Pelabuhan tercanggih ke-4 di Dunia, pertama di Asia dan Indonesia

Pelabuhan tercanggih  ke-4 di Dunia, pertama di Asia dan Indonesia
info gambar utama

PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) yang juga dikenal dengan Pelindo III adalah Badan Usaha Milik Negara yang bergerak dalam sektor perhubungan. Tugas, wewenang dan tanggung jawab Pelindo III mengelola 43 pelabuhan yang tersebar di 7 provinsi yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur, serta memiliki 10 anak perusahaan dan afiliasi.

SAM_6562.JPG
Pelabuhan Terminal Peti Kemas, Teluk Lamong (foto:GNFI/BB)

Pelindo III menjalankan bisnis inti sebagai penyedia fasilitas jasa kepelabuhanan yang memiliki peran kunci guna menjamin kelangsungan dan kelancaran angkutan laut. Dengan tersedianya prasarana transportasi laut yang memadai, Pelindo III mampu menggerakkan serta mendorong kegiatan ekonomi negara dan masyarakat.

Inovasi PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) atau Pelindo III untuk menekan biaya logistik nasional diwujudkan melalui pembangunan Terminal Teluk Lamong sebagai anak perusahaan dengan konsep terminal semi-otomatis dan ramah lingkungan. Terminal yang telah beroperasi sejak tahun 2014 tersebut merupakan solusi terbaik untuk memecah kepadatan arus barang di wilayah Pelabuhan Tanjung Perak.

Terminal Teluk Lamong dilengkapi dengan peralatan modern semi-otomatis sehingga menjanjikan keamanan, kecepatan serta ketepatan waktu bagi pengguna jasa. Kapal-kapal internasional bermuatan besar dapat sandar di Terminal Teluk Lamong karena kedalaman dermaganya mencapai -14 meter LWS. Juga telah dilakukan revitalisasi Alur Pelayaran Barat Surabaya, dengan lebar alur menjadi 150 meter, kedalaman menjadi 13 mLWS pada tahap pertama, sehingga kapal tujuan Indonesia tidak perlu lagi singgah ke Singapura.

SAM_6579 copy.jpg
Ship to Shore (STS) | foto: GNFI/BB

Kemampuan bongkar muat Ship to Shore (STS) yang ada di dermaga Terminal Teluk Lamong dapat mengangkat 35 container/ jam dari dan menuju kapal. Automated Stacking Crane (ASC) merupakan alat yang baru dipakai oleh 4 terminal di dunia dan Terminal Teluk Lamong sebagai terminal pertama di Asia yang memakai alat beroperator wanita tersebut. ASC mampu melakukan penataan container di lapangan penumpukan (CY) secara otomatis dengan pengoperasian melalui ruang kontrol sehingga menjamin keamanan dan ketepatan operasional.

Setelah diresmikan oleh Presiden RI, Jokowi, pada 22 Mei 2015 lalu tercatat lebih dari 14 pelayaran domestik maupun internasional yang telah melakukan pelayanan dan proses bongkar muat di terminal serba canggih tersebut. Konsumen dapat menikmati efisiensi waktu dan biaya dengan melakukan pelayanan di Terminal Teluk Lamong dan dibuktikan dengan kapal internasional asal Tiongkok, Hongkong, dan Korea yang dapat langsung mengirimkan barang ke Indonesia melalui Terminal Teluk Lamong.

Pengiriman barang dari Tiongkok langsung ke Indonesia melalui Terminal Teluk Lamong dimulai sejak tanggal 30 Juli 2015 dan melakukan pelayanan bongkar muat satu kali seminggu (weekly) menggunakan 8 kapal secara bergantian, CSCL Callao, CSCL Lima, CSCL Manzanillo, CSCL Montevideo, CSCL Santiago, CSCL Panama, CSCL San Jose dan CSCL Sao Paulo. Rute yang dilewati oleh kapal tersebut adalah Lianyugang – Qingdao – Shanghai – Ningbo – Shekou – Jakarta – Surabaya – Semarang – Davao - Shanghai – Yingkou – Tianjin – Dalian dengan jumlah produksi sampai dengan September 2015 kurang lebih sebesar 5,200 TEUs.

Korea mengikuti jejak pelayaran Tiongkok dengan melakukan pengiriman barang langsung menuju Indonesia tanpa melalui Singapura dengan menggunakan MV Larentia dan MV Carpathia yang secara bergantian sandar weekly di Terminal Teluk Lamong (boks). Dua kapal internasional tersebut memuat barang milik 3 pelayaran besar asal Korea yaitu, Heung – A, CK-Line, dan Sinokor dengan rute Pusan – Kwangyang – Shanghai – Shekou – Jakarta – Surabaya – Saigon – Shanghai. Jumlah produksi pelayaran Korea saat ini mencapai kurang lebih 1000 TEUs.

Negara Asia lainnya, Hongkong, mulai melakukan hal yang sama untuk melakukan pengiriman barang dari dan menuju Indonesia tanpa melewati Singapura karena adanya Terminal Teluk Lamong. Wellington Strait, William Strait dan Mell Salomon singgah secara bergantian setiap minggunya dan melakukan pelayanan bongkar muat di terminal semi – otomatis tersebut. Hongkong – Shanghai – Surabaya – Darwin merupakan rute yang dilewati oleh kapal – kapal tersebut.

Komitmen Pelindo III untuk memberikan yang terbaik bagi negeri semakin diperkuat dengan hadirnya Terminal Teluk Lamong. Pengiriman barang yang semakin efisien membuat harga logistic menjadi murah dan terjangkau oleh masyarakat. Bukan hanya itu, peran Pelindo III semakin diperhitungkan dimata dunia dengan masuknya kapal – kapal internasional yang dilayani secara maksimal di Terminal Teluk Lamong.

Selain itu Terminal Teluk lamong juga menjadi Pelabuhan yang ramah lingkungan. Peralatan canggih yang diterapkan di Teluk Lamong berkonsep ramah lingkungan. Alat bongkar-muatnya, ASC hingga Ship-to-Shore Crane (STS) digerakkan dengan tenaga listrik.

Total daya listrik yang dibutuhkan dalam kondisi penuh dan sibuk adalah 100 Mega Watt. Hebatnya pasokan listriknya tidak tergantung PLN semata, melainkan dari Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) yang dibangun khusus untuk mendukungnya.

Khusus untuk Automotive Terminal Trailer (ATT) dan Straddle Carriers (SC) menggunakan mesin diesel dengan standar emisi EURO 4. Standar tinggi ramah lingkungan itu juga berlaku bagi truk-truk pembawa petikemas, hanya truk berbahan bakar gas yang diperkenankan untuk masuk lapangan terminal.

Sedangkan untuk truk berbahan bakar diesel, disediakan area tranfer di luar area terminal. Di sana pula muatannya dibawa dan dipindahkan dengan truk berbahan bakar gas.

Jadi Lengkaplah Pelabuhan Terminal Teluk Lamong ini menjadi Pelabuhan yang pertama di Indonesia dengan menggunakan teknologi tercanggih dan Ramah lingkungan.

Sumber : Pelindo III
Sumber Gambar Sampul : GNFI/BB

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini