Batu Dinding di Rimba Kalimantan ini Mirip Tembok China

Batu Dinding di Rimba Kalimantan ini Mirip Tembok China
info gambar utama

Pernahkah anda menikmati pesona mata hari terbit (sunrise) di batu dinding? Jika belum, wajar sebab batu dinding objek wisata alam baru yang tersimpan di rimba Borneo Timur.

Letaknya di Desa Bukit Merdeka, Kecamatan Samboja, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Jika anda hendak bepergian ke batu dinding, susuri saja Jalan Soekarno Hatta, arah Balikpapan menuju Samarinda. Tepat di kilometer 45, sebelah kiri, terdapat gapura, di sebelah kiri jalan. Dari sanalah jalan masuk ke area batu dinding.

Dari Jalan raya kurang lebih 8 kilometer jaraknya menuju puncak batu. Jalan aspal sekitar 2 kilometer, selebihnya jalan bebatuan. Pengendara mobil sedan roda rendah atau sejenisnya, tidak direkomendasi ke lokasi. Sebaiknya kendarai mobil MPV roda besar.

Umar, warga Km 45 Desa Bukit Merdeka, Kecamatan Samboja, Kukar, seorang pemandu pengunjung batu dinding mengatakan, lokasi wisata tersebut baru terkenal dan ramai dikunjungi masyarakat dalam dua bulan ke belakangan.

“Ini baru dua bulan terakhir ramai, setelah ramai foto-fotonya tersebar di internet. Puncak keramaian, malam minggu pekan lalu, pengunjung lebih dari 1.000 orang. Itu puncak paling ramai selama ini. Makin lama, makin ramai saya lihat," ujar Umar yang menjabat sebagai Ketua RT 03. Sehari-hari Umar bekerja montir di bengkel di desanya.

Menurut Umar, kendati pengunjung Batu Dinding baru ramai akhir-akhir ini, sejatinya lokasi wisata alam tersebut telah lama ditemukan. Sekitar empat tahun lalu.

Penemu pertama, sekelompok mahasiswa perguruan tinggi di Bandung Jawa Barat. Mahasiswa tersebut diduga jurusan geologi yang menulis skripsi mengenai bebatuan. Saat meneliti, dia menjadikan objek observasi bebatuan berpasir di Samboja.

“Disebut Batu Dinding karena modelnya kayak dinding. Kiri kanan batunya terjal, seperti dinding. Kata orang-orang kayak tembok China, makanya disebut batu dinding,” ujar Umar.

Menyikapi begitu banyak pengunjung, masyarakat setempat kini punya kesibukan baru. Jika sebelumnya warga kebanyakan bertani dan berkebun, belakangan sibuk mengelola parkiran, berjualan dan mengelola puncak bukit batu dinding.

Pengelolaan batu dinding melibatkan 30-50 orang warga. Tugasnya antara lain memandu pengunjung supaya tertib memasuki puncak bukit yang sangat sempit, kurang dari 5 meter. Bahkan beberapa batu menjulang, lebarnya hanya sektiar 1 meter.

Batu Dinding Balikpapan | pegipegi.com
info gambar

Puncak batu memanjang seperti pundak kuda kurus, dari selatan ke utara. Panjang kurang lebih 500 meter. Sekelilingnya ditumbuhi hutan, dan berjarak ratusan meter, terdapat alahat pertanian darat, perhumaan.

Pengunjung akan ramai, biasanya pada hari Sabtu dan Minggu atau hari libur nasional. Jumat pagi itu, Umar melalui pengeras suara, berseru mengingatkan seorang remaja yang duduk di tepi batu sebelah tenggara memandang ke arah mata hari terbit.

“Dik... Dik yang pakai baju hitam, tolong jangan terlalu ke tepi. Naik kamu, jatuh," ujar Umar.

Dinding bebatuan memang teramat terjal. Apalgi bebatuan masih alami, dan belum mempunyai pengaman madai sehingga sangat rawat mengakibatkan pengunjung terjatuh atau terguling ke jurang tebing.

Supaya keamanan dan kenyakanan makin terjaga, Umar menyediakan atau membangun koridor atau pagar dari besi berikut tali-tali. Kemudian akses jalannya dikeraskan, sebab jalan yang ada masih akses tanah.

Pemandangan Hutan, Asri dan Sejuk

Tempat ini merupakan wisata alam yang beru terdengart di Kalimantan Timur. Meskipun belum dikelola secara resmi oleh pemerintah, organisasi masyarakat ikut ambil bagian menjaga ketertiban dan kenyamanan pengunjung.

Wisata ini sangat cocok untuk para pencinta wisata adventur dan traveling. Batu Dinding menyajikan pemandangan yang asri, sejuk, tenang, sekaligus menegangkan. Bagaimana tidak, batu dinding adalah bukit batu, dari bebatuan pasir dan batuan keras yang tersusun dan menjulang di tengah hutan. Hutan sekeliling masih asri

Kedua sisinya langsung berbatasan dengan jurang curam. Menurut warga setempat, dinamakan batu dinding karena dari kejauhan bentuknya menyerupai dinding. Sementara di kanan dan kirinya masih di keliling hutan dengan pohon-pohon yang tinggi

Batu Dinding menjadi bukit yang paling nyaman untuk menikmati pesona terbitnya matahari (sunrise) dan matahari terbenam (sunset). Untuk mendapatkan momen sunrise dan sunset perlu estimasi waktu yang tepat. Jika ingin menikmati sunrise, hendaknya para pengunjung sampai di lokasi wisata selambat-lambatnya dinihari pukul 04.00 Wita.

Sedangkan bagi yang ingin menikmati sunset, maksimal sudah berada di lokasi pada pukul 16.00 Wita.

Jalan menuju lokasi masih relatif sulit dijangkau. Bila kesehatan anda tidak fit betul, tidak kuat berjalan jauh, mendaki pula, sebaiknya jangan coba-coba ke lokasi. Ibu hamil, anak-anak serta orang jompo pun tidak direkomendasikan mendatangi batu dinding.

Sebab pengunjung akan meniti jalan setapak untuk mendapatkan sensasi perjalanan menyusuri hutan. Dengan berjalan kaki, anda merasakan sejuknya perjalanan, indahnya pemandangan perkebunan buah naga, jeruk sunkist dan karet, sekaligus sebagai pemanasan fisik sebelum mendaki puncak bukit.

Jika anda menggunakan sepeda motor, hal ini sangat mengganggu ekosistem, atmosfer dan eksositem di daerah setempat. Lagipula jalur yang dialui berliku, terjal bebatuan dan lumpur, sehingga membahayakan keselamatan.

(Tribun Kaltim - Cornel Dimas Satrio Kusbinanto)

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Akhyari Hananto lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Akhyari Hananto.

AH
YF
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini