakan pemerataan ekonomi di segala lini. Salah satu wacana yang kini berkembang adalah merealisasikan potensi ekonomi di KTI. Selama ini memang potensi KTI yang luar biasa besar belum dimanfaatkan. Alhasil, wilayah-wilayah di KTI terus tertinggal dan tetap menjadi penonton pembangunan ekonomi nasional.


Pemerintah sendiri sudah memiliki roadmap pembangunan ekonomi di KTI. Seperti kerap dilontarkan Presiden Joko Widodo (Jokowi), pemerintah akan mengarahkan pembangunan infrastruktur ke luar Jawa, termasuk ke KTI. Pemerintah akan menjadikan infrastruktur sebagai magnet di KTI. Hanya dengan memiliki infrastruktur lengkap seperti jalan, pelabuhan, bandara, listrik, irigasi, waduk, dan jaringan telekomunikasi, potensi ekonomi di KTI bisa digali dan dimanfaatkan.


“Kita sepakat mendorong KTI, pembangunan KTI yang bukan hanya membantu wilayah-wilayah di KTI tetapi juga “menolong” Pulau Jawa yang sudah kelebihan beban,” ujar Direktur Utama Telkom Alex J. Sinaga.


Tujuan pembangunan nasional--menyejahterakan seluruh rakyat Indonesia tanpa kecuali--hanya dapat dicapai jika Jawa dan wilayah-wilayah lainnya bergerak, melangkah, dan tumbuh bersama-sama. Adalah infrastruktur yang bisa efektif menjembatani ketimpangan tersebut.


“Kita meyakini bahwa pembangunan ekonomi di KTI adalah pembangunan berbasis potensi masing-masing daerah. NTT yang memiliki potensi kekayaan pariwisata, peternakan, dan perikanan, misalnya, harus didorong untuk fokus mengembangkan industri pariwisata, peternakan, dan perikanan,” terang Alex.


Alex menegaskan, jangan sampai NTT yang selama ini menjadi sentra peternakan dan perikanan, serta memiliki banyak objek wisata yang menakjubkan, justru tak berkembang gara-gara infrastruktur telekomunikasi tidak ada.


Terkait pembangunan infrastruktur telekomunikasi, Alex mengatakan, Telkom memiliki program Indonesia Digital Network (IDN). Indonesia Digital Network (IDN) merupakan visi pengembangan infrastruktur true broadband Telkom secara end to end user (user terminal, access, transport dan service).


Program ini memiliki 3 kluster besar, yakni id-Access atau pengembangan infrastruktur jaringan akses ke arah pelanggan menjadi high speed broadband access melalui jaringan serat optik dan WiFi; id-Ring, yaitu pengembangan infrastukrtur jaringan transport menuju IP-Based and optical backbone network dan id-Convergence, yaitu pengembangan infrastruktur jaringan service node menuju integrated NGN untuk multi layanan dan multi layar.


“Kehadiran backbone fiber ini dipastikan akan menekan ekonomi biaya tinggi (high cost economy),” tegas Alex. Ia mencontohkan penyelesain proyek backbone fiber Sulawesi Maluku Papua Cable System (SMPCS) akan dapat mengurangi biaya komunikasi di KTI.


Backbone berbasis fiber diharapkan akan meningkatkan jumlah titik akses ke jaringan pita lebar dan menyediakan komunikasi yang lebih efisien, aman dan berdaya jangkau luas bagi sektor publik maupun pemerintahan termasuk militer, polisi, meteorologi dan pencegahan krisis,“ papar Alex mengenai gencarnya Telkom membangun infrastruktur fiber di KTI.


“Tidak hanya akan menjadikan komunikasi lebih efisien, SMPCS memenuhi kebutuhan telekomunikasi saat ini dan mendatang, yang bergantung pada jaringan pita lebar,” tambah Alex.


SMPCS memiliki nilai yang sangat strategis. SMPCS sebagai backbone telekomunikasi akan menunjang percepatan pembangunan perekonomian dan kemajuan di di Kawasan Timur Indonesia (KTI). SMPCS juga dapat mendorong berbagai inovasi, meningkatkan produktivitas tenaga kerja, meningkatkan daya saing daerah. SMPCS juga membuka berbagai kemungkinan guna mempercepat pembangunan di KTI khususnya di Maluku dan Papua.


Beberapa manfaat penggelaran infrastruktur backbone fiber di KTI, antara lain penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, termasuk pemberantasan kemiskinan dan kesenjangan serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat.


Keberadaan infrastruktur TIK berbasis fiber ini juga sebagai jawaban dari ancaman “digital divide” antara daerah perkotaan dan daerah perkotaan. Selain itu kesenjangan antara kawasan barat dan timur Indonesia dapat semakin dipesempit. Hal yang tak kalah pentingnya, implementasi infrastruktur fibe dapat menjembatani kesenjangan politik dan budaya, serta meningkatkan keharmonisan di kalangan masyarakat.

Telkom sendiri sudah menggelar infrastruktur broadband nasional sepanjang 5.727,98 km dari mulai Banda Aceh meliputi seluruh Pulau Sumatera (Ring Sumatera), Pulau Jawa, Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi, Pulau Bali sampai dengan Mataram dan Kupang sepanjang 2.075 km untuk terestrial dan 3.652,98 km kabel laut.

Hampir seluruh kota dan kabupaten di Indonesia, saat ini sudah dapat mengakses internet yang disediakan Telkom bahkan di daerah-daerah terpencil, seperti Kepulauan Natuna, perbatasan Indonesia dengan negara tetangga serta desa-desa terpencil lainnya sudah dapat menikmati layanan Triple Play IndoHome.



Sumber : www.bps.go.idwww.antarasulsel.comwww.telkom.co.id?
Sumber Gambar : telset.id

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini