Ia Tetap Gigih Mengajar, Meskipun Tanpa Lengan..

Ia Tetap Gigih Mengajar, Meskipun Tanpa Lengan..
info gambar utama

"Selamat Hari Pendidikan,. Berikut Pesan Mas Anies (Mendikbud) mohon bisa disebarkan,. Mas kalau mau nulis opini (Hari Pendidikan) bisa kirim ke kita loh "

Kira-kira sedari tengah malam sebelum jam 00:00 tepat hingga siang ini, saya mendapatkan pesan berantai yang isinya kurang lebih memberikan ucapan dan saling mengingatkan bahwasannya ada moment penting Hari Pendidikan, kiriman tulisan yang sedikit agak panjang yang diakui pesan dari seorang Menteri Pendidikan, dan juga ajakan untuk menulis opini dengan tema Hari Pendidikan.

Ya, tidak terasa kita sudah bertemu kembali pada peringatan Hari Pendidikan. Bermacam cara dilakukan untuk merayakan dan mengenang, ada "Pesta Pendidikan" yang dihelat di Jakarta dan ada juga "Pesta Jalanan" (saya menyebutnya), yang digelar oleh berbagai kawan aktivis mahasiswa untuk menuntut perbaikan pendidikan yang salah satu isunya adalah komersialisasi pendidikan yang dirasakan terjadi di kampus-kampus.

Namun jauh dari hiruk pikuk kisah penuh massa tadi, saya tersandar pada sebuah laman video di youtube yang menceritakan tentang sebuah tayangan televisi yang mengangkat kegigihan seseorang dengan keterbatasan fisik dalam aktivitasnya mengajar.

Keterbatasan fisik bagi sebagian orang mungkin sebuah masalah dan menjadi aib yang semakin melemahkan diri. Namun tidak dengan pak Untung, meskipun tanpa lengan, ia tetap gigih dalam mengajar.

Pak Untung, yang kesehariannya menjadi seorang Guru di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Miftahul Ulum Sumenep, Madura, Jawa Timur ini menunjukkan bagaimana dengan keterbatasan fisik yang ia alami tetap mampu menjadi seorang yang optimis dan giat seperti orang normal lainnya.

Kerja keras dan perjuangannya menjadi seorang guru profesional dibuktikan dengan kemampuan kaki nya yang bisa menggantikan tangannya. Tidak kalah dengan orang normal lainnya, jemari kaki Pak Untung dengan lihai menuliskan lafal ayat-ayat Al Quran di papan tulis untuk anak didiknya, bahkan ia pun tidak canggung menggunakan perangkat laptop untuk mendukung pekerjaanya sebagai seorang Guru.

Selama 22 tahun sudah Pak Untung mengabdi sebagai tenaga pendidik honorer dan Ia hanya mendapat gaji rata-rata Rp 300 ribu. Perhatian yang kurang dari pemerintah tidak membuatnya harus berkeluh-kesah. Pak Untung memilih untuk tetap semangat menjalani hidup demi menghidupi istri dan dua anaknya. Ia pun berternak ayam di rumahnya sembari membuka pengajian dengan jumlah murid mencapai 120 orang pada saat sore harinya.

Pernah suatu ketika ada yang bertanya kepada Pak Untung mengenai gaji yang ia dapatkan dari mengajar. Apakah cukup dengan gaji sebesar itu untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. Beliau menjawab bahwa ia sudah mengikhlaskan dirinya untuk dunia Pendidikan. Pengabdiannya untuk sekolah Madrasah Ibtidaiyah ia jadikan sebagai ladang amal yang kelak akan beliau ambil di akhirat.

Keinginan mengabdikan diri dalam pendidikan dengan kekurangan yang beliau miliki tentu merupakan pelajaran yang luar biasa bagi kita orang normal dengan fisik yang lengkap. Gaji yang tidak seberapa tidak membuat Pak Untung mengurungkan niat untuk mencerdaskan generasi bangsa. Beliau bahkan tidak lagi menghitung berapa besar gaji yang ia peroleh, namun justru mengikhlaskan dirinya untuk dunia pendidikan.

Pak Untung hanyalah satu dari contoh teladan yang kini semakin jarang kita temukan. Semoga spirit perjuangan Pak Untung menjadi semangat bagi siapapun untuk terlibat menjadi bagian Pendidikan.

Mengutip apa yang Mas Anies bilang "Mendidik adalah tanggung jawab setiap orang terdidik".

Selamat Hari Pendidikan.


Sumber Gambar Sampul : masoo.co

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini