Everything in Trenggalek, Kisah Durian dan Inspirasi dari Wabup Termuda se-Indonesia

Everything in Trenggalek, Kisah Durian dan Inspirasi dari Wabup Termuda se-Indonesia
info gambar utama

“Rari, besok dan Rabu bisa ikut ke Trenggalek?” begitu bunyi sebuah pesan pribadi yang masuk ke handphone saya. Saya pun merespon dengan sigap untuk menyatakan kepastian kalau bisa ikut bergabung dalam perjalanan tersebut.

Trenggalek, jujur saya pun belum banyak tahu. Saya hanya sempat mengenal nama Trenggalek dari seorang adek kelas yang pernah bercerita tentang nama daerah kelahirannya ini, plus ketika beberapa media yang memberitakan duo anak muda melenggang maju dalam pertarungan politik (PILKADA) dan juga tentu tak ketinggalan berita tentang pasangan mereka yang semakin membuat “komplit” duet dua anak muda ini.

Perjalanan kami pun dimulai dari sebuah kantor saat banyak warga Surabaya terlelap, kami pilih perjalanan tengah malam agar tidak terlalu macet di jalanan. Supir kami terbilang handal, dengan ditemani senandung melayu yang mendayu ia membuat jarak tempuh Surabaya – Trenggalek menjadi sangat cepat, bahkan saya rasa lebih cepat dari sebuah Bus kenamaan yang sangat fenomenal di daerah Jawa Timur-an.

Kami pun tiba di Trenggalek. Hari itu langit terlihat sudah akan mengikhlaskan gelapnya.

Bergegas merapihkan diri, menyantap sarapan dan bersiap dengan agenda sharing bersama pemimpin terpilih di Kabupaten Trenggalek. Ya, alasan saya ingin mengenal Trenggalek lebih jauh salah satunya karena pemimpin daerahnya yang terbilang sangat muda, bahkan MURI memberikan apresiasi kepada Wakil Bupati terpilih Trenggalek sebagai salah satu pemimpin daerah termuda sepanjang sejarah perhelatan pesta politik daerah.

“Wah bakal ketemu juga nih, orangnya asyik gak ya. Kan masih muda tuh”. dalam hati berbisik.

Hari pertama ini kami bertemu dengan Mochamad Nur Arifin, Wakil Bupati Trenggalek, yang jika anda coba iseng Googling dengan kata kunci Wakil Bupati maka pilihan utamanya akan tertuju ke Wakil Bupati Trenggalek satu ini. Rupanya selain populer di masyarakat Trenggalek Mas Ifin sapaan Wakil Bupati ini juga terkenal di dunia maya.

Sepanjang pertemuan saya merasa seperti tak bertemu seorang pejabat, melainkan seperti bertemu kawan lama yang akhirnya bertemu dalam sebuah kesempatan yang tak terduga. Sangat akrab, bahkan tak ada proses atau hal-hal lain yang “kaku” khas seorang pejabat.

Baca juga : Gelora dan Semangat itu Bernama Trenggalek

Pertemuan di rumah dinas itu dimulai dengan perkenalan dan sharing tentang berbagai hal yang menjadi prioritas kerja pemerintahannya selama satu periode kedepan. Mas Ifin pun juga tak pelit membagikan pengalaman dan tipsnya dalam mengelola sebuah kerja pemerintahan.

Ia mengungkapkan semenjak dilantik menjadi Wakil Bupati Trenggalek banyak sekali anak muda yang membantu jalannya pemerintahan. Ia mengibaratkan “Kegenitan” kreatifitas pemuda Trenggalek seolah menjadi Vitamin bagi daerahnya.

(Cangkruk bersama Wabup Trenggalek, Boim/GNFI)
info gambar

Pertemuan di rumah dinas pun usai, kami diajak untuk berkeliling mengenali Trenggalek. Tujuan pertama kami adalah ke hutan kota, sebuah tempat asri di tengah kota yang kabarnya akan menjadi venue Kejurnas Downhill pada tahun 2016 ini. Sembari menikmati asrinya hutan, kami juga disajikan dengan penampilan sebuah band yang membawakan lagu “Everything in Trenggalek”, band ini semakin memukau karna yang tampil sebagai vocal adalah Mas Ifin sendiri. Usut punya usut, ternyata Mas Ifin ini dulunya sempat punya band bernama “Marsmellow” (bisa simak aksinya disini).

Lagu Everything is Trenggalek sendiri terbilang mudah untuk diingat, lagunya simple dengan balutan musik reggae yang semakin membuat asyik lagu ini, bahkan seorang teman yang sangat menggandrungi musik K-Pop bisa terngiang-ngiang menyanyikannya sepanjang perjalanan pulang.

Setelah dari hutan kota ini kami bertolak ke pantai Prigi, sayang disini kami tidak terlalu bisa banyak menikmati, karena sepanjang perjalanan hujan deras dan alhasil kami tiba di pantai saat hari sudah malam. Untungnya keroncong pantai hadir dan membuat hujan di malam itu menjadi romantis dan hangat, apalagi di sela-sela itu kami berkesempatan bertemu dengan “Komunitas Pemuda Trenggalek” yang kreatifnya bukan main.

Seusai pertemuan pertama ini, Alhamdulillah keesokan harinya kami berkesempatan untuk wawancara khusus dengan Mas Ifin. Beberapa pertanyaan kami lontarkan, dimulai dari pendapatnya tentang anak muda hingga seputar kehidupan pribadinya.

“Kita merdeka ini karena politiknya anak muda”

Ketika ditanya kenapa memilih jalan politik, Mas Ifin pun punya jawaban yang unik.

“Anak muda harus ingat, kalau kita merasa apa sih itu politik, ngapain sih harus ke politik, politik itu bukan domainnya anak muda. Kita harus ingat kita merdeka ini karena politiknya anak muda” ungkapnya.

Lebih lanjut ia mengatakan, bahwa Soekarno, Bung Tomo, Bung Hatta adalah contoh beberapa anak muda yang memilih jalan politik sebagai opsi kontribusi untuk bangsa.

“Soekarno punya partai 25 tahun, Bung Tomo orasi di Surabaya 25 tahun, Bung Hatta 19 tahun sudah di Study Club. Jadi, aku pikir nature-nya anak muda adalah politik” tegasnya.

(Bersama Wabup Trenggalek saat usai wawancara, Dok. GNFI)
info gambar

Mas Ifin juga menyebutkan bahwa dengan dipilihnya dia dan Mas Emil adalah bukti bahwasannya kini anak muda diberi ruang dan kepercayaan untuk memberi sumbangsih lebih untuk membangun daerah.

“Beban ini dan amanah ini bukanlah amanah yang (hanya) dipertanggungjawabkan kepada masyarakat Trenggalek, tapi lebih dari itu amanah ini adalah amanah yang dibebankan untuk seluruh pemuda sebenarnya. Karena apa?, karena ketika Pak Emil dan saya gagal, berarti ini contoh pemerintahan anak muda, itu ternyata gagal, dan saya yakin di tahun-tahun mendatang nggak ada lagi yang mau memilih anak muda” jelasnya.

“Nggak ada di sejarahnya Indonesia, bahwa negara membesarkan anak muda, nggak ada.”

Menurut Mas Ifin menjadi anak muda hari ini jangan kebalik, meski Bupati dan Wakil Bupatinya anak muda bukan berarti bahwa anak muda pengen dibesarin oleh negara.

“Nggak ada di sejarahnya Indonesia, bahwa negara membesarkan anak muda, nggak ada. Yang ada malah anak muda yang melahirkan sebuah negara, anak muda yang memproklamirkan kemerdekaan, itu semangat yang harus tetap kita ambil” ungkapnya dengan semangat.

Mas Ifin ini juga terbilang mempunyai komunikasi politik yang unik, beberapa kali dia bercerita saat bertemu dengan masyarakat Trenggalek khususnya yang usianya lebih tua, Ia selalu mengungkapkan bahwa dirinya hanyalah seorang anak yang butuh dibantu dengan peran aktif masyarakat yang menjadi orang tuanya.

“Kulo niki anake panjenengan, butuh dibantu kaleh panjenengan sedoyo”, kira-kira seperti itu seingat saya, semoga grammar Jawanya tidak salah.

“Lu lebih nggak adil kalau lu diem aja.”

Wawancara yang terbilang singkat itu diakhiri dengan sebuah pesan ajakan Mas Ifin kepada anak muda lainnya.

“Ayo kita pemuda bersatu, gotong royong, kalau kita memang merasa enek lah sama kehidupan kita sekarang, merasa semuanya serba nggak adil. Ya, sebenarnya lu lebih nggak adil kalau lu diem aja” tutupnya.

Setelah beberapa hari berada di Trenggalek dan berkesempatan untuk mewawancarai Wakil Bupati termuda se-Indonesia yang sangat inspiratif, saya kemudian berpikir bahwa Trenggalek itu ibarat sebuah Durian, sebagian orang mungkin memilih tidak memakan Durian karena alasan berbagai hal, dan akhirnya dia tidak tahu atau bahkan tak pernah tahu bagaimana lezat dan legitnya isi Durian tersebut.

Nah begitulah Trenggalek, mungkin ada berbagai alasan ketidaktahuan anda tentang kota ini, tapi jika anda tidak pernah mencoba berkunjung maka anda juga tidak akan pernah tahu ternyata Trenggalek mempunyai banyak inspirasi dan keindahan yang tak kalah dengan destinasi lainnya.

Once You Go.. You Know.

Yuk ke Trenggalek!

(Mas Ifin memamerkan baju kenang-kenangan dari GNFI, Boim/GNFI)
info gambar

Sumber Gambar Sampul : missellieneous.wordpress.com

*simak liputan wawancara khusus di channel Youtube kami.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini