Melalui Keterbukaan, Kabupaten di Jawa Timur ini Sejajar Dengan Seoul

Melalui Keterbukaan, Kabupaten di Jawa Timur ini Sejajar Dengan Seoul
info gambar utama

Daerah-daerah berpotensi di Indonesia mulai bermunculan, Bojonegoro salah satunya. Kabupaten di Jawa timur ini membuktikan bahwa daerah berprestasi tidak hanya didominasi oleh kota-kota besar, tetapi juga daerah yang dahulu memiliki predikat sebagai endemic poverty ini mampu untuk berubah dan menjadi daerah yang bisa sejajar dengan kota sekaliber Seoul.

Bojonegoro, sebagaimana disampaikan dalam siaran pers pagi ini (14/04/2016) di sebuah kafe di daerah Blok M Jakarta Selatan dinyatakan sebagai daerah yang mewakili Indonesia dalam Open Government Partnership (OGP) Subnational Government Pilot Progra, sebuah program Percontohan Pemerintah Daerah Terbuka. Kabupaten Bojonegoro merupakan satu dari tiga kota asal Asia yang masuk dalam program ini bersama dengan Seoul dari Korea Selatan, Tbilisi dari Georgia. Selain tiga kota tersebut terdapat 12 kota-kota lainnya yang terpilih dari seluruh dunia yang juga masuk dalam program ini.

Bupati Kabupaten Bojonegoro, Suyoto bersama dengan Direktur Eksekutif INFID, Sugeng Bahagijo menunjukkan sertifikat pilot project OGP tadi pagi (Foto: Bagus Ramadhan/GNFI)
info gambar

OGP sendiri merupakan organisasi yang berinisiatif terhadap komitmen keterbukaan pemerintah yang mempromosikan transparansi, menguatan warga kota, pemberantasan korupsi dan pemanfaatan teknologi untuk pemerintahan yang lebih kuat. Organisasi ini berdiri sejak tahun 2011 dan untuk pertama kalinya mengadakan Subnational Government Pilot Program yang menyeleksi 15 kota dan daerah dari 45 yang didaftarkan. Seluruh kota dan daerah tersebut datang dari 69 negara anggota OGP.

Kabupaten Bojonegoro bersama 14 kota lain nantinya akan mendapat pendampingan dari Sekretariat Nasional OGP untuk menyusun Rencana Aksi Daerah atau (RAD) yang berisi sejumlah komitmen untuk penguatan program keterbukaan pemerintah yang sudah ada.

Bupati Kabupaten Bojonegoro Suyoto mengungkapkan bahwa prestasi ini diibaratkan sebagai Tumbu Oleh Tutup atau pertemuan jodoh antara upaya Pemerintah Kabupaten Bojonegoro untuk menjadi daerah yang berkomitmen terhadap keterbukaan.

"Tantangan Bojonegoro delapan tahun yang lalu adalah bagaimana mentransformasikan dari kepercayaan pada personal diri saya kemudian menjadi kepercayaan institusional pemerintah, lalu kita mengharapkan terjadinya collaborative action," ujar Suyoto pada GNFI.

Kang Yoto, begitu dirinya akrab disapa menjelaskan bahwa collaborative action atau aksi kolaborasi tersebut adalah misi utama dari komitmen terhadap keterbukaan di Kabupaten Bojonegoro. Menurutnya, berkat keterbukaan masyarakat Bojonegoro dapat terhindar dari konflik. Sebab melalui keterbukaan, masyarakat menjadi tergerak untuk berkolaborasi dan berpartisipasi demi daerahnya.

Tidak hanya keterbukaan tentang anggaran Pemkab, namun juga keterbukaan pada segala hal yang dimiliki pemerintah dan memberikan aksesnya terhadap rakyat. "Keterbukaan diperlukan agar Pemkab tetap dipercaya oleh rakyat," jelas Kang Yoto.

Putra Bojonegoro tersebut juga menjelaskan bahwa prestasi ini adalah hasil optimisme dari Bojonegoro sebagai Compassionate City (kota berkasih sayang, red) yang merasa menjadi bagian dari Indonesia dan Dunia. "Pilot project seperti ini membuat kami merasa menjadi bagian dari dunia," pungkasnya.

Sugeng Bahagijo, Direktur Eksekutif International NGO Forum on Indonesian Development (INFID) di forum yang sama juga menjelaskan bahwa pengakuan terhadap Kabupaten Bojonegoro sejatinya merupakan tantangan bagi daerah-daerah dan kota-kota lainnya di Indonesia untuk juga berkomitmen terhadap keterbukaan.

"Pertanyaannya adalah bagaimana sekitar 400 sampai 500 kota dan kabupaten di Indonesia dapat mengikuti jejak Bojonegoro. Kabar baik ini bisa menjadi inspirasi belajar bagi kota-kota tersebut dari Kabupaten Bojonegoro" jelas Sugeng.

Sumber : GNFI
Sumber Gambar Sampul : sembilanstudio.com

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini