Samijali, Kerupuk Khas Dolly Simbol Perubahan Lokalisasi

Samijali, Kerupuk Khas Dolly Simbol Perubahan Lokalisasi
info gambar utama

Dolly, sudah banyak yang mengetahui dan mengenalnya dalam skala internasional sebagai lembah hitam pemuas hasrat. Dolly telah dikenal di masyarakat Asia, Eropa dan benua lainnya sebagai kawasan aktif prostitusi. Ribuan PSK dan ratusan peranan pendukung prostitusi hadir di dolly. Pundi-pundi rupiah berhasil didapatkan dengan mudah karena keramaiannya, perputaran uang pun diperkirakan mencapai 2 Milyar per hari. Namun sejak tanggal 18 Juni 2014, dolly yang dikenal sebagai kawasan lokalisasi terbesar se-Asia Tenggara pun telah berhasil ditutup oleh Walikota Surabaya, Tri Rismaharini.

Ketika dolly telah ditutup, kala itu jumlah PSK yang mencapai 1000 lebih telah dipulangkan ke kampungnya masing-masing karena sebanyak 90% PSK yang berada di dolly merupakan penduduk luar kota. Sisanya adalah sebagai warga terdampak dengan pekerjaannya sebagai penjaga warung kelontong, kos-kosan, laundry, parkiran dan rumah tangga biasa. Dolly telah ditutup, warga pun kebingungan mencari penghasilan karena biasanya mendapatkan penghasilan dengan cara yang mudah dan penghasilannya pun besar disetiap harinya.

Memang bukan perkara yang mudah untuk mengubah mindset manusia namun sangat mungkin perubahan itu terjadi, kini muncul sebuah produk dari dolly yang telah diakui seantero nusantara hingga mendarat di Belanda dan Korea Selatan. Ialah produk oleh-oleh khas dari dolly, eks lokalisasi terbesar se-Asia tenggara bernama Kerupuk Samijali. Samijali merupakan kependekan dari Samiler Jarak Dolly yang menandakan bahwasannya samiler ini memang berdomisili atau berasal dari Jarak-Dolly, kawasan yang dulunya dikenal sebagai kawasan prostitussi.

Samijali merupakan kerupuk olahan dari singkong, ada orang-orang menyebutnya sebagai opak. Samijali dikemas lebih modern dan diberikan inovasi pada pengemasannya dan produknya. Mungkin orang mengenal opak adalah kerupuk dengan ukuran yang besar dan dijual di dalam balutan plastik yang besar. Beda dengan samijali, olahan mentah dari samiler tersebut di potong kecil-kecil berbentuk segitiga kemudian diberikan rasa-rasa dan memiliki 4 varian yakni original, keju, balado dan sapi panggang. Masing-masing rasa mempunyai segementasi pasarnya sendiri-sendiri. Orang tua lebih suka rasa originial, perempuan menyukai rasa keju dan mayoritas untuk remaja senang dengan rasa balado dan sapi panggang. Balado dan sapi panggang memang best seller produk samijali.

Samijali pada proses pembentukannya didampingi oleh Gerakan Melukis Harapan (GMH) sebuah organisasi yang berfokus pada pemberdayaan masyarakat eks lokalisasi dolly. Terbentuk dan mulai merumuskan samijali pada bulan april 2015, usianya sudah 1 tahun 1 bulan. Pada awal dulu, hanya bermodalkan Rp 400.000,- yang didapat dari hasil jualan GMH pada ajang pameran di surabaya. Modal ini yang diputar oleh UKM Samijali.Konsisten untuk melakukan pemasaran hingga sempat mencapai omset 9 juta/bulan.

Terdapat cerita menarik ketika berjumpa dengan Pak Slamet, Ketua RT sekaligus pembina UKM Samijali mengatakan “dulu, ketika di awal-awal itu saya ragu mas. Masak bisa sih kerupuk kayak gini bisa laku keras. Lah wong saya tau opak. Opak itu rasanya gitu-gitu aja mas” tapi kenyatannya bisa mengubah paradigma pak slamet “Alhamdulillah mas, ternyata samijali juga bisa berkembang dan bisa dijualkan juga” kata pak slamet. Lain halnya dengan bu dwi, Ketua UKM Samijali “dulu sih ada penghasilan dari warung mas, sekarang warungnya tutup ya penghasilan saya dari samijali ini”. Samijali semakin dikenal banyak orang, pembelian dengan skala periodik pun kelihatan kurva bisnis menanjak naik. “Saya itu senang mas, ketika ada customer yang beli samijali dan angkat samijali dari pos ke depan gang walupun sebenarnya secara penghasilan tidak begitu besar juga tapi saya senang” kata bu dwi.

Kawasan kampung UKM Samijali yang dulunya dikenal dengan kawasan prostitusi dengan adanya wisma,karaoke dan cafe yang ada disana sekarang telah berubah sebagai kampung yang produktif dengan bisnis baru bernama Samijali. Tidak ada yang tidak mungkin,kawasan prostitusi bisa menjadi kawasan yang produktif ketika adanya keinginan dari warganya untuk berbenah dan samijali merupakan simbol perubahan eks lokalisasi dolly. (sam)


Sumber : Reportase
Sumber Gambar : M. Aldhiansyah Rifqi Fauzi

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini