Dari Surabaya, Nilamsari Bawa Kebab Mendunia

Dari Surabaya, Nilamsari Bawa Kebab Mendunia
info gambar utama

Di awal tahun 2000-an, nama kebab masih sangat asing bagi masyarakat Indonesia. Makanan khas Timur Tengah ini mungkin hanya familiar bagi muslim yang pernah pergi umrah ke tanah suci, Makkah & Madinah. Tapi, siapa sangka kini kebab menjadi populer tidak hanya di Indonesia sampai ke negeri Belanda berkat perempuan Indonesia ini.

Menjadi perempuan tidak membatasinya untuk berkarya dan memberi manfaat pada lingkungannya. Ialah Nilamsari, perempuan asal Surabaya yang berhasil membawa makanan asal Turki ini naik level dan mendunia. Bagaimana tidak, bisnis yang dirintis sejak ia berusia 19 tahun di garasi rumah orang tuanya dengan modal 4 juta rupiah, kini sudah memiliki 1200 outlet tidak hanya di Indonesia, tapi juga di Malaysia, Filipina, Tiongkok, Srilanka, Brunei Darussalam, Singapura, dan Belanda.
Beberapa waktu yang lalu, saya beruntung mendapat kesempatan untuk melakukan wawancara langsung dengan Nilam, sapaan akrab dari Nilamsari, selaku pemilik sekaligus marketing director dari PT. Baba Rafi Indonesia di Graha Babarafi Surabaya. Berikut hasil wawancara saya bersama tim Good News From Indonesia dengan Nilam.
Memulai usaha di usia yang masih sangat belia tentu bukan hal mudah. Bagaimana Nilam memulai bisnis ini dan apa yang memotivasi Nilam untuk memilih menjadi seorang entrepreneur?
Nilam: Well, bisa dibilang menjadi seorang pebisnis ini adalah sebuah ketidaksengajaan mbak. Saya dan suami yang berasal dari keluarga yang bekerja di BUMN dan perusahaan multinational tentu telah dipersiapkan untuk bekerja di perusahaan serupa.
Waktu itu kami memutuskan untuk menikah muda di usia 19 tahun, saat kami masih sama-sama berstatus mahasiswa. Saya dari Unair dan suami dari ITS. Nah, dalam hidup tentu ada hal yang tidak sesuai rencananya ya mbak. Jadi pada saat itu, setelah kami nikah muda, punya anak, kami memang masih di support orang tua untuk menyelesaikan kuliah, lanjut sekolah S2 dan bekerja. Tapi, kami merasa hal itu kurang wise dan berinisiatif untuk mencari penghasilan karena kebutuhan yang semakin mahal juga.
Namanya mahasiswa, tentu belum ada ijazah yang bisa kita pakai untuk melamar kerja. Singkat cerita, saya putuskan menjadi guru les untuk anak SD dan suami saya bekerja lepas di semacam agen property. Ternyata, pilihan itu tidak sesuai dengan passion kita. Sampai akhirnya kami memutuskan untuk berjualan burger yang semua bahannya kami ambil dari one-stop-shop burger di Surabaya.
Awalnya kami memiliki satu gerobak tapi dalam tiga bulan, enam gerobak yang kita miliki harus masuk garasi karena masuknya merk burger dari Jakarta yang cukup besar dan murah. Dari situ, kami sempat putus asa dan mertua saya yang memang bekerja di Qatar meminta kami untuk pergi ke sana, tempat mereka bekerja.
Suatu sore, kami berjalan-jalan di sekitar apartemen dan mencium bau lezat dari gerobak-gerobak yang hampir ada di setiap sudut trotoar. Setelah kita dekati, ternyata mereka adalah penjual kebab, makanan khas Timur Tengah. Dari situ kami terinspirasi bahwa makanan ini memiliki konsep yang sama seperti bisnis kami sebelumnya yakni konsep grab & go. Dari situ awal mula kami memutuskan untuk membawa kebab ke Indonesia.
Kebab Disajikan dari Bahan Terbaik untuk Konsumen (dok. pribadi)
info gambar
Tantangan apa yang dihadapi saat memulai bisnis ini?
Nilam: Tantangannya tentu ada pada citarasa dan pengetahuan orang Indonesia tentang makanan ini sendiri. Karena, seperti kita tahu, kebab pada saat itu hanya familiar bagi muslim yang pernah pergi umroh atau haji dan jajan kebab di sana. Soal rasa, awalnya kami bagikan ke tetangga-tetangga dekat rumah untuk menjadi tester kami.Mereka bilang enak, tapi rasanya terlalu Timur Tengah dan kurang pas dengan lidah orang Indonesia. Dari situ kami mulai menyesuaikan rasa dengan selera konsumen kita.
Tidak cukup di situ, setelah rasa disesuaikan, tantangan berikutnya adalah pengenalan kebab pada konsumen. Kami kembali menggunakan gerobak putih yang ada di garasi untuk menjual kebab.
Setiap orang yang beli, mengira kami jualan martabak. Kemudian kita pasang gambar kebab di gerobak kami dan lagi-lagi, orang mengira kita jualan lumpia. Dari situ kami belajar banyak hal sampai lahirlah Kebab Turki Baba Rafi, yang sekarang sudah membuka outlet dari Aceh sampai Papua juga di beberapa negara lainnya dalam perjalanan 14 tahun ini.
Pegawai Kebab Turki Baba Rafi Sedang melayani pembeli (dok. pribadi)
info gambar
Dalam menjalankan bisnis selama hampir 14 tahun, apa kunci keberhasilan seorang Nilamsari?
Nilam: Dalam perjalanannya, memang bisnis ini tidak selalu mulus. Di tahun 2008, ketika kita hampir collapse, saya sempat hampir menyerah dan menyalahkan Tuhan. Saya memikirkan kondisi perusahaan serta nasib ribuan karyawan yang ada di bawah saya.
Satu hal yang membuat saya bangkit, pada waktu itu bapak saya berpesan, “Nilam, kamu harus kuat. Karena bisnis itu bukan tentang kamu sebagai pemilik perusahaan. Tapi bisnis adalah bagaimana kita berbagi value dan benefit pada orang lain.” Pesan itulah yang selalu saya ingat dan melekat pada diri saya sehingga saya bisa bertahan sampai sekarang.
Selain menjadi seorang entrepreneur, Nilam baru-baru ini menulis sebuah buku tentang womenpreneur. Apa yang memotivasi nilam untuk menulis buku tersebut?
Nilam: Saya melihat, di Indonesia ini perempuan sebenarnya memiliki kesempatan yang besar untuk berkarya. Melalui buku ini saya ingin menyampaikan pesan bahwa perempuan itu bisa. Kita punya talent yang luar biasa.
Meski demikian, culture di Indonesia mengajarkan perempuan untuk serving baik suami maupun keluarga. Tapi di balik itu semua, saya percaya bahwa perempuan juga bisa memegang role penting menjadi seorang womanpreneur, Masih jarang banget perempuan yang memiliki kapasitas sebagai CEO dari sebuah perusahaan.
Biasanya, perempuan yang ada di company adalah mereka yang mendukung suaminya dan tidak menjadi direct CEO. Bicara soal kesempatan yang saya sampaikan tadi, keuntungan kita berada di Indonesia adalah memiliki support system yang cenderung murah. Seperti asisten rumah tanggar, supir, dan lainnya. Hal ini tentu akan memudahkan kita perempuan untuk berkarir dan berkarya.
Dalam buku ini, saya juga ingin menyampaikan bahwa as a woman, we can have it all. Baik menjadi seorang ibu, istri, sebagai pebisnis, dan pemimpin dari perusahaan kita. Ternyata, di Indonesia sendiri, sinergi dari pebisnis perempuan cukup kuat dan akhirnya saya membuat komunitas womenpreneur yang terdiri dari pebisnis perempuan, juga ada komunitas-komunitas perempuan lainnya.
Dalam hidup, apa mimpi terbesar seorang Nilamsari?
Nilam: Bicara tentang mimpi, sebenarnya Baba Rafi masih berproses. Sampai kapanpun akan berproses untuk menjadi lebih baik lagi, masih belajar terus karena market pun selalu berubah. Tapi tentunya saya berharap Baba Rafi mudah-mudahan bisa berkembang lebih pesat lagi, tidak hanya di Indonesia bisa sustainable dan stabil sehingga bisa memberi lapangan pekerjaan bagi orang-orang Indonesia. Juga bisa berkembang pesat di luar negeri.
Mimpi ini bukan untuk sesuatu yang berlebihan tapi semata-mata untuk memberikan harapan dan inspirasi bahwa dari sebuah gerobak putih di pinggir jalan yang hanya bermodal 4 juta rupiah, kalau kita telaten benar-benar mengawasi dengan baik, day by day it will be something.
Selain itu, mimpi saya juga ingin membawa Indonesia untuk naik kelas ke level internasional di tengah rasa pesimis dan kebiasaan underestimate diri kita sendiri. Padahal, Indonesia itu hebat, banyak orang-orang luar biasa. Tinggal sekarang pertanyaannya: kita mau atau tidak?
Caption (Sumber Gambar)
Sebagai salah satu pembaca GNFI, apa pendapat Nilam tentang GNFI?
Nilam: Menurut saya, GNFI adalah sebuah situs media yang memberikan kabar baik dan harapan tentang Indonesia. Karena kita tahu, sebagai penduduk Indonesia, negara kita memang hebat dan luar biasa.
Dalam era ini, kita sangat membutuhkan berita-berita yang bermuatan positif dan memberikan secercah harapan untuk membuat orang tahu bahwa kita bisa mencapai level yang lebih tinggi. Keep going GNFI dan terus menginspirasi Indonesia.
Terakhir, Apa pesan Nilam untuk generasi muda Indonesia?
Pesan saya, untuk teman-teman yang ingin memulai usaha, start something small! Terus berproses dan persistent dalam mengembangkan bisnis, bangun sistem dan manajemen supaya bisnis kita sustainable ke depannya. Bermimpi lah yang besar dan terus menginspirasi Indonesia untuk go international.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini