Yang istimewa dari Papring Kalipuro, Banyuwangi

Yang istimewa dari Papring Kalipuro, Banyuwangi
info gambar utama

Desa Papring Kelurahan Kalipuro Kecamatan Kalipuro Banyuwangi memang sebuah kampung. Perjalanan dari pusat kota Banyuwangi menuju kesana sekitar 9Km, dimana harus melewati jalanan sempit dan berliku. Disuguhi dengan pemandangan yang indah, udaranya pun masih terasa sejuk, walaupun sempat sesekali bau kandang sapi juga ikut tercium. Tapi meskipun terletak di pinggir hutan, ternyata desa Papring menyimpan banyak mimpi dan harapan dari anak - anak disini.

Ya, inilah Kampoeng BAca TAman RimbA atau yang lebih dikenal dengan sebutan Kampoeng Batara. Rasa lelah kami dengan sekejab langsung berubah menjadi teduh dan penuh haru. Anak - anak dari Kampoeng Batara berhambur menghampiri saya dan rombongan saat itu, langsung berebut mencium tangan kami. Mereka pun juga sudah menyiapkan bunga bougenvil yang mereka rangkai sederhana dan mengalungkannya di leher kami.

Caption (Sumber Gambar)


Widie Nurmahmudy, laki-laki kelahiran desa Papring, yang juga merupakan seorang jurnalis dan aktivis lingkungan inilah yang mempelopori lahirnya Kampoeng Batara sejak tahun 2014.

Awalnya karena melihat minimnya minat baca dan belajar pada anak-anak di sekitarnya dan merasa prihatin saat banyak anak yang mengisi hari libur dengan ikut orang tuanya ke kebun.

Selain itu juga karena pemahaman orang tua yang masih kurang tentang hak bermain pada anak, sehingga tak jarang anak-anak sering mencuri waktu untuk bermain. Inilah yang menjadi dasar utama lahirnya Kampoeng Batara dengan slogan Belajar Cerdas Tanpa Batas.

"Dengan membuat konsep yang berbeda, yaitu tidak hanya fokus belajar membaca, tapi ada permainan, olahraga, ice breaking, menggambar dan mengembangkan kreatifitas lainnya.

Juga mengajak anak - anak ke kebun mengenalkan tentang berbagai macam tanaman, proses tumbuhnya tanaman, manfaat tanaman, buah-buahan dll. Karena lingkungan kami kan di kebun dan dekat dengan hutan, banyak sekali tanaman yang bisa dilihat tapi tidak banyak dikenali", cerita mas Widi.

Caption (Sumber Gambar)

Sempat vakum selama 1 tahun sampai akhirnya aktif lagi per September 2015, saat ini mas Widi dibantu oleh 2 relawan lainnya dengan keahlian masing-masing. Ada mas Arif yang mengajarkan bahasa Inggris dengan cara bermain dan mbak Dian yang juga merupakan aktivis lingkungan yang sama dengan mas Widi di Merdeka dari Sampah (MDS) Banyuwangi yang mengajarkan kerajinan daur ulang & menemani jika ada teman dari luar daerah berkunjung ke Kampoeng Batara.

"Oiya, satu lagi mbak", mas widi meneruskan ceritanya, "dulunya anak - anak disini malu menyebut nama kampungnya. Malu karena kondisinya tidak bagus, jauh dari kota, dll.

Sehingga kalau bertemu dengan orang luar cenderung bilang : saya orang Kalipuro. Tapi, sekarang sudah berkurang, kalau mereka ditanya teman-temannya yang dulu suka mengejek, kini mereka bisa bangga mengatakan saya orang Papring. Bahkan pernah ada turis Jerman yang datang ke Kampoeng Batara".

Caption (Sumber Gambar)

Sebelum saya dan rombongan pamit pulang, pertunjukan layaknya konser mereka persembahkan untuk kami. Memainkan alat musik Patrol yang terbuat dari bambu, yang biasanya hanya dimainkan saat bulan Ramadhan. Yang membuat saya kaget, ternyata mbak

Dian cerita mereka dengan kreatifitasnya belajar sendiri memainkan patrol, menyelaraskan nada-nada yang dikeluarkan dari beberapa bambu dengan berbagai macam bentuk ini.

Dilengkapi dengan tarian gandrung khas Banyuwangi, anak - anak perempuan pun menari dengan alunan musik. Ini nih yang nantinya bikin kangen dengan mereka.


Caption (Sumber Gambar)
Tetap semangat mas Widi, para relawan dan adik - adik..

Karena kita juga tak pernah tahu, bisa jadi kelak pemimpin negeri ini lahir dari Kampoeng Batara.

Dan kita semua pun memiliki kontribusi yang sama untuk Indonesia menjadi jauh lebih baik lagi dengan turut serta mengabarkan berita baik dari dan untuk Indonesia :)

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini