Jadi Inspirasi Untuk Indonesia, Film Dokumenter ini Kisahkan Perjuangan Paduan Suara Unpad di Eropa

Jadi Inspirasi Untuk Indonesia, Film Dokumenter ini Kisahkan Perjuangan Paduan Suara Unpad di Eropa
info gambar utama

Perjuangan anak-anak bangsa di negeri Eropa pantas untuk didokumentasikan. Begitu kira-kira pesan yang ingin disampaikan dari sebuah dokumenter dengan genre yang cukup sedikit ditemukan di Indonesia berjudul Indonesia Kiranan ini. Dokumenter berdurasi 90 menit tersebut menyajikan Mahasiswa dan Mahasiswi Universitas Padjajaran saat berjuang di ajang tertinggi paduan suara di dunia, 13th International Choral Competition Gallus-Maribor 2015 di Slovenia.

Mahasiswa dan Mahasiswi Universitas Padjajaran yang tergabung dalam Paduan Suara Mahasiswa Univesitas Padjadjaran (PSM Unpad) tersebut menjadi satu-satunya wakil dari Asia yang tampil di panggung tingkat dunia tersebut. Melalui Indonesia Kirana, PSM Unpad berperan layaknya sebuah duta budaya Indonesia. Tidak hanya berkompetisi, namun juga membawa nama Indonesia di Eropa melalui penampilan apiknya.

Dilansir dari situs Unpad, saat mengikuti kompetisi di Slovenia, 'Indonesia Kirana' bersaing dengan sejumlah paduan suara ternama dunia yang menjadi rival, antara lain; East Carolina University Singer (Amerika Serikat), Maska Youth Choir (Latvia), hingga New Dublin Voices (Irlandia). Tim yang berjumlah 42 orang ini berhasil meraih skor 83,5, namun belum cukup untuk membawa pulang juara. Juara kompetisi tersebut diraih oleh East Carolina University yang pada saat itu juga pertama kalinya hadir untuk berkompetisi di Eropa.

Terkait dengan pembuatan film dokumenter dari perjuangan Tim PSM Unpad tersebut, Galih Mulya Nugraha, produser film Indonesia Kirana mengatakan bahwa film dokumenter musikal di Indonesia masih sangat sedikit jumlahnya. Dirinya mengaku sempat kesulitan untuk mencari referensi dalam menggarap film ini. Namun akhirnya tim dari Embara Film mampu menyajikan film ini dengan baik tanpa menghilangkan rasa keIndonesiaan dalam film ini. "Kami banyak terinspirasi dari karya dokumenter Yann Arthus-Bertrand berjudul HUMAN yang dirilis pada 2015 yang lalu," ungkapnya pada GNFI sesaat setelah penayangan film Indonesia Kirana di Epicentrum XXI Sabtu malam.

"Meski paduan suara bukan budaya asli Indonesia, namun rekan-rekan PSM Unpad mampu menampilkan penampilan yang hebat. Mereka juga harus pengucapan bahasa latin yang merupakan bahasa lagu wajib. Padahal mereka masih memiliki logat-logat daerah masing-masing." ujar Galih.

Galih mengaku sangat terharu dengan perjuangan tim Indonesia Kirana yang rela berkorban banyak untuk berjuang di kancah dunia. "Meski tidak menang perjuangan mereka patut untuk diapresiasi melalui film ini," ujarnya.

Dilain sisi, Konduktor yang bertugas menyeleksi dan melatih tim Paduan Suara Unpad untuk ajang ini, Arvin Zaenullah di momen yang sama juga menjelaskan bahwa persiapan untuk kompetisi ini dilakukan selama berbulan-bulan. Meski saat kompetisi hanya dilakukan dalam beberapa menit, dirinya harus memastikan setiap anak didiknya siap untuk bersaing di tingkat dunia. Tidak hanya siap secara teknik paduan suara tetapi juga siap secara mental. Salah satu caranya adalah dengan berlatih di luar ruangan saat tim PSM Unpad berada di Amsterdam, Belanda, meski saat itu Eropa sedang dalam musim dingin.

"Itu (latihan di luar ruangan) merupakan bagian dari aklimatisasi dengan atmosfer Eropa dan terlebih kompetisi. Meski cukup dingin, akhirnya adik-adik mampu beradaptasi dengan lingkungan," jelasnya.

Tidak hanya dituntut untuk dapat beradaptasi, setiap anggota PSM Unpad juga harus mampu melebur dalam satu tim paduan suara. Arvin menjelaskan bahwa, sejatinya paduan suara memang sebuah kelompok yang harus bisa melepaskan ego dan identitasnya masing-masing sehingga tidak ada anggota yang merasa lebih baik. Identitas mereka hanya tercermin dari lagu-lagu Indonesia yang dibawakan dan juga identitas sebagai kontingen PSM Unpad yang berasal dari Indonesia.

"Meski karakter vokalnya sudah dibentuk untuk paduan suara, Indonesia tetap memiliki ciri khas. Selain itu ciri khas Indonesia terlihat dari lagu-lagu daerah yang dibawakan, selain juga harus menyanyikan lagu klasik yang diwajibkan untuk perlombaan," jelas konduktor asal Malang tersebut.

Dirinya berharap melalui Indonesia Kirana, pemuda Indonesia, khususnya para penonton akan mampu memaknai sebuah perjuangan kelompok paduan suara dari Indonesia. "Kami ingin membuka mata khalayak, bahwa kehidupan dan cita-cita itu dihargai dengan perjuangan. Berkompetisi ini, bukan semata buang-buang uang seperti anggapan yang selama ini beredar," pungkasnya.

Poster Indonesia Kirana (Foto: Indonesia Kirana / Facebook.com)
info gambar

Perjuangan tim Indonesia Kirana memang patut diacungi jempol, banyak kendala yang harus dihadapi sebelum akhirnya mereka berhasil berangkat ke Eropa. Bukan hanya kendala teknis seperti persiapan kompetisi, namun juga kendala non-teknis seperti soal pendanaan. Sehingga mereka sempat menghimpun dana lewat sistem crowdfunding hingga akhirnya bisa berangkat dan didokumentasikan dalam sebuah film dokumenter.

Setelah sukses ditayangkan di Bandung 22 April lalu, di Jakarta 6 Mei, film ini akan kembali melanjutkan penayangan di beberapa kota di Jawa seperti Yogyakarta di akhir Mei dan Surabaya di awal Juni.

Sumber : GNFI
Sumber Gambar Sampul : Indonesia Kirana / Facebook.com

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini