Meluncur. Kapal Perang Made in Indonesia Pesanan Filipina Dikirim

Meluncur. Kapal Perang Made in Indonesia Pesanan Filipina Dikirim
info gambar utama

Industri pertahanan nasional mulai mendunia. Untuk kali pertama, Indonesia kemarin mengekspor kapal perang ke negara tetangga, Filipina. Keberhasilan itu membuat sejumlah negara tertarik dengan kapal buatan anak bangsa di PT PAL Indonesia.

Kapal pesanan Filipina yang dilepas itu berjenis strategic sealift vessel (SSV) BRP Tarlac LD-601. Nama Tarlac diambil dari nama provinsi yang jadi tempat kelahiran Presiden Filipina Benigno Simeon Aquino. Filipina memesan dua kapal. Kapal kedua ditargetkan selesai 13 Mei tahun depan.

Wapres Jusuf Kalla (JK) langsung memimpin seremoni pemberangkatan kapal ke Filipina kemarin pada pukul 10.20. Turut pula menghadiri sejumlah menteri, perwakilan dari Filipina, KSAL Laksamana TNI Ade Supandi, dan Gubernur Jatim Soekarwo.

Sorenya, kapal tersebut berlayar dari Dermaga Divisi Kapal Niaga (DKN) Surabaya menuju Manila, ibu kota Filipina. Sesuai jadwal, kapal berlayar selama lima hari dan tiba pada13 Mei atau tepat dua tahun saat PT PAL meneken kontrak dengan Angkatan Laut (AL) Filipina pada 2014.

Tribun Pontianak

JK mengatakan, pengiriman kapal perang pesanan Filipina itu menjadi momentum kebangkitan industri kapal perang nasional. Meskipun kompetitor merupakan negara-negara besar seperti Inggris, Italia, Jepang, Korea Selatan, India, Tiongkok, dan Australia. ”Pasar itu harus direbut. Tidak bisa kita minta karena persaingan internasional begitu sengit,” kata dia saat menyampaikan sambutan.

PT PAL memenangi tender pengadaan kapal perang Filipina pada 2014. Ada tujuh perusahaan dari berbagai negara yang yang ikut bersaing. Namun, Filipina akhirnya memilih galangan kapal BUMN itu. Indonesia selama ini telah memproduksi dua kapal sejenis, yakni KRI Banjarmasin dan KRI Banda Aceh. KRI Banjarmasin ikut membebaskan kapal Sinar Kudus dari perompak Somalia. Sedangkan KRI Banda Aceh digunakan untuk mencari korban pesawat Air Asia yang tenggelam pada awal 2015.

Menurut JK, ada tiga syarat yang harus dipenuhi PT PAL bila ingin bersaing di dunia internasional. Yakni, kualitas terjamin, harga murah, dan penggarapan cepat selesai. Bila semua terpenuhi, dia optimistis banyak negara mengantre pesan kapal, baik kapal niaga, tanker, maupun kapal perang.

JK meminta PT PAL berfokus pada pasar Asia. Dia melihat negara-negara Asia sedang getol untuk belanja alat utama sistem persenjataan (alutsista). ”Produksi kapal-kapal yang middle class. Tidak perlu peralatan dan senjata yang canggih seperti Eropa. Ambil pasar Asia. Mereka tidak butuh kapal perang supercanggih,” katanya.

Menteri Perindustrian Saleh Husin menambahkan, kemampuan industri perkapalan di tanah air dalam membangun berbagai jenis kapal militer, baik untuk pertahanan dalam negeri maupun pesanan luar negeri, semakin diakui. Basis negara maritim, SDM, dan produksi juga diyakini mumpuni untuk memperkuat industri strategis itu ke depan.

”Di industri perkapalan, pemerintah memiliki program penguatan seperti memberi insentif fiskal berupa BMDTP (bea masuk ditanggung pemerintah, Red) untuk impor komponen kapal sehingga galangan kita lebih leluasa membangun kapal, utilitas optimal, dan tenaga kerja terserap,” kata Saleh dalam pelepasan kapal perang pesanan Filipina tersebut.

Beleid soal BMDTP tersebut tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan 249/PMK011/2014. Fasilitas lain diatur dalam PP Nomor 69 Tahun 2015, yakni fasilitas fiskal untuk impor dan/atau penyerahan kapal laut, pesawat udara, serta kereta api dan suku cadangnya. Kebijakan tersebut memberikan insentif dalam bentuk PPN (pajak pertambahan nilai) tidak dipungut untuk beberapa alat transportasi seperti galangan kapal, kereta, serta pesawat dan suku cadangnya.

Kemenperin mencatat, ada sekitar 250 perusahaan di bidang industri galangan kapal yang terpusat di Batam dan Pulau Jawa. Kapasitas produksi untuk bangunan baru 1 juta deadweight tonnage (DWT) per tahun dan reparasi 12 juta DWT. Sementara itu, kemampuan fasilitas bangunan baru 50 ribu DWT dan reparasi 300 ribu DWT.

Dirut PT PAL Muhammad Firmansyah Arifin turut berbangga. Sebab, seluruh pembuatan kapal dilakukan oleh anak bangsa. ”Pembuatan juga sepenuhnya dilakukan di Indonesia,” tegas dia.

Kapal Tarlac yang dikirim kemarin merupakan produksi ke-192 PT PAL. Sedangkan kapal produksi ke-193 sedang dikerjakan dan akan dikirim ke Filipina pada 2017.

Arifin menambahkan, saat ini sejumlah negara di Asia tertarik dengan kapal buatan PT PAL. Sejumlah negara ASEAN, Timur Tengah, hingga Amerika Selatan mengirimkan perwakilan masing-masing untuk datang ke PT PAL. Namun, identitas negara dan harga yang ditawarkan tidak bisa dia buka kepada media.

Di sisi lain, PT PAL berniat merambah pasar kapal selam. Saat ini PT PAL masih bergantung kepada Korea Selatan dalam hal kerja sama untuk memenuhi kebutuhan kapal selam dalam negeri dengan jumlah 12 unit. Tiga kapal masih dikerjakan. Rencanannya, sembilan kapal selam sisanya digarap di tanah air. ”Kami akan fokus memenuhi kebutuhan dalam negeri. Terkait ekspor kapal selam, itu sangat mungkin. Kami sedang membangun galangan khusus kapal selam,” jelasnya.

Sebanyak 206 engineer dikirim ke Korsel untuk proyek itu. Beberapa orang kembali ke Indonesia. Saat ini tersisa 34 engineer saja di Korsel. Mereka dipersiapkan untuk proses produksi di Indonesia.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Akhyari Hananto lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Akhyari Hananto.

Terima kasih telah membaca sampai di sini